Mohon tunggu...
Lisdiana Sari
Lisdiana Sari Mohon Tunggu... Administrasi - Kompasianer

Terus Belajar.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyusuri Great Ocean Road, Wisata ke Twelve Apostles di Australia

8 Februari 2015   22:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:35 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_349944" align="aligncenter" width="559" caption="Pemandangan gugusan batu kapur raksasa yang tegak seolah menyembul dari laut, dilihat dari atas obyek wisata Gibson Steps, Australia. (Foto: Lisdiana Sari)"][/caption]

Akhir tahun kemarin, saya memperoleh kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan Advance Management di University of Melbourne, Australia. Kegiatan Diklat ini singkat saja, hanya lima hari, dan selesai.

Usai kegiatan Diklat tersebut, sembari menanti jadwal dan ‘hari H’ kepulangan ke tanah air, saya bersama tiga rekan peserta training lainnya, berusaha untuk memanfaatkan waktu dengan melakukan perjalanan wisata. Pikir-pikir, waktu luang sangat berharga, dan tidak ada salahnya untuk sekadar refreshing dengan mengunjungi salah satu obyek wisata yang menjadi kebanggaan dunia pariwisata di Negeri Kangguru, Australia.

[caption id="attachment_349945" align="aligncenter" width="316" caption="Pemandangan laut yang membentang sepanjang jalur Great Ocean Road, Australia. (Foto: Lisdiana Sari)"]

1423383862856931911
1423383862856931911
[/caption]

[caption id="attachment_349946" align="aligncenter" width="562" caption="Pemandangan laut yang membentang sepanjang jalur Great Ocean Road, Australia. (Foto: Lisdiana Sari)"]

14233839391252490605
14233839391252490605
[/caption]

Obyek wisata yang kami kunjungi adalah Great Ocean Road, yang untuk selanjutnya disingkat saja menjadi GOR. Apa yang dapat dinikmati wisatawan ketika menuju dan setiba di GOR? Tak lain adalah pemandangan memikat nan indah, karena jalan menuju GOR terbentang sejauh 250 kilometer (km), dengan melintasi tebing-tebing dan pemandangan pantai yang eksotik.

Menurut informasi yang kami terima, bentangan jalan dengan nuansa pemandangan alam pebukitan dan pantai ini dibangun untuk menjadi semacam memorial, atau untuk mengenang banyaknya tentara-tentara yang tewas semasa Perang Dunia II silam. Konon terdapat juga ‘monumen’ yang terdapat tulisan berbahasa Inggris berbunyi: “This road was built to commemorate the services of sailors and soldiers in the Great War”.

Lintasan GOR mulai dibangun pada tahun 1918. Mulai dibuka dan dioperasikan pada 26 November 1932. Antara tahun 1932 hingga 1936, GOR dioperasikan sebagai jalan bebas hambatan, atau jalan tol.

[caption id="attachment_349947" align="aligncenter" width="562" caption="Pemandangan laut yang membentang sepanjang jalur Great Ocean Road, Australia. (Foto: Lisdiana Sari)"]

1423383978172175685
1423383978172175685
[/caption]

Apa hanya menampilkan pemandangan jalan-jalan yang berhiaskan tebing-tebing dengan suasana pantai? Tentu tidak. Menurut informasi yang kami peroleh, GOR memiliki potensi wisata yang sangat mumpuni, dan cocok untuk berbagai pemuas hobi. Sebut saja misalnya, Otway National Park yang dapat menjadi pilihan bagi wisatawan penggila perjalanan hiking. Juga ada Port Campbell National Park (285 km arah ke Barat dari Melbourne) – antara Princetown dan Peterborough di GOR --, yang menawarkan pemandangan lepas pantai dengan batu-batu kapur Miosen raksasa yang menyembul dari perairan laut.

Gugusan batu-batuan ini sepanjang waktu terus terpapar oleh sapuan gelombang sehingga menimbulkan debur buih-buih ombak yang menarik untuk memanjakan selepas mata memandang. Batu-batuan raksasa saling berdekatan dan membentuk semacam gugusan yang menyembul dan menjorok ke laut ini terkenal dengan sebutan 12 Apostles, atau Twelve Apostles.

Wisatawan tak perlu bersusah payah mencari lokasi untuk memandangi Twelve Apostles sesuka hati, karena pemangku wilayah dan pengendali kebijakan pariwisata di Australia telah menyiapkan lahan parkir dan view area yang benar-benar strategis, serta dilengkapi pagar pengaman yang baik dan kokoh lantaran lokasi yang rata-rata memang langsung berada di pinggir tebing karang yang sangat curam. Tempatnya sungguh cocok untuk mengambil foto pemandangan alam gugusan bebatuan kapur Miosen raksasa Twelve Apostles, dan sudah pasti ber-foto selfie.

[caption id="attachment_349948" align="aligncenter" width="543" caption="Tebing karang di Gibson Steps, yang dilengkapi anak tangga bebatuan lengkap dengan pegangan tangan pengaman di sisi-sisinya. (Foto: Lisdiana Sari)"]

14233840321838474327
14233840321838474327
[/caption]

[caption id="attachment_349949" align="aligncenter" width="562" caption="Di Gibson Steps, air laut yang dingin karena langsung berasal dari Laut Antartika, dan pasir yang lembut, sedangkan angin bertiup cukup kencang. (Foto: Lisdiana Sari)"]

1423384133386219527
1423384133386219527
[/caption]

Melintasi GOR menuju Twelve Apostles

Sabtu pagi yang cerah, arloji baru menunjukkan jam 08.00 pagi waktu setempat. Hari itu, 29 November 2014, merupakan hari terakhir musim semi di Australia, atau menjelang summer hari pertama yang biasanya jatuh pada 1 Desember. Saya bersama tiga rekan lain, mulai beranjak melangkahkan kaki dari tempat menginap di Hotel Mercure, Swanston Street down town Melbourne. Tujuan kami adalah ke Franklin Street, tepatnya ke Avis, tempat sewa-menyewa kendaraan, yang berjarak sekitar tiga blok/lampu merah menuju arah Utara.

Segera kami memperoleh mobil sewaan tanpa supir – lengkap dengan GPS --, untuk membawa kami menuju Great Ocean Road. Tanpa supir? Ya, karena di sini kami diizinkan membawa kendaraan dengan berbekal SIM A Indonesia. Selain itu, sama dengan kendaraan transportasi di Indonesia pada umumnya, lokasi setir dan supir berada di kursi sisi sebelah kanan. Adapun lajur jalan yang wajib dilintasi berada pada sisi sebelah kiri.

Pendek kata, setengah mengandalkan nekat juga untuk menyewa mobil demi menuju lintasan jalur GOR yang nama dan keindahan pemandangan alamnya telah menjadi legenda dunia itu. Tak usah khawatir bahwa tidak akan ada tempat-tempat untuk melepas penat. Karena, di sepanjang GOR dengan berbagai tempat pemberhentian yang ada demi melepas penat, maupun untuk memenuhi berbagai keperluan wisatawan.

[caption id="attachment_349950" align="aligncenter" width="533" caption="Di Gibson Steps, air laut yang dingin karena langsungberasal dari Laut Antartika, dan pasir yang lembut, sedangkan angin bertiup cukup kencang. (Foto: Lisdiana Sari)"]

14233842661347769322
14233842661347769322
[/caption]

[caption id="attachment_349951" align="aligncenter" width="562" caption="Di Gibson Steps, berfoto bersama. (Foto: Lisdiana Sari)"]

1423384326705655822
1423384326705655822
[/caption]

Tepat jam 09.00 pagi, kami mulai berkendara meninggalkan Melbourne. Rupanya, panduan GPS jitu juga untuk langsung memandu kami menuju ke Prince Highway, menuju ke arah Geelong lalu ke Torquay dan menuju Angelsea. Dari wilayah Angelsea inilah, perjalanan wisata melintasi GOR dimulai. Ditandai dengan mulainya kendaraan yang kami tumpangi menyusuri hamparan pantai dengan garis horizontal pantai di sisi sebelah kiri jalan raya. Tak berapa lama, kami sudah menyusuri lintasan wilayah yang dinamakan Lorne dan Apollo Bay.

Khusus untuk Torquay dan Lorne, keduanya adalah merupakan obyek wisata yang menjanjikan pemandangan pantai menawan, lengkap dengan pasir yang memutih, serta taman-taman menghijau nan asri. Terdapat banyak tourist resort yang dapat disewa pengunjung, lengkap dengan pelayanan snorkeling dan diving.

Sayangnya, bukan Torquay dan Lorne itu yang menjadi tujuan kami. Kendaraan kami pacu lagi melintasi bentangan lintasan GOR demi menuju destinasi Twelve Apostles. Oh ya, sebelumnya di Melbourne, kami sudah mempersiapkan makanan-minuman ringan lengkap dengan buah Cherry yang kala itu memang tengah mengalami musim panen. Maklum, “emak-emak” travelling, so pasti, persediaan makanan-minuman bakal dijejali secukupnya di dalam mobil. Heheheee … bukan untuk menimbun stok makanan-minuman, tapi niatnya sederhana saja, kami tidak ingin terlalu banyak berhenti di berbagai tempat di sepanjang GOR, karena memang berhasrat untuk segera sampai ke tujuan Twelve Apostles itu.

[caption id="attachment_349952" align="aligncenter" width="562" caption="Di Gibson Steps, berfoto dengan latarbelakang Twelve Apostles, Australia. (Foto: Lisdiana Sari)"]

1423384383595948558
1423384383595948558
[/caption]

[caption id="attachment_349954" align="aligncenter" width="562" caption="Perjalanan sepanjang Great Ocean Road dari Melbourne sampai ke Port Fairy. (Foto: Google Maps)"]

1423384988287224844
1423384988287224844
[/caption]

Meski begitu, niat tetap saja menjadi niat yang agak “terlupakan”. Karena, ketika sudah selama satu jam berkendaran dari Melbourne, belum-belum kami sudah memutuskan untuk beristirahat, sekaligus memanfaatkan rest room yang ada. Tepatnya, tak jauh dari wilayah yang namanya Geelong. Di situ pula terdapat satu café, namanya Wares Side Café yang berlokasi tak jauh dari (atau sebelum) wilayah Grover Dale. Kami menikmati coklat hangat dan kue keju yang lezat. Aaahhhh … jadi lupa deh sama program diet, “aji mumpung” di negeri orang, heheheeee.

Sepanjang perjalanan melintasi GOR, yang kami jumpai hanya kondisi jalan yang mulus dengan pemandangan pantai yang sangat mempesona, dengan ombak lepas dari Antartika yang posisinya berada di paling bawah globe atau bola dunia. Tak susah mencari petunjuk arah jalan di sepanjang GOR, karena marka jalan begitu lengkap dan jelas sehingga membawa rasa kenyamanan tersendiri, berpadu dengan konstruksi jalan raya yang bersih, mulus meski perjalanan yang kami tempuh cukup jauh.

Tak lupa, kami menyempatkan diri untuk berfoto bersama, berfoto selfie, di setiap sudut area yang terdapat papan nama, dan memang tersedia tempat parkir sekaligus lokasi khusus untuk melakukan camera photo shot. Eh, satu lagi, sepanjang perjalanan di GOR ini, tidak kami saksikan ada kendaraan umum yang melintas, alias semuanya kendaraan pribadi. Hanya sesekali saja berpapasan dengan bus berukuran besar yang membawa grup rombongan wisatawan.

[caption id="attachment_349955" align="aligncenter" width="562" caption="Tiba di destinasi wisata Twelve Apostles, Australia. (Foto: Lisdiana Sari)"]

14233851092038575411
14233851092038575411
[/caption]

[caption id="attachment_349956" align="aligncenter" width="562" caption="Tiba di destinasi wisata Twelve Apostles, Australia. (Foto: Lisdiana Sari)"]

14233851751090892962
14233851751090892962
[/caption]

Setelah melewati wilayah Apollo Bay yang indah bahkan dijuluki sebagai “Paradise by the Sea”, tidak banyak lagi perumahan penduduk yang kami jumpai, kecuali vila-vila dan resort untuk tempat beristirahat para wisatawan. Terdapat pula resto-resto yang berada di sepanjang jalan menuju ke arah Otway National Park, sebuah tempat yang sempurna bagi wisatawan yang gemar menghabiskan waktu di alam liar.

Wisatawan bebas mendaki perbukitan, hiking, dan menjumpai berbagai pesona kecantikan alam, termasuk air terjun, lengkap pepohonan besar nan rimbun, dengan satwa-satwa dilindungi yang rupawan. Sebut saja misalnya, Burung Kakatua yang badannya berbulu hijau kehitaman, berkepala merah juga biru, serta memiliki ekor panjang yang menghijau. Juga, siput yang merupakan spesies khusus dari Taman Nasional Otway. Hebatnya lagi, wisatawan juga dapat menikmati “kepingan alam surga” ini dengan berkuda.

Sebenarnya, sesudah Otway National Park terdapat satu tujuan rekreasi yang dapat dikunjungi, yaitu Cape Otway Lighthouse atau Mercusuar Cape Otway yang dibangun pada 1848 silam untuk memandu kapal-kapal laut yang kerapkali mengalami kehilangan arah saat masih berada di lautan lepas. Mengapa tidak mampir ke mercusuar? Hal ini dikarenakan jalan menuju ke Cape Otway Lighthouse justru sedikit menjauh dari jalur lintasan GOR, atau mengawah ke ‘bawah’ peta, ke pantai.

Karena itu, dari lintasan Otway National Park kami langsung lurus menuju ke arah Twelve Apostles , untuk kemudian langsung menuju ke Lavers Hill. Di sini, kami berhenti untuk makan siang, karena arloji memang sudah menunjukkan jam 13.00 siang. Lavers Hill berada di lingkungan area Melba Gully State Park yang merupakan Taman Nasional dan dijuluki “The Jewel of the Otway” dengan luas 48 hektar.

[caption id="attachment_349957" align="aligncenter" width="562" caption="Di Loch Arch Gorge, sesudah Twelve Apostles, Australia. (Foto: Lisdiana Sari)"]

14233852401285623120
14233852401285623120
[/caption]

[caption id="attachment_349958" align="aligncenter" width="562" caption="Di Loch Arch Gorge, sesudah Twelve Apostles, Australia. (Foto: Lisdiana Sari)"]

14233853081665185160
14233853081665185160
[/caption]

Ketika bersantap makan siang di salah satu resto yang ada di Lavers Hill itulah, seorang waiter menjelaskan bahwa perjalanan kami menuju ke Twelve Apostles hanya tinggal sekitar 40 menit lagi. Perasaan hati kami berbunga-bunga karena terbayang perjalanan kami berkendara dan berwisata sudah hampir mencapai tujuannya.

Setelah melewati Princetown, kami tiba di Gibson Steps, dan kemudian ke Loch Arche Gorge, untuk kemudian turun ke pantai yang berada di bawah dengan berjalan kaki, menuruni anak tangga batu yang tinggi, merasakan lembutnya pasir pantai, dan menyaksikan ombak memecah pantai di sela karang Loch Arch Gorge. Angin pantai kencang berhembus menambah sensasi kekaguman kami akan secuil alam raya ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Sesudah menikmati keindahan Loch Arch Gorge, -- kami kembali berkendara -- guna menjumpai pemandangan menakjubkan lainnya yaitu The Arch, yang merupakan batu karang berwarna coklat muda yang berbentuk melengkung seperti setengah lingkaran kue donat dengan lubang setengah lingkaran. Ombak bergulung-gulung menghempas The Arch. So beautiful, Subhanallah.

[caption id="attachment_349959" align="aligncenter" width="559" caption="Di The Arch, sesudah Loch Arch Gorge. (Foto: Lisdiana Sari)"]

1423385354405554320
1423385354405554320
[/caption]

Yang cukup mengherankan dan membuat kami sempat tertawa terpingkal-pingkal adalah, perjalanan yang kami tempuh setelah The Arch. Mengapa? Karena, semestinya The Loch Arch Gorge dan The Arch adalah dua destinasi wisata yang lokasinya justru sesudah Twelve Apostles, tapi herannya kenapa kami tidak menjumpai destinasi utama yang berarti “12 Rasul” itu? Bahkan, setelah The Arch, kami justru malah kebablasan hingga sampai ke Port Campbell. Karena sadar bahwa kami sudah terlalu jauh (tersesat) dari tujuan utama Twelve Apostles, maka setiba di Port Campbell, mobil kamu putar balik, menuju arah tepat ke Twelve Apostles.

Ternyata, alasan bahwa kami tidak melihat rambu petunjuk menujuk Twelve Apostles adalah dikarenakan sebelumnya di sepanjang GOR, kami selalu melihat ke sisi sebelah kiri jalan raya, menyaksikan pemandangan pantai nan ciamik. Padahal kenyataannya, rambu petunjuk menuju ke Twelve Apostles justru ada di sisi sebelah kanan jalan raya, tepatnya sesudah lokasi wisata Gibson Steps. Begitu pula dengan lokasi pemberhentian/parkir kendaraan wisatawan, apabila ingin menuju ke Twelve Apostles, juga berada di sisi sebelah kanan jalan raya. Meskipun, obyek wisata yang dimaksud justru berada di sisi sebelah kiri.

[caption id="attachment_349961" align="aligncenter" width="562" caption="Papan informasi obyek wisata Twelve Apostles, Australia. (Foto: Lisdiana Sari)"]

14233855651224203510
14233855651224203510
[/caption]

Begitulah, di Twelve Apostles, gugusan bebatuan kapur raksasa begitu menakjubkan. Kami puas berfoto dengan latarbelakang bebatuan yang tegak berdiri dan seolah jumawa menantang gelombang Laut Antartika itu. Tak terasa, arloji di tangan sudah menunjukkan pukul 16.00 sore. Tapi, sinar matahari masih terik, tidak seperti jam 16.00 sore waktu Jakarta yang biasanya sinar mentari sudah mulai agak temaram. Kami pun bergerak meninggalkan Twelve Apostles, kembali menuju kendaraan, dan memutuskan singgah lagi untuk kedua kalinya di Gibson Steps. Turun dari parkiran kendaraan, kami menuruni tebing dengan melewati anak tangga bebatuan yang diberi pinggiran pegangan tangan untuk pengaman. Sesampainya di bawah yaitu kawasan pantai, kami tak sabar untuk langsung menyentuh air laut yang dingin, dan merasakan pula betapa lembutnya pasir pantai di Gibson Steps yang luas menghampar dan kami jejaki.

Sekadar perbandingan saja, perjalanan wisata yang menggunakan tour agent atau dipandu tour guide, dimana wisatawan bisa duduk manis sembari menyimak penjelasan tour guide, dan kemudian berfoto-foto ria, meski harus diberi batasan waktu yang kurang longgar untuk mengeksplorasi keindahan alam lebih jauh lagi. Beda dengan kami yang melakukan perjalanan wisata dengan menyewa kendaraan sendiri, dan harus cermat membaca langsung setiap marka atau rambu-rambu di jalan raya, termasuk papan penunjuk lokasi obyek wisata, tetapi dengan lebih memiliki kelonggaran waktu untuk melakukan eksplorasi keindahan obyek-obyek wisata lebih dalam lagi.

[caption id="attachment_349962" align="aligncenter" width="562" caption="Pesona Twelve Apostles di Australia yang mempesona. (Foto: Lisdiana Sari)"]

14233858171975974943
14233858171975974943
[/caption]

Sungguh indah destinasi wisata Twelve Apostles ini, terlebih lagi sepanjang perjalanan menyusuri GOR yang banyak sekali menawarkan obyek-obyek wisata alam. Rasanya, belum puas kami menjelajahi GOR, karena setelah Port Campbell pun, berdasarkan peta wisata yang kami selalu jadikan panduan, masih ada destinasi wisata menarik lainnya semisal Peterborough yang menawarkan sejumlah lokasi snorkeling juga diving, entah itu di The Grotto, Bay of Martyrs dan Bay of Islands Coastal Park. Lokasi lain adalah di Warrnambool yang terdapat Lady Bay, dan juga di Killarney yang terdapat Tower Hill, dan tak jauh dari situ ada pula Port Fairy sebagai ujung akhir lintasan GOR yang menawarkan wisata ke Griffiths Island.

Di Pulau Grifftihs ini, pada setiap antara bulan September dan April, akan terlihat ribuan Burung Mutton (seperti perpaduan Burung Puyuh dan Burung Dara) berwarna hitam, pada setiap sore hari, terbang kembali ke sarang dengan membawa makanan untuk anak-anaknya.

Rasanya, berwisata di sepanjang Great Ocean Road, Australia ini masih harus diulangi lagi, guna mereguk semua keindahan alam nan menakjubkan di sana. Angan-angan menyembul dari dalam hati, andai mendapat kesempatan untuk kembali ke Australia lagi, saya harus menyaksikan destinasi wisata andalan lainnya yaitu Batu Merah atau Batu Uluru, sekalian menyeberang dan mengeksplorasi obyek-obyek wisata di New Zealand … Insya Alloh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun