Gue Beda! Begitulah yang saya rasakan beberapa tahun belakangan, mulai dari aktivitas keseharian hingga urusan penampilan.
Iya, betuuuuul! Saya yang pakai baju pink kombinasi tenun.
Sejak dulu saya memang tertarik dengan wastra khas nusantara. Berawal dari ukuran pakaian yang susah ditemukan, akhirnya sejak kuliah saya putuskan untuk membuat pakaian dengan sendiri, yang akhir-akhir ini mulai saya buat dengan kombinasi dengan tenun ataupun batik yang dimata saya selalu terlihat cantik bin unik.
Ketertarikan akan wastra tidak berhenti dengan membuat pakaian yang sebagian saya jual di lingkaran jejaring pertemanan saya (lumayan buat nambah uang jajan), namun ada pula yang sempat saya ulas di blog. Tidak disangka, kekaguman akan kain tapis khas Lampung yang saya ceritakan memberi kesempatan menjelajah Krakatau secara cuma-cuma. Tuhkaaaan, jadi kreatif memang menyenangkan! Selain bisa menambah teman, terkadang juga ada berbagai kejutan yang Tuhan berikan seperti kesempatan jalan-jalan gretongan yang super mengasyikkan.
Hidup dari menulis bisa dibilang tak menentu. Hari ini harus ke sini, besok pagi sudah pindah ke situ. Tidak jarang jadwal penerbangan yang didapat begitu pagi sehingga harus rela pergi ke bandara pukul 04.00 atau bahkan lebih pagi lagi. Belum lagi jika pesawat mendadak delay atau hal-hal ajaib yang terkadang terjadi di luar dugaan seperti bagasi yang ketinggalan di pesawat lama saat tengah transit. Kalau sudah begini, Kayu Putih Aromamenjadi andalan saya untuk menangkal dinginnya udara atau kondisi lelah selama perjalanan.
Minyak ekaliptus yang diproduksi PT Eagle Indo Pharma ini memang sudah menjadi andalan keluarga sejak lama. Kenapa? Selain terbukti menghangatkan badan tanpa efek samping,Kayu Putih Aroma dibuat dari bahan berkualitas tinggi dengan dengan komposisi 99,75% minyak ekaliptus dan 0,25% fragrance lavenderatau rose oil. Jadi tak ada yang perlu dirisaukan lagi, baik dari segi komposisi hingga keamanan kemasan. Selain dikemas dengan wadah plastik yang tidak pecah saat terjatuh, kemasan Kayu Putih Aroma dilengkapi pula dengan tutup yang berkualitas tinggi sehingga tidak merembes saat disimpan dimanapun.
Kalau bepergian jarak jauh, biasanya saya bawa paket lengkap, baik minyak kayu putih yang seri natural aromatherapy maupun yang beraroma lavender dan mawar. Tanya kenapa? Karena saya punya kebiasaan tersendiri. Di pagi hari saya lebih suka memakai kayu putih aroma lavender. Selain menghangatkan badan, aroma lavender cukup ampuh mengatasi rasa ngantuk yang kerap hinggap saat pagi menyapa. Kalau dipakai di siang hari saya lebih memilih menggunakan minyak kayu putih rose yang aromanya lebih soft. Lain halnya kalau pakainya saat malam tiba, saya lebih mantep kalau pakai yang seri natural aromatherapy.
Selain dapat membantu meredakan perut kembung, mual, masuk angin dan gatal-gatal akibat gigitan serangga, Kayu Putih Aroma besutan PT Eagle Indo Pharma ini sudah lolos uji BPOM dengan nomor POM TR. 152 684 371 untuk Kayu Putih Aroma Lavender, POM TR. 152 685 051 untuk Kayu Putih Aroma Rose dan POM TR. 061 861 241 untuk Kayu Putih Natural Aromatherapy. Saya sangat bersyukur pernah mengenyam prodi Biologi karena menjadikan saya lebih teliti dalam memilih produk, termasuk jeli melihat kode-kode keamanan untuk konsumen seperti yang saya sebutkan di atas.
Kehangatan berbalut aroma bunga yang begitu menyegarkan ini sangat ampuh menangkal dinginnya udara saat bepergian. Tidak jarang aromatherapy yang ditimbulkan dari Kayu Putih Aroma menambah semangat saya saya bekerja, baik saat riset, melakukan reportase hingga menyelesaikan deadline pekerjaan.
Bagi saya pribadi, kreasi PT Eagle Indo Pharma ini sangatlah bermanfaat. Sebagai penikmat minyakan, saya sudah punya seni tersendiri dalam berminyakan. Kalau udara dingin menjalar sampai di kaki, saya teteskan Kayu Putih Aroma di telapak kaki. Usai diolesi minyak, saya gosokkan kedua telapak kaki saya agar kehangatan yang didapat bisa berlipat.
 Kalau butuh tambahan mood dan energi saat bekerja, saya kerap mengoleskan minyak di pergelangan tangan. Jadi kalau bete tinggal menghirup aroma bunga yang menempel di pergelangan tangan. Lain halnya jika perut saya mulai kembung, biasanya saya oleskan Kayu Putih Aroma melingkar di sekitar pusar.
Dengan aroma yang segar dan tidak eneg, kini saya tak khawatir lagi kalau mau mengoleskan minyak di beberapa bagian tubuh lainnya, seperti di leher, tangan maupun kaki. Kalau kawan-kawan merencanakan bepergian ke daerah rawa seperti menjelajah Tanah Banua untuk menikmati pesona "seribu sungainya" khas Banjarmasin, mengoleskan Kayu Putih Aroma dapat menjadi pertolongan pertama tatkala digigit nyamuk rawa.
Saat ingin plesiran ke Pasar Terapung Lok Baintan seperti yang saya lakukan beberapa waktu lalu misalnya. Mau tak mau saya harus siap berangkat sekitar pukul 05.00 WITA. Jika ingin melihat para acil keluar dari saka, sebutan untuk kanal air berukuran kecil yang banyak dibuat di sekitar Kalimantan Selatan harus siap-siap lebih pagi lagi. Dalam Bahasa Banjar,acilmerupakan sebutan untuk bibi. Uniknya, sebagian besar pedagang di pasar terapung itu perempuan, yang kerap disapa dengan sebutan acil.
"Tidak ada yang perlu dirisaukan jika kita menggeluti pekerjaan yang bertumpu pada hobi. Seringkali pekerjaan ini membawa saya pada aneka pengalaman menyenangkan yang sukar terlupakan. Selain bertemu kawan baru, tak jarang saya disuguhi ilmu dan pemandangan baru yang super uhuy".
Jadi jangan takut jadi kreatif! Tanya kenapa? Karena saat ini ekonomi kreatif (ekraf) merupakan salah satu bidang yang digadang-gadang dapat menjadi salah satu pilar penyokong ekonomi nasional. Jadi jangan heran jika bekerja di 16 sektor kreatif yang meliputi aplikasi dan pengembang permainan, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, ani,asi dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, juga televisi dan radio itu juga dapat diandalkan sebagai mata pencaharian yang sangat potensial di masa depan.
Berdasarkan data statistik dan survei ekonomi kreatif tahun 2016 yang disusun Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Badan Pusat Statistik, bidang ini ternyata menyerap tenaga kerja hingga 15,9 juta jiwa penduduk Indonesia. Selain itu data kontribusi ekraf nasional tahun 2010-2015 juga mengalami rerata peningkatan sebesar 10,14% per tahun dengan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2015 meningkat dari 784,82 triliun rupiah di tahun 2014 menjadi 852,24 triliun rupiah. Jumlah ini tentu tidak bisa dibilang sedikit bukan?
So, jangan takut jadi kreatif kawan ! Karena hasil tak akan menghianati kerja keras kita!Â
Â
Salam hangat dari Jogja,
-Retno-
Â
Sumber referensi:
Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik, 2016. Hasil Data Statistik dan Hasil Survei Ekonomi Kreatif tahun 2016
Launching Publikasi Ekonomi Kreatif 2016. Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H