[caption id="attachment_311346" align="alignnone" width="620" caption="ilustrasi (tribunnews.com)"][/caption]
***
Yang tertutup menyimpan seluruh rahasia
dituliskan dalam buku dalam laci meja
Pojok kamar tergeletak gelas kaca tak berisi, kering
menyajikan cerita kematian di atas pecah beling
Aku ingin bicara tentang lautan meninggalkan ikan
tentang malam atau hujan lupa antrian
Aku ingin bernyanyi bersama syair-syair puisi
pada sebuah asa yang datang dan pergi
Kemana kakiku melangkah menjadi seteguk minuman?
Kemana tangan menggapai menyuap sesuap makanan?
Dimana tuan?
Dimanakah kucari Tuhan?
Ruang tidur di ranjang lapang
tersipuh bantal-guling dan selimut bergelinjang
Adakah engkau simpan peluk atau sekedar mengusap peluh?
atau satu rengkuh untuk tubuh yang tumbuh makin ringkih?
Di halaman belakang di sebuah taman kecil itu
taman yang pernah membunuh banyak bunga,
buah dan benih hijau tumbuh-tumbuhan
satu lorong engkau baringkan menghadap langit
Menatap kosong pada cahaya kelam,
Itukah jalan yang sungguh-sungguh menujuMu,
meski langkahku tempuh itu rapuh?
Apakah di ujungnya telah engkau persiapkan obat
buat semua sakit yang tak lagi mampu aku rawat?
Aku kembali bertanya
Pada gelas kaca di pojok sana
Hanya si beling yang mau menerima tubuh gadis sinting
***
Baca juga SENYUM DOSEN PUJAAN , KAKI JEJAKARAH KAKI, CALISTA
Puisi kolaborasi : Lipul El Pupaka & Dian Yulia
Bengkulu-Tangerang, 10 Februari 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H