Mohon tunggu...
Neviwarti Mawardi
Neviwarti Mawardi Mohon Tunggu... -

sedang belajar menuangkan kata per kata dari hati dan pikiran melalui ke-10 ujung jari-jari ini ke keyboard untuk dapat menjadikan suatu kalimat yang berarti..

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

PMI...Sosial atau Bisnis?

22 Mei 2011   17:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:21 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_111292" align="aligncenter" width="680" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Kata orang, kalau mendonor darah bisa memperpanjang usia karena darah yang kita sumbangkan akan tergantikan dengan darah baru. Benar atau tidaknya Anda dapat mencari tahu sendiri karena bukan itu yang akan saya sampaikan pada tulisan ini. Perusahaan tempat saya bekerja mempunyai program rutin donor darah yang bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia. Program tersebut sudah berjalan lebih dari 20-an tahun dan dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pendonornya adalah karyawan dan juga mahasiswa yang kuliah. Setiap waktu donor, jumlahnya tidak tentu. Kadang bisa mencapai 50 orang kadang juga kurang. Keunikan dari program ini adalah, setiap setelah donor maka para pendonor disediakan mie rebus, telur ayam, dan segelas susu panas yang dimasakkan langsung oleh petugas PMI sendiri untuk menambah kembali tenaga para pendonor. Saya dan kawan-kawan sangat menantikan program ini karena selain untuk beramal maka ajang ini kami gunakan juga untuk mendapatkan sarapan yang bergizi dan gratis.. Tetapi, sudah lebih dari 10 tahun terakhir, mereka hanya menyediakan mie rebus saja. Mungkin saja karena penghematan. Pada akhir tahun 2010, perusahaan tempat saya bekerja kembali mengundang PMI untuk datang ke kantor. Tetapi, untuk kali ini mereka meminta syarat yaitu mereka mau datang asalkan pendonornya bisa mencapai target minimal 75 orang. Alasan mereka,karena biaya operasional. Sebagai salah satu pengurus program ini, tentunya saya kaget, kecewa, dan agak pesimis dengan target yang ditetapkan PMI. Karena walaupun karyawan di perusahaan saya hampir mencapai 200 orang tetapi tidak semuanya yang mau menjadi pendonor. Pendonor yang rutin hanya 30-50 orang. Itupun kalau mereka dalam kondisi sehat. Kalau tidak, maka syarat itu tidak dapat kami penuhi. Setelah bernegosiasi dengan a lot dan beralasan bahwa kami adalah penyumbang rutin, akhirnya PMI mau datang ke kantor saya untuk terakhir kali. Sekarang, sudah hampir setengah tahun program itu tidak berjalan lagi. Teman-teman para pendonor, kami persilakan mendatangi langsung PMI. Tetapi banyak diantara mereka yang tidak sempat karena alasan pekerjaan. Malam ini saya membaca 'running text' di salah satu tv swasta yang berbunyi, "Jusuf Kalla sangat prihatin karena saat ini PMI masih kekurangan 4 juta kantong darah". Setelah membaca info tersebut, kata-kata yang keluar dari mulut saya adalah, "sukur.. sombong sih.. ". Ingat lho.. Para pendonor itu tidak meminta bayaran.. Mereka ingin menolong sesama. Janganlah dipersulit. Apalagi saya dengar dari seorang kawan, harga sekantong darah dihargai mahal sekali dengan alasan peralatan yang mahal.. Apabila cara PMI memperlakukan para pendonor dipersulit dan juga penjualan darah yang tidak terjangkau oleh masyarakat, maka mungkin saja kalau sekarang PMI sudah berubah menjadi suatu instansi bisnis bukan lagi lembaga sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun