[caption caption="Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2015/11/18/08373041/Ada.Luhut.di.Transkrip.Percakapan.Setya.Novanto.dan.Freeport.Apa.Kata.Istana."][/caption]Tak lama setelah Sudirman Said membenarkan bahwa pencatut nama Jokowi-JK untuk memperpanjang kontrak Freeport adalah Setya Novanto, di media sosial banyak beredar transkip pembicaraan yang diserahkan oleh Sudirman Said ke Mahkamah Konstitusi Dewan. Hingga saat ini masih belum diketahui siapa yang pertama kali menyebarluaskan transkrip tersebut ke publik.
Dalam transkrip pembicaraan antara SN, MS dan RC itu tidak hanya nama Jokowi dan Jusuf Kalla saja yang disebut-sebut, namun ada juga nama Ridwan, Darmo serta nama Menko Polhukam, Luhut Pandjaitan yang bahkan disebut lebih banyak. Ini isi transkrip pembicaraan yang banyak beredar di media sosial, nama Luhut saya bold untuk memudahkan pencariannya.Â
Sn: Saya ketemu menteri di Surabaya beliau bilang ada tiga hal. Satu, penerimaan itu minta ditingkatkan. Kedua adalah privatisasi dari 30 minta 51 persen, mana mungkin. Ketiga adalah pembangunan smalter. Presiden mengatakan kepada saya, saya nggak sependapat Pak Ketua, karena kita menerima … tapi kita mengeluarkan dana di Papua saja untuk Otsus 35 triliun. Kita sudah dibantu juga CSR, tapi tidak cukup Pak Ketua. Kita besar sekali. Dua smalter kalau di sana lebih lama waktunya. Jadi kalau lihat itu di Gresik ada smelter kecil terus di sana …. Kita harus paksa untuk percepat pembangunan smalter. Yang ketiga itu masalah penyerahan seal saham dari 30 persen minta 51 persen. Daerah yang sudah 250 ribu hektar itu sudah juga nanti diperbaiki kabupaten yang lain.
Pas saya makan, Presiden samperin saya. Pak Luhut mau bicara. Pak Luhut mau memberikan pendapat, terus saya segera ngobrol-ngobrol. Sekarang yang jadi pertanyaan adalah dimana… setelah saya pulang … Si Darmo dengan si Ridwan … [tidak jelas] diekspos.
Rc: Si Ridwan (?), perlu ketemu itu.
Ms: OK saya sudah bava.
Rc: ………… [rekaman tidak jelas]
Ms: Undang-undang tidak mengatakan begitu. PP pun tidak mengatakan begitu. Pemurnian itu dilakukan di dalam negeri. Pemurnian dilakukan 100 persen. Kemudian tanggal 23 Januari 2015 lalu, itu persyaratan ijin ekspor harus dilengkapi salah satu menentukan dimana … Setelah ditandatangani 23 Januari 2015 lalu, kalau di Gresik saja 2,3 miliar, bagaimana di Papua? Tidak mungkin dibangun di Papua.
Rc: …… . [suara tidak jelas]
Ms: PLTA? Yang mau memiliki sahamnya siapa?
Rc: Nomininya Pak… Dari Pak Luhut.
Ms: Dari Pak Luhut?
Rc: Saham itu juga memang kemauan pak Luhut gitu, cari referensi freeport dari pengusaha seperti yang dulu dilakukan oleh kita kepada pengusaha.
Rc: Pak Luhut itu pernah bicara sama Jim Bob di ……
Sn: Ini … Di Amerika
Rc: Di Amerika
Rc: Kalau itu bisa diolah rahasia kita berempat saja,
Ms: Itu, kalau itu tidak keluar, katakanlah 23 Juli nanti, pasti abitrase international jalan. Satu Juli lah pak. Apa garansinya kalau permintaan itu misalnya ada signal, satu Juli juga ada signal? Apa? Iya toh Pak?
Sn: Waktu pak Luhut di Solo...Pal Luhut lagi disibukkan habis Jumat itu. Kalau bisa tuntas, minggu depan sudah bisa diharapkan. Itu yang sekarang sudah bekerja.
Ms: Coba ditinjau lagi fisibilitiesnya pak. Kalau ngga salah Freeport itu off taker.
Rc: Saran saya jangan off taker dulu, kalau off taker itu akan.....
Ms: Keterkaitan off taker itu darimana pak?
Rc:..... (suara tidak jelas)
Ms: Bapak juga nanti baru bisa bangun setelah kita kasih purchasing garanty lho pak. Purchasing garanty-nya dari kita lho pak.
Rc: PLTA-nya
Ms: Artinya patungan?
Ms: Artinya investasi patungan 49-51 persen. Investasi patungan off taker kita juga? double dong pak? modalnya dari kita, off takernya dari kita juga.
Rc: Kalau off taker itu.....
Rc: Oke deh Kalau Freeport ngga usah ikut
Ms: Ini yang Pak R pernah sampaikan ke Dharmawangsa itu?
Rc:....(suara kurang jelas)
Ms: Oh kalau komitmen, Freeport selalu komitmen. Untuk smelter desember kita akan taruh 700 ribu dollar. Tanpa kepastian lho pak. Karena kalau kita ngga tahu, kita ngga komit. Sorry 700 juta dollar.
Sn: Presiden Jokowi itu dia sudah setuju di sana di Gresik tapi pada pada ujung-ujungnya di Papua. Waktu saya ngadep itu, saya langsung tahu ceritanya ini waktu rapat itu terjadi sama Darmo...Presiden itu ada yang mohon maaf ya, ada yang dipikirkan ke depan, ada tiga....(kurang jelas)
Tapi kalau itu pengalaman-pengalaman kita, pengalaman-pengalaman presiden itu, rata-rata 99 persen gol semua. Ada keputusan-keputusan lain yang digarap, bermain kita. Makanya itu, Reza tahu Darmo, dimainkan habis-habisan, selain belok
Ms: delobies... Repot kalau meleset komitmen...30 persen. 9,36 yang pegang BUMN
Sn: Kalau ngga salah, Pak Luhut itu bicara dengan Jimbok. Pak Luhut itu sudah ada yang mau diomong.
Rc: Gua udah ngomong dengan Pak Luhut, ambilah 11, kasihlah Pak JK 9, harus adil kalau ngga ribut.
Sn: Jadi kalau pembicaraan Pak Luhut dan Jim di Santiago, 4 tahun yang lampau itu, dari 30 persen itu 10 persen dibayar pakai deviden. Ini menjadi perdebatan sehingga mengganggu konstalasi. Ini begitu masalah cawe-cawe itu presiden ngga suka, Pak Luhut dikerjain kan begitu kan...Nah sekarang kita tahu kondisinya...Saya yakin juga karena presiden kasih kode begitu berkali-kali segala urusan yang kita titipkan ke presiden selalu kita bertiga, saya, pak Luhut, dan Presiden setuju sudah.
Saya ketemu presiden cocok. Artinya dilindungi keberhasilan semua ya. Tapi belum tentu kita dikuasai menteri-menteri Pak yang begini-begini.
Rc: Freeport jalan, bapak itu happy, kita ikut happy. Kumpul-kumpul/kita golf, kita beli private jet yang bagus dan representatif
Ms: Tapi saya yakin Pak Freeport pasti jalan.
Sn: Jadi kita harus banyak akal. Kita harus jeli, kuncinya ada pada Pak Luhut dan saya.
Ms: Terima kasih waktunya pak
R: Jadi follow up gimana? Nanti saya bicara Pak Luhut jadi kapan. Terus Oke lalu kita ketemu. Iya kan?
Sn: Kalau mau cari Pak Luhut harus cepet, kasih tanggung jawab enggak. Gimana sukses, kita cari akal.
Â
Sudah baca kan? Dalam transkrip tersebut nama Luhut paling tidak disebut sebanyak 16 kali sedangkan Jokowi hanya disebut sebanyak 10 kali. Namun, hingga saat ini media masih terfokus pada nama Setya Novanto, MS, Rc dan Jokowi, tidak banyak media memberitakan nama Luhut yang banyak disebut dalam transkrip pembicaraan tersebut.
Ada apakah gerangan dengan media nasional kita? Apa media nasional kita takut untuk membahas tentang keterkaitan Luhut dalam transkrip tersebut? Mengingat jauh sebelum Jokowi menjabat sebagai preseiden, Luhut sudah dekat dengan Jokowi. 🙂
Â
Dalam transkrip, nama Luhut paling banyak disebut dibanding Presiden
"Luhut", "Darmo", dan "Ridwan" Disebut dalam Transkrip Pencatutan Nama Presiden
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H