Mohon tunggu...
Lisdiana Sari
Lisdiana Sari Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer

Terus Belajar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Debat, Ini yang Harus Diwaspadai Jokowi dan Prabowo

18 Januari 2019   22:39 Diperbarui: 18 Januari 2019   22:41 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Usai debat pertama Pilpres 2019 langsung bersalaman hangat. (Foto: liputan6.com)

Misalnya, pertama, sewaktu tema HAM diajukan dan dikaitkan dengan pemenuhan hak-hak untuk kelompok disabilitas.

Awalnya, pemandu debat menanyakan, "Kelompok penyandang disabilitas masih sering mengalami diskriminasi terkait dengan kesejahteraan, fasilitas publik, serta hak-hak politik. Bagaimana Anda memahami isu disabilitas dan apa program Anda untuk memastikan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas?"

Jokowi menjawab dengan memberi latarbelakang lahirnya UU No.8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Jawaban yang cukup panjang, karena akhirnya mencoba dikuatkan dengan contoh kasus suksesnya pelaksanaan Asian Para Games 2018 di Jakarta. Tapi, hal yang paling patut dikedepankan adalah jawaban Jokowi, yang mengubah mindset dari charity kepada pemenuhan hak bagi kelompok disabilitas. Perfect statement-lah itu, saya pikir.

"Setelah keluar UU tentang penyandang disabilitas pada tahun 2016, saya melihat bahwa paradigma terhadap kaum disabilitas ini sudah berubah. Yang sebelumnya adalah bantuan sosial adalah kedermawanan yang harus kita berikan kepada mereka, tetapi yang sekarang dengan UU yang baru, kita melihat paradigmanya adalah pemenuhan hak-hak. Pemerintah, kita sudah memberikan fasilitas-fasilitas untuk pemenuhan hak itu. Baik pemenuhan hak untuk pekerjaan, untuk perumahan, untuk fasilitas umum yang ramah terhadap disabilitas meskipun juga baru di beberapa kota tapi sudah kita mulai. Kemudian juga yang berkaitan dengan kesetaraan bisa saya beri contoh, kami dalam event Asian Para Games, ini event disabilitas terbesar di Asia, kita juga memberikan bonus yang sama dengan atlet yang berlaga di Asian Games ..," tutur Jokowi lugas.

Dan, ketika pemandu debat memberi kesempatan pasangan "Prabowo-Sandi" mengomentari, saya melihat Sandiaga Uno berusaha untuk mematahkan klaim Jokowi terkait disabilitas. 

Sebenarnya hal ini bagus-bagus saja. Apalagi Sandi juga mulai "memukul balik" dengan kisah perjuangan sekaligus kesuksesan Zulfan Dewantara, seorang difabel dan mentor bisnis UKM online. Alih-alih diminta untuk mengomentari, Sandi justru kehabisan waktu dan kehilangan moment untuk "memukul balik" jawaban Jokowi. Meskipun, pada awalnya, Sandi sanggup mencuri perhatian pemirsa dengan jawaban tentang "Zulfan Dewantara".

Saran saya sih buat Sandi, sebaiknya "pukul dulu jawaban" dari Jokowi. Misalnya langsung bilang, "jawaban Pak Jokowi sepertinya kurang membumi, kurang melihat pada kenyataan .., atau apalah-apalah ...". Nah, setelah itu, baru kemukakan kisah "Zulfan Dewantara".

Sebenarnya juga, trik jawaban Sandiaga Uno yang selalu mengambil contoh-contoh kasus seseorang yang sudah ditemuinya di lapangan, untuk menjadi pijakan jawaban maupun pernyataan saat debat, bukan kali ini saja. Dulu, waktu lawan "Ahok'Djarot", Sandi juga menggunakan pola jawaban kisah dari seseorang yang sukses, atau justru seseorang yang mengenaskan, kayak gini. Tujuannya, menguatkan omongan Sandi melalui fakta dan cerita tentang si Anu, si Anu yang begitulah dan beginilah. Di satu sisi, pola Sandi yang kayak gini, pintar, cerdas. Tapi di sisi lain, sudah enggak aneh dan bukan sesuatu yang istimewa lagi. Lagipula, kalau Sandi menyampaikannya kurang efektif, malah bisa jadi menyulitkan dirinya sendiri pada saat kehilangan moment dan kehabisan waktu.

Jadi, untuk sesi soal pemenuhan hak-hak kelompok disabilitas, kubu "Jokowi-Ma'ruf" seakan menang angin, apalagi ditambah jawaban Ma'ruf Amin yang meneduhkan. "Saya kira yang penting lagi membangun budaya masyarakat untuk memberikan penghormatan kepada kelompok disabilitas. Menyamakan perlakuan baik yang disabilitas maupun nondisabilitas," ujar Ma'ruf.

Pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno dalam debat pertama Pilpres 2019. (Foto: kompas.com)
Pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno dalam debat pertama Pilpres 2019. (Foto: kompas.com)
Kedua, ketika tema Hukum dan HAM, Jokowi membalas komentar Prabowo, dengan meng-knock out lewat kasus hoax Ratna Sarumpaet.

Saat ditanya pemandu debat, tentang kerap dipertentangkannya antara ketegasan penegakan hukum dengan isu HAM, Jokowi mengatakan, jangan pertentangkan antara HAM dan penindakan hukum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun