Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang telah terkenal baik di dalam negeri maupun di manca negara. Terdapat banyak ragam atau jenis batik Indonesia seperti batik tulis, batik cap, batik lukis dan batik jumputan. Batik jumputan merupakan salah satu jenis batik yang cukup sederhana cara pembuatannya. Batik jumputan adalah batik yang dihasilkan dengan cara ikat pada kain mori untuk membuat pola batiknya, dan kemudian dicelupkan pada pewarna. Pewarna yang digunakan dapat berupa pewarna tekstil/sintetis atau pewarna alami. Pewarna sintetis akan memberikan warna yang cerah dan lebih terikat pada kain mori, akan tetapi pewarna sintetis akan menjadi polutan bagi lingkungan perairan dan tanah. Alternatif lain adalah menggunakan pewarna alami yang lebih mudah didegradasi oleh alam, walaupun warna yang diberikan kurang cerah jika dibandingkan dengan pewarna sintetis. Indonesia mempunyai banyak ragam tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai pewarna alami, semisal daun jati, rimpang kunyit, pohon secang, bunga telang, dan daun suji. Tim PKM program studi S1 Fisika FMIPA Unesa telah mengeksplor beberapa tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pewarna alami batik. Dari hasil eksplorasi tersebut diambil 3 (tiga) jenis tumbuhan, yaitu rimpang kunyit sebagai pewarna kuning, daun suji sebagai pewarna hijau dan kulit pohon secang sebagai pewarna merah.
Untuk lebih memperkenalkan pewarna alami sebagai pewarna batik di kancah internasional, tim Fisika melakukan pengabdian kepada masyarakat (PKM) kepada mahasiswa National Central University (NCU) Taiwan. Bekerjasama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Taiwan cabang Taoyuan, tim PKM Fisika telah melakukan workshop pembuatan batik jumputan dengan pewarna alami pada hari Jumat, tanggal 5 Juli 2024. Peserta workshop berasal dari mahasiswa asal Indonesia yang sedang studi di NCU, dan beberapa mahasiswa asal Taiwan yang tertarik dengan batik Indonesia. Kegiatan workshop dimulai pada pukul 13.00 waktu Taiwan diawali dengan presentasi pembuatan pewarna alami berbahan dasar rimpang kunyit, kulit pohon secang dan daun suji. Selanjutnya tim PKM Fisika mencontohkan cara membuat batik jumputan dengan pewarna alami.Â
 Â
Para peserta kemudian mencoba sendiri membuat batik jumputan menggunakan bahan-bahan sederhana, bola pingpong, batu kecil, dan karet gelang untuk membuat pola batik jumputan. Para peserta sangat antusias dalam membuat batik jumputan secara mandiri. Mereka juga banyak bertanya tentang bahan lain yang mempunyai potensi menjadi pewarna batik jumputan.Â
Setelah para peserta selesai membuat pola dan mencelupkan kain mori yang telah diikat pada beberapa pewarna, kain mori tersebut kemudian dikeringkan agar warnanya melekat pada kain. Sambil menunggu kain batik jumputan tersebut kering, peserta diberi kuisioner respon mereka terhadap kegiatan workshop yang telah dilalui hari ini. Mereka juga diminta untuk memberikan respon secara langsung, mereka merasa sangat tertarik dengan kegiatan workshop ini, dan mereka sangat ingin kegiatan ini bisa berlanjut. Kegiatan Workshop Pembuatan Batik Jumputan dengan pewarna alami ditutup dengan foto bersama peserta dan tim PKM Fisika Unesa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H