Di sini lah kita akan menemui fosil-fosil hewan purba, seperti kepala kerbau, tengkorak buaya, kera, gading gajah, yang semuanya memiliki ukuran yang besar. Namun, tidak hanya itu saja.Â
Di Rumah Fosil Banjarejo juga menyimpan barang-barang gerabah atau pernak-pernik yang merupakan benda hasil peninggalan zaman Megalitikum dan juga benda-benda peninggalan kerajaan Medang Kamulan.
Pada awal mulanya, karena ketidak tahu-an warga atau masyarakat sekitar mengenai fosil, maka benda-benda yang mereka temukan pada saat itu dijadikannya sebagai landasan pondasi rumah mereka, sebagai alas tempat wudhu dan lain sebagainya.Â
Selain itu, banyak kolektor dari luar kota yang datang mengunjungi tempat ini untuk berburu benda-benda tersebut, dan dijadikannya sebagai benda koleksi mereka, sehingga akhirnya pun ribuan fosil telah terjual ke tangan para kolektor. Hingga akhirnya Achmad Taufik yang kala itu sebagai kepala desa menjadi inisiator untuk mengumpulkan benda-benda temuan tersebut di rumahnya.
Menurut cerita dari kepala desa setempat, yaitu bapak Achmad Taufik, sekitar tahun 2010, warga menemukan fosil. Di tahun 2015, kemudian para warga muda setempat membentuk komunitas penemu fosil.Â
Akhirnya, dengan pembentukan komunitas tersebut telah mampu menyelamatkan satu persatu fosil yang ditemukan di Desa Banjarejo. Hingga akhirnya sampai di tahun 2019, kurang lebih terdapat sekitar 1.300 lebih fosil yang telah ditemukan, baik itu fosil dari binatang laut, binatang rawa, dan juga binatang darat.
Menurut hasil tinjauan dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Dusun Medang, Desa Banjarejo memiliki potensi sebagai cagar budaya, karena di dalamnya banyak ditemukan artefak-artefak mulai dari abad ke XII-XVII yang mana beraneka ragam, seperti uang kepeng, fragmen keramik, tulang-tulang, lumpang batu, struktur batu bata, dan lain sebagainya.Â
Dari hasil temuan yang berupa sebaran artefak yang mana berupa pecahan keramik dan juga tembikar kuno, hal ini dianggap kemungkinan bahwa lokasi temuan tersebut merupakan sebuah kompleks pemukiman kuno, yang mana diduga di pemukiman tersebut padat penduduk dan maju, serta di dukung oleh jalur transportasi air di Sungai Nganggil.Â
Untuk selanjutnya, juga telah ditemukan tengkorak Kerbau Purba yang ditemukan di Sungai Lusi, tepatnya pada bulan September 2015. Hal ini tentu menjadi perhatian masyarakat tersendiri dan menambah ketertarikan dari masyarakat Banjarejo terhadap cagar budaya yang ada di daerah mereka.Â
Hingga akhirnya dari hari ke hari fosil-fosil yang telah ditemukan di Banjarejo ini mendapatkan perhatian dari masyarakat luas, contoh halnya seperti adanya pameran, baik itu berasal dari liputan media cetak maupun elektronik, sehingga akhirnya mampu menarik perhatian dari pemerintah dan juga peneliti, serta juga komunitas untuk turut ikut serta dalam mengembangkan dan memajukan Rumah Fosil Banjarejo.
Adanya Rumah Fosil Banjarejo ini dapat menjadi salah satu sarana menambah pengetahuan wisatawan mengenai fosil, benda-benda purbakala dan juga budaya. Sedangkan untuk masyarakat sekitarnya, adanya Rumah Fosil Banjarejo ini juga dapat menjadi salah satu sarana mengembangkan perekonomian, seperti halnya dengan mengembangkan usaha kuliner, jasa,usaha souvenir dan juga seni budaya.Â