Mohon tunggu...
Lisa Khairiani
Lisa Khairiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sarjana Bimbingan dan dan Konseling tahun 2022 dengan memperoleh IPK sebesar 3,91. Sedang menempuh pendidikan sebagai Mahasiswa PPG Prajabatan Program Studi Bimbingan dan Konseling di Universitas Ahmad Dahlan. Memiliki minat di bidang Pendidikan dan Pengajaran, Administrasi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Memiliki semangat dan motivasi yang tinggi dalam belajar, komitmen, kedisiplinan, dan manajemen yang baik dalam menjalankan tanggung jawab, serta memiliki kemampuan sosial, dan teamwork yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad Ke-21

15 Februari 2023   20:35 Diperbarui: 16 Februari 2023   07:15 11825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkembangan zaman, khususnya pada bidang teknologi menghantarkan manusia saat ini memasuki era perkembangan teknologi yaitu Era Society 5.0 yang mana masyarakat diminta untuk dapat menyelesaikan dan mengatasi berbagai tantangan dan permasalahan yang timbul dengan memanfaatkan berbagai inoviasi yang lahir untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Pada era ini, manusia tidak hanya memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada untuk menunjang kegiatan, tetapi  semua teknologi tersebut merupakan bagian dari manusia itu sendiri dan manusia tersebut dapat menciptakan nilai baru melalui perkembangan teknologi yang ada.

Perubahan dan perkembangan teknologi yang ada pada era society 5.0 yang menimbulkan berbagai dampak tentunya membutuhkan perhatian dari segala pihak, khususnya dalam bidang pendidikan. Dalam era ini, pendidikan memiliki tugas penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada, khususnya yang ada di sekolah. Peserta didik di sekolah diharapkan memiliki kecakapan hidup abad 21 yang dikenal dengan istilah 4C, yakni creativity, critical thinking, communication, dan collaboration. Pendidikan abad 21 perlunya menekankan peningkatan kreativitas dan keterampilan softskill dan hardskill peserta didik dalam memanfaatkan teknologi yang semakin berkembang.

Namun pada saat ini tidak lagi pendidikan dan pengajaran tidak lagi berfokus pada kecakapan 4C, tetapi kecakapan 6C. Keenam kecakapan itu yakni character (karakter), citizenship (kewarganegaraan), cricital thinking (berpikir kritis), creativity (kreatif), collaboration (kolaborasi, dan communication (komunikasi). Assoc. Prof. Suzanne Choo ShenLi dari National Instutude of Education pada webinar bertajuk “From 4Cs to 6Cs: What Should Teachers Know and Prepare for Successful Language Learning in the 21st Century” yang dilakukan oleh SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL), memberikan pandangan bahwa penguasaan dua keterampilan interpersonal, yakni karakter (character) dan kewarganegaraan (citizenship) penting bagi siswa. “Kini kita berada pada era hiper-globalisasi. Pemerintah dan pemangku kebijakan sadar bahwa siswa perlu bersiap menjadi warga global. Jika kita hanya melatih siswa dengan 4C, mereka tidak akan memiliki karakter. Oleh karena itu, karakter dan kewarganegaraan menjadi landasan atau nilai penting dari kecakapan abad ke-21.” Salah satu ciri dari implementasi kecakapan 6C dalam pengajaran di abad ke-21 adalah munculnya aspek humanis dalam pendidikan, seperti pendidikan dan kurikulum yang berpusat pada nilai dan karakter, tidak lagi hanya berfokus pada penguasaan materi mata pelajaran.

Implementasi peningkatan kecakapan hidup abad 21 erat kaitannya dengan implementasi dalam profil pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Profil pelajar Pancasila yang menjadi pendidikan abad ke-21 ini menekankan pada pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik dalam penghayatan terhadap entitas dan identitas bangsa Indonesia, agar bangsa Indonesia memiliki pedoman dan  pandangan hidup yang berlandaskan pada nilai- nilai Pancasila dan mengatasi ancaman pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan tak terbatas. Selain itu profil pelajar Pancasila juga menciptakan sumber daya manusia yang berkuliatas dengan membekali peserta didik berupa kecakapan- kecapakan yang dibutuhkan pada abad ke-21. Enam dimensi dalam profil pelajar Pancasila yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, 2) berkebhinekaan global, 3) bergotong royong, 4) mandiri, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif.

Menurut Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 009/H/Kr/2022 tentang Dimensi, Elemen, dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka, dimensi pada profil pelajar Pancasila yaitu:

  • Dimensi Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berahlak Mulia. Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada manusia; (d) akhlak kepada alam; dan (e) akhlak bernegara.
  • Dimensi Berkebhinekaan Global. Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen kunci dari berkebinekaan global meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan
  • Dimensi Bergotong Royong. Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi
  • Dimensi Mandiri. Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri
  • Dimensi Bernalar Kritis Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir dalam mengambilan keputusan.
  • Dimensi Kreatif. Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal serta memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun