Menurut Vygotsky, anak-anak belajar melalui interaksi dengan orang yang lebih berpengetahuan seperti orang tua, guru, dan teman sebaya. Dia memperkenalkan konsep Zone of Proximal Development (ZPD), yaitu jarak antara apa yang bisa dilakukan anak secara mandiri dan apa yang bisa mereka capai dengan bantuan orang lain. Dalam konteks ini, pembelajaran terjadi ketika anak-anak dibantu oleh orang dewasa atau teman yang lebih mahir, dan bantuan ini disebut sebagai scaffolding.
Vygotsky juga menekankan peran bahasa sebagai alat penting dalam perkembangan kognitif. Dia percaya bahwa bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai cara berpikir dan memecahkan masalah. Anak-anak mulai dengan bahasa eksternal (berbicara dengan orang lain) dan kemudian menginternalisasi bahasa ini menjadi bicara dalam diri yang membantu mereka dalam proses berpikir.
3. Perbandingan Piaget dan Vygotsky
Meskipun Piaget dan Vygotsky sama-sama fokus pada perkembangan kognitif anak, ada perbedaan mendasar antara pendekatan mereka:
1. Peran Sosial dalam Perkembangan:
Piaget percaya bahwa perkembangan kognitif adalah proses individu yang terjadi melalui interaksi langsung anak dengan dunia fisik. Interaksi sosial hanya memiliki peran sekunder.
Vygotsky, sebaliknya, menganggap bahwa perkembangan kognitif tidak bisa dilepaskan dari interaksi sosial dan budaya. Belajar adalah proses sosial, di mana anak-anak mendapatkan pengetahuan melalui komunikasi dan kolaborasi dengan orang lain.
2. Sifat Belajar:
Piaget menekankan penemuan mandiri, di mana anak-anak secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman.
Vygotsky menekankan peran bimbingan sosial, di mana anak-anak memerlukan bantuan dari orang lain untuk mencapai potensi penuh mereka dalam konteks Zone of Proximal Development.
3. Tahap vs. Kontinuitas: