Mohon tunggu...
Lisdiana Sari
Lisdiana Sari Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer

Terus Belajar.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kisah Emak-emak Penakluk Gunung Prau

3 Agustus 2018   20:12 Diperbarui: 4 Agustus 2018   17:44 2189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emak Sumi berfoto dengan bunga liar Daisy khas Gunung Prau di sekitar lokasi perkemahan Gunung Prau. (Foto: Dokpri.)

Usai shalat, warung yang menjajakan minuman hangat di samping masjid pun menjadi incaran. Kami mereguk kehangatan. Kopi dan teh dengan aroma yang menyengat sedap dicecap lidah. Diseruput nikmat meski belum gosok gigi apalagi mandi pagi. Rasa kantuk pun terusir pergi.

Sabtu, 14 Juli 2108

Jam 6.30 wib, kami merapat di Purwokerto, ibukota Kabupaten Banyumas. Secara tradisi, Purwokerto adalah kota industri dan perdagangan. Kotanya resik banget dan memikat hati. Karena barusan saya sebut bahwa Purwokerto ini adalah kota perdagangan, maka menjadi alasan bagi kami untuk mampir 'cuci mata' ke pasar tradisional.

Namanya, Pasar Pon. Lokasinya ada di Jalan Jenderal Sudirman Barat atau yang lebih dikenal dengan Bantarsoka, Kecamatan Purwokerto Barat. Jajanan pasar menjadi pilihan untuk kami beli. Sekadar mengisi 'kampung tengah' alias perut.

Emak Julie dan Emak Antien dengan busana lengkap menahan dingin. (Foto: Dokpri.)
Emak Julie dan Emak Antien dengan busana lengkap menahan dingin. (Foto: Dokpri.)
Di Purwokerto -- kota yang pernah melahirkan nama-nama besar seperti Jenderal Gatot Subroto, pelawak S Bagio, Darto Helm, mantan menteri Soesilo Soedarman, Soeparjo Roestam dan lainnya -- kami berencana bertemu dengan member 'LT' lainnya yang menumpang kereta. Dua emak-emak dari Sukabumi, dan seorang lagi berangkat dari Ciamis, Jawa Barat. Tapi apa daya, kedatangan ketiganya terlambat dari jadwal yang sudah dirancang.

Keterlambatan mereka yang menumpang kereta, membuat kami bisa longgar waktu untuk beristirahat. Dimana? Ya, karena ada satu keluarga emak 'LT' asal Bandung, Jawa Barat yang sudah lebih dulu menginap di Hotel Palapa di Jalan Letjen S Parman, Purwokerto Selatan, maka kami pun menumpang untuk menggunakan kamar mandi kamar hotelnya plus berganti busana.

Tak perlu mandi kuyup, cukup mandi koboi. Segar kembali badan ini. Selesai bersalin baju, kami bergegas menjemput kedatangan tiga emak 'LT' di stasiun kereta Purwokerto. Ini adalah stasiun kelas besar di pinggiran kota, tepatnya di daerah Kober. Rel keretanya tentu sudah ganda alias double track.

Kata Wikipedia, malah ada tujuh jalur yang semuanya aktif, dengan jalur 2 sebagai jalur utama. Eh iya, asal tahu saja, stasiun ini diresmikan pada 1 Juli 1916 oleh perusahaan kereta api Staatsspoorwegen. Mungkin gara-gara nama perusahaan ini sehingga membuat wong Jowo menyebut kereta sebagai spoor alias sepur.

Penulis berpose di ikon tulisan Gunung Prau. (Foto: Dokpri.)
Penulis berpose di ikon tulisan Gunung Prau. (Foto: Dokpri.)
Kedatangan tiga teman yang menumpang kereta telat 1,5 jam dari perkiraan jam pertemuan. Meski telat, tapi akhirnya kami semua sudah bisa kumpul di Purwokerto. Bahagia rasanya, gank kura-kura sudah lengkap. Toss ...

Sekarang, dengan dua mobil beriringan, kami memacu gerak kendaraan dari stasiun kereta Purwokerto menuju Wonosobo. Perjalanan berjarak sekitar 90 km dan memakan waktu hampir 3 jam. Pacu kendaraan enggak ngebut kok. Santai tapi mantap, wusss-wusss. Tiba di Kabupaten Wonosobo, kami lanjutkan perjalanan ke arah utara dengan jalan mendaki sekitar satu jam perjalanan menuju Dieng Plateau.

Dieng Plateau atau dataran tinggi Dieng ada di ketinggian 2.093 mdpl. Inilah mengapa hawa dingin semakin menyambut kami dalam setiap putar roda kendaraan. Lokasi Dieng Plateau ada diantara dua kabupaten, Wonosobo dan Banjarnegara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun