Sejak puluhan tahun silam, KAI Commuter mewarnai lika-liku transportasi harian saya saat meniti karir di Jakarta. Kala itu, dibanding dengan naik moda transportasi publik lainnya, naik Kereta Rel Listrik (KRL) atau Commuter Line menjadi pilihan yang jauh lebih cepat dan hemat. Asal datang dengan kalkulasi waktu yang tepat, niscaya beragam kisah perjalanan di ibu kota terasa lebih nyaman dan menyenangkan.
Tidak heran jika sejak 2013 silam, kartu Tiket Harian Berjaminan (THB) yang dikeluarkan oleh PT. KAI Commuter Jabodetabek sempat menjadi salah satu “magic card” yang wajib saya miliki. Maklum, seiring dengan perkembangan teknologi, kala itu ongkos pulsa dan biaya transportasi sudah menjelma menjadi kebutuhan pokok diluar sandang, papan dan pangan.
Diluar dugaan, sampai sepuluh tahun kemudian aka tahun 2023 ini, KRL masih menjadi andalan yang menyertai berbagai perjalanan saya. Kabar baiknya, kini KRL tidak hanya beroperasi dengan rute Jabodetabek dan Merak saja, tetapi sudah merambah di berbagai kota di Pulau Jawa lainnya, mulai dari Bandung, Surabaya hingga Jogja.
Harapan saya rute KRL nantinya dapat merambah ke berbagai pelosok nusantara. Sehingga opsi untuk menikmati pesona Indonesia menjadi kian mudah dan murah. Pasalnya selain untuk keperluan pekerjaan, tidak jarang perjalanan menggunakan Commuter Line juga dilakukan untuk berwisata, pulang kampung hingga keperluan pengobatan seperti yang kawan saya lakukan beberapa hari lalu.
“Akhirnya aku milih naik KRL aja, gaes”, tulis Uwing pagi itu di WhatsApp Group (WAG) kami. Sahabat saya ini harus pergi ke Solo untuk keperluan mapping. Sebutan teknis terkait penyetelan implan koklea untuk buah hati kesayangannya. Implan koklea sendiri merupakan alat bantu dengar yang ditanam di bawah kulit kepala melalui tindakan operasi.
Karena sempat bercerita kalau ke Solonya juga mengajak si bungsu yang baru berusia empat tahun dan ibu mertua yang sudah menginjak lansia, saya pun menanyakan perihal tempat duduk selama dalam perjalanan. Takutnya kalau sampai tidak kebagian kursi.
Eh, langsung dijawab dong sama yang bersangkutan. “Tenang, aku kan bawa balita dan lansia, insyaallah aman. Kan ada kursi prioritas. Kalau pun sampai nggak dapat kursi, pasti auto dicariin sama petugas KRL-nya”, jelas Uwing dengan cepat.
“Oh, iya juga, ya? Duh kenapa aku jadi oneng begini?”, balas saya sesaat kemudian.