Mohon tunggu...
Lisdiana Sari
Lisdiana Sari Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer

Terus Belajar.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kisah Emak-emak Penakluk Gunung Prau

3 Agustus 2018   20:12 Diperbarui: 4 Agustus 2018   17:44 2189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memandangi matahari terbit dari lokasi perkemahan Gunung Prau. (Foto: Dokpri)

Berfoto dulu di basecamp sebelum mendaki Gunung Prau. (Foto: Dokpri.)
Berfoto dulu di basecamp sebelum mendaki Gunung Prau. (Foto: Dokpri.)
Foto bareng dulu di basecamp sebelum mendaki Gunung Prau. (Foto: Dokpri.)
Foto bareng dulu di basecamp sebelum mendaki Gunung Prau. (Foto: Dokpri.)
Sepanjang jalan mendaki ini, pemandangan alam sudah begitu indah dipandang. Ciamik banget dengan aneka kebun sayur dan persawahan yang subur menghijau meskipun sekarang sedang musim panas. Hawa sejuk semakin memeluk. Pantas saja ketika akhir abad 19 doeloe, bangsa londo alias Belanda suka bermukim di sini. Noni-noni Belanda itu pasti suka dengan "Kota Dingin" Dieng yang mungkin saja mirip tempat asal mereka di Eropa sana.

Saking dinginnya, meskipun hari sudah siang tapi jaket tebal dan baju hangat tak mau kami lepas. Mungkin juga dinginnya bertambah karena kami enggak sempat mandi pagi juga ... wkwkwkkkkk, tapi wangi tubuh tetap terjaga, emak-emak 'LT' gitu loh.

Jam 14.00 wib

Jam dua siang kami sampai di meeting point Dieng Plateau. Lapar? Pasti. Dingin dan memang sudah lewat jam makan siang pula 'kan. Lunch di mana? Kami semua makan siang di rumah tim pemandu (guide) yang memang sudah menyiapkan perjamuan. Para guide inilah yang akan membantu dan memandu kami nanti mendaki Gunung Prau.

Memulai pendakian Gunung Prau. (Foto: Dokpri.)
Memulai pendakian Gunung Prau. (Foto: Dokpri.)
Ketika mendaki, beberapa kali harus istirahat, sambil tak lupa jepret selfie sebelum hari gelap. (Foto: Dokpri)
Ketika mendaki, beberapa kali harus istirahat, sambil tak lupa jepret selfie sebelum hari gelap. (Foto: Dokpri)
Kelar makan, sebagian kami menunaikan Dzuhur yang dijamak dengan Ashar. Di rumah tim guide ini pula kami menyortir barang-barang bawaan. Mana barang-barang yang harus ditinggal- termasuk busana yang akan dikenakan ketika pulang ke Jakarta nanti - dan mana yang perlu dibawa untuk mendaki gunung, segera diseleksi.

Kami enggak khawatir harus membawa ransel besar atau carrier yang gendut menggelembung. Ini bukan karena emak-emak 'LT' gank kura-kura ini kuat berotot baja dan sanggup membawa beban berat, tapi tim porter yang akan membantu menggendong carrier memang sudah stand by. Hahahaaa ... eh, plis dehenggak usah diketawain yeeeehhh.

Hasil seleksi barang bawaan, membuat saya hanya membawa ransel dan tongkat kecil. Praktis buat menyusuri jalur pendakian. Ransel kecil yang saya cangklong di punggung ini cuma berisi handphone, kamera, powerbank, wadah air minum, kacamata, jaket tipis windbrake yang kedap air atau bahan parasut, sarung tangan, tutup kepala atau kupluk, syal, dan sudah pasti jaket hangat luaran. Carrier saya yang kira-kira ukuran 60 liter dan berat, saya minta dibawa oleh porter saja. Dalam carrier itu ada jaket tebal, long john atau thermal underwear, sleeping bag, air minum, kaos kaki tebal, beberapa kaos dan dalaman untuk ganti, lampu kecil, dan kudapan seadanya. Kudapan camilan perlu loh, namanya juga emak-emak, tahan lapar tapi enggak bisa nahan ngemil. Ssssstttttt ... ini rahasia!

Emak Julie di penanda Pos ke-2 pendakian Gunung Prau. (Foto: Dokpri)
Emak Julie di penanda Pos ke-2 pendakian Gunung Prau. (Foto: Dokpri)
Penulis kelelahan tapi tetap menebar senyum dan semangat. (Foto: Dokpri)
Penulis kelelahan tapi tetap menebar senyum dan semangat. (Foto: Dokpri)
Jam 15.00 wib

Jam di hape sudah menunjukkan tiga sore. Saatnya kami mulai bergerak menuju basecamp untuk kemudian bersiap melanjutkannya dengan mendaki ke puncak Gunung Prau melalui JALUR DIENG. Menurut pengalaman guide kami, waktu tempuh pendakian adalah sekitar 3 jam. Itu juga masih harus ditambah waktu 40 menit, untuk kembali turun dari puncak Prau  menuju ke bukit lokasi perkemahan .

Nah, karena faktor 'U' alias usia, maka rombongan kami dibagi menjadi 3 kelompok. Masing-masing, 4 orang yang termasuk kelompok faktor 'U'; 4 orang lagi masuk kelompok yang masih muda-enerjik-lincah; dan 4 orang berikutnya merupakan kelompok yang merupakan se-keluarga. Saya? Heheheee ... masuk kelompok faktor 'U'.

Kelompok emak-emak yang masih muda-enerjik-lincah memilih untuk lebih dahulu melakukan pendakian. Saya dan tiga emak-emak yang faktor 'U' berangkat agak belakangan alias slow sedikit. Kaki-kaki mengayun seirama lengan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun