Mohon tunggu...
Retno Septyorini
Retno Septyorini Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan, sering jalan ^^

Content Creator // Spesialis Media IKKON BEKRAF 2017 // Bisa dijumpai di @retnoseptyorini dan www.retnoseptyorini.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kerokan, Tradisi Usir Angin Andalan Lintas Jaman

26 November 2017   20:48 Diperbarui: 26 November 2017   22:22 1122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Balsem Lang, Pasangan untuk Kerokan (dokumentasi pribadi)

Sontak tawa kami pun pecah sekali lagi. Dia tertawa tentu karena mengingat moment lucu sore itu, sedangkan saya masih geli membayangkan alih fungsi sendok makan yang tetiba jadi alat bantu kerokan. 

---

Meski sudah menjadi tradisi dalam mengusir meriang dan mungkin banyak pula yang menggunakan sendok makan sebagai alat bantu kerokan, namun hingga saat ini kerokan masih menjadi kontroversi. Salah satu hal yang banyak dibicarakan adalah dampak kerokan bagi kesehatan, utamanya dampak terjadinya bilur merah yang timbul di permukaan kulit. Sebagai penikmat kerokan, saya sendiri kerap mendapat berbagai pertanyaan dari teman yang penasaran akan tradisi kerokan.

"Kalau dikerok-kerok gitu apa nggak sakit Ret?".

"Dear kengkawan semua, kerokan itu dilakuinnya nggak sembarangan. Kalau saya sendiri mengharuskan cuci tangan pada orang yang mau ngerokin. Begitu pula dengan benggol yang akan digunakan untuk kerikan. Sebelum digunakan benggol harus dicuci bersih menggunakan sabun".

"Selain itu ada semacam teknik khusus yang perlu diketahui agar terhindar dari sakit usai kerokan. Bener sih akan ada sembilur merah di permukaan kulit usai dikerokin. Tapi jika dilakukan dengan teknik yang benar, kerokan tidak menimbulkan rasa sakit, bahkan lecet pun tidak. Sebaliknya, usai kerokan, badan yang tadinya terasa berat, pun perut yang tadinya kembung karena masuk angin akan berangsur enak dan pulih seperti sedia kala".

"Jadi, rahasianya kerokan apa aja nih?"

"Hal pertama yang penting dilakukan adalah memilih benda tumpul yang akan digunakan untuk kerokan. Kalau orang jaman dulu biasanya menggunakan benggol, si uang logam dua setengah sen yang saya ceritakan di awal perjumpaan tadi. Kalau nggak punya, banyak juga yang menggantinya dengan uang logam kekinian atau benda lain yang permukaannya tumpul, seperti batu giok ataupun sendok tebal logam seperti pengalaman kawan Indah tadi".

"Selanjutnya tinggal pilih pelumas yang baik untuk kerokan. Selain sebagai pelicin sekaligus sebagai media perantara agar kulit tidak lecet saat dikerokin, pelumas tersebut juga berfungsi sebagai penghangat tubuh. Menurut cerita ibu, pelumas kerokan jaman dulu itu pakainya minyak tanah. Jadi habis dikerokin baunya agak gimana gitu.

Balsem Lang Andalan Keluarga (dokumentasi pribadi)
Balsem Lang Andalan Keluarga (dokumentasi pribadi)
"Sebagai kids jaman now saya tidak pernah merasakan kerokan menggunakan minyak tanah. Seingat saya, sewaktu kerokan di masa kecil dulu ibu mengoleskan parutan bawang merah ataupun balsem ke bagian tubuh yang akan dikeroki seperti punggung dan dada. Meski demikian perlu diketahui bahwa ada beberapa bagian tubuh tertentu yang sebaiknya tidak dikeroki seperti bagian leher depan ataupun belakang. Pasalnya leher ibarat jembatan syaraf antara tubuh dengan kepala. Begitu terang orang-orang jaman dulu".

Kemasan Anti Tumpah Pada Balsem Lang (dokumentasi pribadi)
Kemasan Anti Tumpah Pada Balsem Lang (dokumentasi pribadi)
"Nah, kalau ngomongin soal balsem, ibu punya balsem andalan yang recommended banget. Balsem Lang namanya. Balsem yang diproduksi PT. Eagle Indo Pharma ini terbukti ampuh mengusir masuk angin. Tinggal buka dan oles saja, kerokan bisa segera dimulai. Selain untuk kerokan, balsem ini juga cocok digunakan sebagai penghangat tubuh di musim hujan seperti sekarang ini. Dengan kemasan anti tumpah, balsem ini aman disimpan dimana saja, bahkan di pouch kosmetik sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun