Mohon tunggu...
Lisa Hendrawan
Lisa Hendrawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

Never stop dreaming

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

30 Hari Backpackeran dari Malaysia Hingga Vietnam – Bagian VI

14 April 2014   20:32 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:41 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaisar Khai Dinh adalah kaisar ke XII dalam Dinasti Nguyen, masa pemerintahannya hanya singkat saja dari tahun 1916 – 1925. Karena bersekutu dengan pihak penjajah Perancis maka Kaisar Khai Dinh dibebaskan dari pengucilan (ayahnya adalah kaisar yang dikucilkan oleh Perancis) tetapi mengakibatkan dia tidak disukai rakyatnya. Kebencian rakyat semakin memuncak ketika tahun 1923 dia meminta Perancis menaikkan pajak yang uangnya digunakan untuk membangun makamnya.

Khai Dinh Tomb boleh dibilang masih utuh bagian luarnya hanya lekang oleh waktu tanpa perawatan yang memadai. Tetapi bagian dalamnya terkesan mewah, terlebih lagi makamnya yang terbuat dari marmer, dan patung Kaisar Khai Dinh duduk di atasnya berwarna keemasan. Semakin siang pengunjung semakin berjubel dan berdesakan di makam yang sempit ini, saya segera turun dan melanjutkan perjalanan ke Thien Mu pagoda. Chua Thien Mu adalah pagoda yang bersejarah dan merupakan ikon kota Hue, dibangun tahun 1601 oleh Gubernur Nguyen Hoang (gubernur Hue pada masa itu), dari Dinasti Nguyen. Pagoda yang sederhana ini lambat laun direstorasi dan dikembangkan. Tahun 1710 dipasanglah genta raksasa seberat lebih dari 3000 kg, katanya bunyi genta ini dapat terdengar hingga jarak 10 km. Selain itu di salah satu pagoda kecilnya ada seekor kura-kura terbuat dari marmer sebagai simbol dari panjang usia. Lokasinya di pinggir jalan besar menghadap ke Perfume River. Dengan dermaga bagi para wisatawan yang datang melalui sungai dengan kapal-kapal motor.

Pagoda ini adalah yang tertinggi di Vietnam (7 tingkat) dan menjadi terkenal di seluruh dunia karena seorang biksu bernama Thich Quang Duc datang dengan mengendarai mobil Austin berwarna biru, membakar dirinya pada tanggal 11 Juni 1963 sebagai protes atas kekerasan dan diskriminasi penduduk yang beragama Budha pada masa pemerintahan yang dipimpin oleh Ngo Dinh Diem. Gubernur ini lebih pro kepada Katolik, dan terjadilah diskriminasi pada pemeluk agama Budha untuk lapangan pekerjaan di sektor angkatan bersenjata, pegawai pemerintah dan pendistribusian bantuan dari pemerintah. Di pagoda ini dipajang mobil Austin warna biru tersebut, tapi karena berjubelnya para wisatawan saya tidak bisa mendekatinya apalagi memotretnya. Saya duduk sejenak di seberang jalan mengamati lalu lalang para wisatawan yang tak ada habisnya sambil mencoba merenungkan mengapa agama dicampur adukkan dengan pemerintahan. Agama yang seharusnya adalah individu dari masing-masing orang yang merupakan hubungan antar pribadi dengan Sang Khalik. Bukanlah urusan orang lain untuk ikut campur, apalagi pemerintah sehingga perlu diskriminasi, penindasan dan pembantaian. Rupanya Vietnam belajar dari kesalahan ini. Teringat akan ucapan pemandu wisata waktu di Ho Chi Minh yang mengatakan bahwa kini pemerintah Vietnam tidak ikut campur soal agama, karena itu milik individu penduduknya, tetapi masyarakat jangan ikut campur urusan pemerintahan. Masing-masing sudah punya urusan dan tugas sendiri-sendiri, lakukanlah yang terbaik.

Perjalanan saya lanjutkan ke Citadel malam pertama hanya Nampak gelap gulita. Citadel adalah benteng dan sekaligus merupakan istana Raja Gia Long, dikelilingi oleh tembok bujur sangkar yang tebalnya 2 meter dan tinggi sepanjang 2 km x 2 km, sekelilingnya dibangun parit sepanjang 10 km. Tiket masuknya cukup mahal yaitu sebesar 105.000 VND, tidak heran karena biaya untuk restorasinya pasti menghabiskan cukup banyak dana.

Citadel terdapat di kota Hue yang pernah menjadi ibu kota Vietnam selama 157 tahun pada tahun 1802 – 1945. Citadel merupakan kediaman keluarga kekaisaran Nguyen dan di dalamnya terdapat Purple Forbidden City yang hanya boleh dimasuki dengan ijin dari Raja. Tempat kediaman raja dan keluarganya ini dikelilingi oleh tembok tebal yang tinggal reruntuhan saja. Dibutuhkan kaki yang kuat untuk keliling di dalam Citadel karena luasnya area. Taman yang luas di tengah menunggu tangan-tangan terampil untuk mengisinya dengan bunga-bunga agar keindahannya muncul kembali. Purple Forbidden City hanya menyisakan ratusan kamar-kamar melompong dan rusak. Angin topan dan rayap ikut ambil bagian dalam kerusakan di Citadel termasuk lubang-lubang peluru dan bomb akibat perang antara Vietnam Utara dan Selatan karena Hue dekat perbatasan Utara dan Selatan. Tank dan kapal udara ex Rusia ikut di pajang di luar Citadel sebagai bukti kekejaman perang.

Di bawah pohon yang rindang di ujung salah satu tembok di luar Citadel saya berhenti sejenak memandang kembali tembok besar yang didalamnya hanyalah sisa-sisa secuil sejarah, sambil berharap peace in the world, no more wars. Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun