Kalian pasti ingat bagaimana kondisi perpolitikan nasional saat Gus Dur hendak dilengserkan. Berbagai macam manuver politik lawan dilayangkan ke Gus Dur, jauh sebelum hari itu, ternyata Gus Dur sudah meyakini bahwa ia akan menjadi Presiden RI namun tak berlangsung lama. Menjadi seorang presiden RI tanpa kompromi-kompromi politik kiranya mustahil untuk bertahan lama. Bukan lantaran tidak bisa, Gus Dur mampu saja menjalankan kompromi-kompromi politik yang ditawarkan saat ia menduduki jabatan sebagai Presiden RI, namun memang ia tak mau. Dan memang harus ada korban dalam perjuangan Demokrasi ini. (Baca: http://chirpstory.com/li/44033 ). Hal yang hampir serupa kiranya sekarang terjadi dengan Presiden Jokowi. Mengingat situasi perpolitikan nasional saat ini tak ubahnya dengan menyegarkan kembali ingatan kita akan peristiwa pra lengsernya mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) saat itu. Hal ini juga dibenarkan oleh adik kandung mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Lily Wahid. (Baca: http://harianterbit.com/2015/read/2015/03/20/22807/25/25/Jokowi-Dilengserkan-JK-Presiden-Puan-Wapres ). Dan berbicara soal pelengseran, sebenarnya wacana ini sudah ada sejak ia dilantik menjadi Presiden RI. Dugaan pelengseran tersebut juga disampaikan oleh Arif Puyuono, Ketua DPP Gerindra. Tak hanya asal tuduh, pernyataan Arif Puyuono ini berdasar. Sejak dilantiknya Jokowi menjadi Presiden, tensi politik nasional memanas. Pada awalnya hanya memanas di antara kedua koalisi KMP dan KIH. Bahkan banyak dugaan yang mengatakan bahwa KMP-lah yang memiliki wacana untuk menjegal kepemimpinan Jokowi. Pada kenyataannya, dugaan tersebut salah adanya. Terbukti selama ini Jokowi terlihat sangat bisa menguasai situasi, merangkul dan mengakomodir kepentingan politik kubu oposisi dalam hal ini KMP. Justru Jokowi malah kewalahan menghadapi kawan sendiri dari internal KIH khususnya PDIP. Dari wacana yang berhembus, jika Jokowi dilengserkan, JK mengambil alih kekuasaan dan Puan Maharani akan menjadi Wakilnya. Suasana politik yang memanas akhir-akhir ini diwarnai dengan kisruh elite Partai Golkar. Relawan Pro Jokowi pun menuding bahwa ada nama JK dan Paloh dibalik kekisruhan Partai Golkar ini. (Baca: http://www.gatra.com/politik-1/138690-relawan-pro-jokowi-tuding-ada-jk-paloh-dalam-kisruh-golkar.html ). Menteri Yasonna Laoly kemarin telah mengeluarkan SK kepengurusan sah Partai Golkar, hal ini memicu banyak kritik di tubuh elite KMP. Hal ini juga yg mendasari Arif Puyuono melontarkan tudingan serupa. Jadi walaupun Agung Laksono memimpin Partai Golkar, maka ia tak akan pernah bisa lepas dari kepentingan aktor utamanya. Itulah mengapa Partai Golkar versi Agung Laksono ngotot untuk keluar dari KMP dan merapat ke KIH. Hal ini juga diperjelas dengan posisi JK yang lebih dominan di kancah perpolitikan nasional, JK sudah senior. (Baca: http://m.merdeka.com/politik/mungkinkah-analisa-jokowi-bakal-dilengserkan-diganti-jk-terbukti.html ). Jokowi bagi PDIP hanyalah batu lompatan untuk membalaskan dendam pada kekalahan pemilu lalu. Kenapa Jokowi? Karena PDIP tidak memiliki tokoh yang diidolakan masyarakat. Megawati sudah terlalu tua untuk berkompetisi sedangkan puan belum terlalu matang berpolitik dan tidak memiliki kekuatan fanatik seperti yang Jokowi miliki. Maka setelah dilantiknya Jokowi menjadi Presiden RI, dilancarkanlah berbagai macam agenda dengan tujuan pelengserannya. Pertama diangkat soal korupsi Transjakarta saat ia masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, namun upaya tersebut gagal. Kemudian kisruh kapolri pada kasus Budi Gunawan. Dibuat seakan-akan Jokowi yang memilih calon tunggal sehingga masyarakat percaya bahwa Jokowi pro koruptor. Sedangkan pada faktanya, yang ngotot mencalonkan Budi Gunawan adalah Megawati sendiri berdasarkan kedekatannya semasa menjadi ajudannya terdahulu. Kasus ini masih berlarut-larut karena melibatkan juga peran KPK di dalamnya. Jika skenario ini gagal, masih banyak cara yang akan dilancarkan demi pelengseran Jokowi. Masa jabatannya masih ada lebih dari 4 tahun, banyak pula jalan yang akan ditempuh untuk menjatuhkan Jokowi. Namun Jokowi masih memiliki peluang pada kongres PDIP yang akan dilaksanakan bulan April ini. Survey Poltracking Indonesia telah merilis hasil surveynya yang mengatakan bahwa dalam 10 aspek berbeda, Jokowi masih lebih unggul dari Megawati dan trah Soekarno lainnya. Justru Megawati, Puan, dan Ananda Prabowo malah menjadi yang paling tidak direkomendasikan untuk memimpin partai banteng tersebut. Jika Jokowi bisa merebut kursis kepemimpinan Partai banteng dari Megawati dan mendapat dukungan dari banyak pihak, maka wacana pelengserannya bisa jadi digagalkan. Namun apabila Megawati tetap memimpin atau minimal sekali Puan menjadi Wakil Ketua Umum PDIP, maka lebih mudah lagi ia melancarkan rencananya melengserkan Jokowi. Maka Jokowi haruslah berhati-hati dengan musuh di dalam selimut yang sedang mengintainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H