Mohon tunggu...
Lira Kurniasari
Lira Kurniasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Semarang

Hobi membaca berita teraktual dalam lingkup sosial-politik, semangat untuk membuat perubahan positif serta memiliki dorongan untuk terlibat dalam kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat sebagai implementasi terhadap nilai-nilai Pancasila.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

STOP!! Bunuh Diri Bukan Jawaban dari Dilema Masa Depan

7 Desember 2024   21:58 Diperbarui: 7 Desember 2024   22:05 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bunuh diri, atau dalam bahasa Inggris disebut "suicide," berasal dari istilah Latin "suicidium," yang terdiri dari  dua kata yaitu "sui" (diri) dan "caedere" (membunuh). Tindakan ini mengacu pada kematian yang disebabkan oleh tindakan individu itu sendiri, yang sering kali dianggap sebagai solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi (Biroli, 2018: 215).

Bunuh diri menjadi isu yang semakin mendesak di kalangan pelajar, hal ini mencerminkan tantangan multidimensi yang dihadapi oleh generasi muda saat ini. Dalam lingkungan akademik yang kompetitif, siswa sering kali terjebak dalam tekanan yang intens, baik dari segi akademis maupun sosial. Dalam banyak kasus, individu yang memikirkan tindakan tragis ini merasa terjebak dalam dilema yang tampaknya tidak memiliki solusi. Perasaan putus asa dan kesulitan membuat seseorang merasa bahwa bunuh diri adalah satu-satunya solusi.  Namun, penting untuk memahami bahwa bunuh diri bukanlah jawaban, sebaliknya itu adalah akhir dari potensi dan harapan yang masih bisa dimiliki seseorang. Bunuh diri bukanlah solusi dari dilema masa depan.

Di Jawa Tengah, kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa semakin mencemaskan. Pada 3 Oktober 2024, seorang mahasiswa Universitas Negeri Semarang berinisial "V" ditemukan tewas gantung diri di kamar kosnya. Ia meninggalkan surat yang mencerminkan keputusasaan dan merasa sebagai "produk gagal". Kasus lain melibatkan mahasiswi PPDS Undip, ARL, yang juga diduga bunuh diri akibat tekanan akademik, meskipun pihak kampus membantah adanya perundungan. Fenomena ini menunjukkan perlunya perhatian lebih terhadap kesehatan mental mahasiswa di Indonesia. Dalam hal ini tentunya bunuh diri memiliki dampak yang sangat  signifikan di mana dampak bunuh diri tidak hanya dirasakan oleh keluarga individu tetapi juga oleh komunitas kampus secara keseluruhan. Kehilangan seorang siswa karena bunuh diri dapat menimbulkan gelombang kesedihan atau luka mendalam dan kebingungan di kalangan teman, maupun dosen, dan staf. Hal ini juga dapat memicu kesehatan mental di kampus sehingga  mendorong institusi untuk mengambil langkah-langkah proaktif dalam pencegahan bunuh diri.

Dilihat dari faktor penyebabnya, ternyata bunuh diri bisa terjadi oleh banyak hal, jika diamati dari berbagai perspektif disiplin Ilmu Sosial akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Persepektif Ilmu Ekonomi

Bunuh diri di kalangan mahasiswa dapat terjadi karena tingginya biaya hidup dan kesulitan ekonomi sehingga dapat menyebabkan mahasiswa merasa tertekan, karena kebutuhan yang setiap hari harus dipenuhi tapi terkendala akan sulitnya perekonomian. Maka dari itu untuk menghindari kasus ini Universitas Negeri Semarang telah mengimplementasikan solusi untuk mencegah bunuh diri, salah satunya dengan melalui  pelatihan kewirausahaan, di mana program ini berfokus pada pelatihan dan  pengembangan keterampilan manajerial dan inovasi untuk mendorong mahasiswa menjadi wirausahawan yang  kreatif dan berdaya saing.

2. Perspektif Ilmu Sosiologi Antropologi

Mahasiswa sering kali mengalami tekanan dari lingkungan sosial, seperti ekspektasi akademik dan norma-norma sosial yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan stress yang berujung pada depresi, terutama bagi mereka yang belum mampu memenuhi harapan tersebut. Selain itu isolasi sosial juga menjadi faktor penyebab pada kasus ini di mana mahasiswa merasa dirinya terasing dan kesepian, terutama bagi mahasiswa rantau yang jauh dari keluarga. Kurangnya dukungan sosial dapat menyebabkan perasaan putus asa. Dalam hal ini Universitas Negeri semarang telah menerapkan beberapa program seperti, program screening assesmen, di mana UNNES melakukan screening untuk mengidentifikasi mahasiswa yang beresiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental, termasuk ide bunuh diri. Tidak hanya itu UNNES juga telah membuat portal konseling daring, di mana  kampus menyediakan platform online untuk konseling, sehingga dapat memungkinkan mahasiwa untuk mendapatkan bantuan secara nyaman.

3. Perspektif Ilmu Psikologi

Tingkat depresi yang tinggi serta gangguan mental seperti, kecemasan, gangguan bipolar, pengalaman traumatis seperti kehilangan orang terdekat atau pelecehan dapat meningkatkan resiko bunuh diri. Mahasiswa yang mengalami masalah kesehatan mental sering kali merasa putus asa dan mereka sering kali kesulitan untuk mengatasi perasaan tersebut tanpa dukungan yang memadai. Dalam kasus ini Universitas Negeri Semarang telah menerapkan beberapa program seperti program psikoedukasi, kegiatan promosi kesehatan mental seperti seminar, workshop dan diskusi tentang kesehatan mental dengan tujuan untuk meningkatkan literasi pentingnya kesehatan mental di kalangan mamahaisswa. Tidak hanya itu program lain seperti  UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yaitu HIMPSI (Himpunan Mahasiswa Psikologi), dan pelatihan gatekeeping dosen atau tenaga pendidik dilatih untuk mengenali tanda-tanda resiko bunuh diri sehingga dapat memberikan dukungan awal kepada mahasiswa yang membutuhkan.

Dengan memahami isu bunuh diri secara lebih mendalam dan mengambil langkah-langkah proaktif, kita dapat membantu mencegah kasus ini dan memberikan harapan kepada mereka yang membutuhkan. Ingatlah bahwa hidup adalah perjalanan penuh liku-liku. Setiap tantangan membawa peluang untuk tumbuh dan belajar. Teruslah berjuang, tetaplah optimis, dan jangan ragu untuk mencari dukungan ketika diperlukan. Anda memiliki kekuatan untuk mengubah hidup Anda menjadi lebih baik!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun