Mohon tunggu...
Retno Septyorini
Retno Septyorini Mohon Tunggu... Administrasi - Suka makan, sering jalan ^^

Content Creator // Spesialis Media IKKON BEKRAF 2017 // Bisa dijumpai di @retnoseptyorini dan www.retnoseptyorini.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penanggulangan dan Antisipasi Lewat Drama Radio “Asmara di Tengah Bencana”

17 September 2016   23:40 Diperbarui: 18 September 2016   00:53 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Anak Krakatau, Lampung (dokpri)

“Gimana ya Mbak, aku juga serba salah. Jauh-jauh ke Jogja buat penelitian. Kalau ditinggalkan begitu saja kan sayang datanya Mbak. Alhamdulillah-nya sebelum meletus, aku sudah dapat boncengan buat ngungsi ke bawah”.

Meski selamat dari bencana, semoga peristiwa ini dapat dijadikan pembelajaran yang baik di kemudian hari. Apapun alasannya, urusan keselamatan tidak dapat ditolerir. Pasalnya terlambat sebentar saja, bisa terjadi hal-hal yang mungkin di luar kendali manusia. Di sinilah peran penting edukasi penanggulangan bencana mulai “berbicara”.

Mengapa Memilih Media Radio?

Pemilihan radio sebagai media edukasi penanggulangan bencana oleh BNPB tentu dilakukan dengan berbagai pertimbangan yang matang. Belajar dari pengalaman gempa Jogja 2006, radio merupakan satu-satunya alat komunikasi yang dapat diakses dengan mudah. Meski waktu itu kami hanya mendengarkan radio bertenaga baterai, namun kini aplikasi radio dapat dengan mudah ditemukan di berbagai jenis ponsel maupun smartphone yang beredar di Indonesia. Selain itu, menikmati radio melalui ponsel tidak memerlukan sinyal internet sehingga keterjangkauan pemakaiannya terbilang sangat luas. Karena tidak tergantung sinyal internet, asal ponsel atau smartphone Anda masih ada baterainya, siaran radio pun dapat langsung dinikmati. Tinggal pasang headset lalu pilih frekuensi sesuai selera, beres!

Aplikasi Radio di Ponsel (dokpri)
Aplikasi Radio di Ponsel (dokpri)
Ternyata menurut survei yang dilakukan oleh Nielsen, konsumsi radio di Indonesia masih cukup tinggi, sekitar 20% dari total konsumsi media yang dilakukan oleh masyarakat luas. Dalam hal ini, radio menduduki posisi ketiga setelah televisi dan internet dengan tingkat konsumsi masing-masing yang mencapai 95% dan 33%. Uniknya, berbagai informasi yang ditawarkan radio dapat dinikmati oleh semua kalangan, baik remaja hingga orang tua. Selain ada beberapa stasiun radio dengan lingkup nasional, berbagai stasiun radio daerah pun tumbuh begitu mengakar. Berbagai stasiun radio daerah tentu lebih mengetahui karakter penduduk lokal. Karena itulah radio masih menjadi media komunikasi yang diperhitungkan di Indonesia.

Dengan berbagai alasan inilah sangat masuk akal apabila BNPB memutuskan untuk melakukan pendekatan edukasi terkait penanggulangan bencana  melalui drama radio berjudul “Asmara di Tengah Bencana”. Apalagi drama radio ini ditulis oleh seniman kawakan yang telah menghasilkan berbagai drama radio fenomenal di tanah air. 

Selain itu drama radio ini akan disiarkan di puluhan stasiun radio di berbagai kota di Indonesia, dimana beberapa kota diantaranya termasuk kawasan rawan bencana. Selain dapat menghibur masyarakat, ke depannya serial drama ini diharapkan mampu memberi gambaran yang jelas pada masyarakat luas tentang berbagai tanda bencana alam yang patut diwaspadai.  

Bencana memang tidak dapat diduga, namun berbagai edukasi terkait penanggulangan bencana dapat dilakukan jauh hari sebelumnya. Kalau tanda bencana bisa dipelajari, untuk apa ditunda lagi? Bukankah keselamatan menjadi hal yang tak bisa ditawar-tawar lagi?

Salam hangat dari Jogja,

-Retno-

Artikel ini diikutkan dalam [Blog Competition] Siaga Bencana melalui Media Sandiwara Radio yang diselenggarakan oleh Kompasiana dan BNPB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun