Mohon tunggu...
Lisa Melinda Chaniago
Lisa Melinda Chaniago Mohon Tunggu... -

Bermimpi|Menulis|IPB

Selanjutnya

Tutup

Nature

Saung Kompos: Salah Satu Inovasi Baru di Desa Laladon Lama, Bogor

1 November 2012   07:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:07 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengabdian masyarakat merupakan salah satu kegiatan mahasiswa yang bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat sehingga kehidupan di kelompok masyarakat tersebut menjadi lebih baik. Banyak kegiatan kampus dalam suatu organisasi yang melibatkan masyarakat untuk melakukan kegiatan tersebut, salah satu kegiatan yang rutin dilakukan mahasiswa adalah turun desa. Program yang menampung keinginan mahasiswa untuk melakukan pengabdian terhadap masyarakat ditampung dalam suatu program salah satunya adalah Program Kreativitas Mahasiswa yang merupakan program dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti). Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) terbagi dalam beberapa bidang, bidang kewirausahaan, bidang penelitian, bidang karya cipta, bidang pengabdian masyarakat dan bidang gagasan tertulis. Bidang Pengabdian Masyarakat ini salah satu pemacu bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah didapat di ruang kuliah dan di aplikasikan pada masyarakat. Kami Super Team, yang beranggotakan Pryo Adi Lukito, Poetri Agustine Aryawati, Lisa Melinda, Risfandi, dan Almira Piranti S, ikut dalam euforia program yang diadakan oleh Dikti ini dan fokus terhadap PKM bidang Pengabdian Masyarakat. Superteam yang dikomandoi oleh Pryo Adi Lukito akrab disapa Luki ini, telah memilih desa binaan untuk program pembuatan Saung Kompos yaitu desa Laladon Lama, Bogor, Jawa Barat. Program yang kami tawarkan adalah pembuatan Saung Kompos berbasis sistem LEISA (Low Eksternal Input Suistanable Agriculture) yang bertujuan untuk pertanian yang berkelanjutan.

Pupuk Kompos adalah pupuk yang berbahan dasar bahan-bahan organik dan difermentasikan agar bahan organik tersebut didegradasi oleh mikroba. Penggunaan pupuk organik sangat disarankan dalam penggunaannya untuk menyeimbangakan penggunaan pupuk kimia. Seperti kita ketahui, pengunaan pupuk kimia yang berlebihan di berbagai kalangan petani sehingga berbagai macam efek yang ditimbulkan dari penggunaan pupuk kimia tersebut sangat nyata terlihat, misalnya pencemaran lingkungan di sekitar tempat tinggal para petani. Petani yang menggunakan pupuk kimia dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami gangguan kesehatan karena pengaruh dari bahan kimia yang ikut masuk dan terakumulasi di dalam tubuh.

Desa Laladon Lama, Bogor, Jawa Barat adalah desa binaan tempat menjalankan kegiatan PKM-M ini. Awalnya, kami melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat di desa tersebut. Pak Jajat yang akrab disapa Abi adalah tokoh masayarakat yang sangat ramah dan terbuka. Beliau salah satu peternak kambing dan sapi yang ada didesa tersebut. Selain itu, Abi juga sangat akrab dengan seluruh masyarakat desa, sehingga banyak sekali hal-hal yang dapat dilakukan ketika di komandoi dengan Abi. Kami juga menemui ketua kelompok tani yang ada di desa tersebut. Pak Ukar merupakan ketua dari kelompok tani Mandiri Satu. Pak Ukar selaku ketua kelompok tani, sangat mendukung dengan rencana program yang akan kami jalankan di desa Laladon Lama tersebut. Tak ketinggalan,penyuluh dan pihak BP3K sangat mendukung program yang kami jalankan, bahkan menawarkan bantuan jika kami mengalami kesulitan.

Program pembuatan Saung Kompos ini merupakan salah satu inovasi baru di desa Laladon Lama. Para masyarakat di desa tersebut, awalnya pesimis dengan program ini. Pengalaman sebelumnya yang pernah menyelenggarakan pembuatan pupuk kompos tersebut, namun program yang sebelumnya telah dijalankan tidak berjalan dengan baik, sehingga membuat pesimis masyarakat untuk melakukan program yang serupa terkait pembuatan pupuk kompos lagi. Pendekatan yang baik terhadap masyarakat memberikan titik harapan baru kepada para petani untuk mengembangkan pertanian yang berkelanjutan serta ramah lingkungan. Pembuatan Saung Kompos sendiri membutuhkan waktu kurang lebih 10 hari yang dikerjakan oleh petani sebanyak tiga orang. Setelah Saung Kompos berdiri di halaman milik Abi, kami melakukan demo pembuatan kompos yang terbagi menjadi dua komposisi yang berbeda. Desain dalam saung kompos terdiri atas empat sekat yang berfungsi memudahkan untuk membolak-balik kompos. Kompos juga dibuat dengan dua perlakuan yang berbeda, satu perlakuan diberi mikroba untuk mempercepat fermentasi, dan satu perlakuan lagi dengan menggunakan kotoran hewan sebagai sumber mikroba dalam melakukan fermentasi. Fermentasi dilakukan dalam waktu empat sampai lima minggu. Tujuannya adalah untuk melihat perbedaan antara dua perlakuan tersebut, sehingga dapat direkomendasai kepada petani yang baik untuk digunakan.

Sebelum diadakan demo pembuatan kompos, kami melakukan penyuluhan terkait bahaya penggunaan pupuk kimia secara berlebihan, serta dampak kedepan terhadap lingkungan dan kondisi lahan. Kegiatan yang dihasiri oleh pihak penyuluh, BP3K, tokoh masyarakat serta bapak dan ibu tani berlangsung secara tertib dan sukses walaupun kegiatan berlangsung undur dari jam yang sudah ditentukan. Petani yang menghadiri penyuluhan tersebut sangat antusias dan banyak pertanyaan yang dilontarkan petani. Sambutan hangat dari warga serta petani menyulut semangat kami untuk terus berkontribusi di dunia pertanian, karena dunia pertanian ini lah yang menjadi pusat gerak semua bidang. Kontribusi kecil yang telah kami mulai ini semoga tak menjadi kesia-siaan, sehingga banyak desa yang mengikuti desa binaan kami untuk tetap fokus terhadap bidang pertanian.

Kegiatan selanjutnya yang akan kami jalankan adalah penyuluhan kedua terkait pemberian pemahaman konsep LEISA, serta mengatur manajemen kepengurusan Saung Kompos. Percobaan langsung penggunaan pupuk kompos yang sudah jadi untuk pertanaman padi pun akan dilaksanakan. Sehingga dapat membuktikan manfaat penggunaan pupuk kompos terhadap pertanaman padi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun