ilustrasi (shutterstock.com) ***
hilir mudik serekan semut masuk sarang berangkut makanan sisa dari dapur puyang "Ah...biarpun sisa, yang penting kenyang". ujarnya
"Siafu Ants, itu namanya tuan" Si Semut berbaris melalui hutan dalam kelompok juta-jutaan makan apa pun yang bergerak dan sangat mempengaruhi lingkungan "Kami hebat!... bahkan gajah lari terbirit ketakutan". Lontarnya : Demikian etikat sebangsa semut
Semut, kini padamu aku haturkan rentetan bait liar dari pernyataan tanggapan terhadap yang kau suguhkan : bahwa aku menang tidak, seri entah, dan kalahpun tidak dirasakan lalu, seberapa besar kau buat aku terisak? kau pun tidak juga menang, seri, ataupun kalah kita sama dihadapan-Nya suguhanmu tidak bisa menyempil dalam kedalaman isakku ____ ini rasa pilu bila berteman semut manis saja mereka datang tumbuh melumut kala manis hilang, kakinya menerjang kita ke laut dan dia merayap mencari ladang madu agar hidupnya terus lanjut tinggal kita terombang ombak tak tahu kemana arah berpaut
sial! kesal! pada teman berutara kata manis mulut omong kosong untuk saling sulut menyulut yang ada hanyalah doanya agar kita cepat temui maut
hei, sebangsa semut... !!! meski aku kau gigit, manis ku direnggut yakinlah aku takkan balas menuntut biarlah... kubiarkan saja kau begitu, karena ku yakin kau juga ada takdir maut tunggu saja Dia menjemput
lihat! lihatlah aku, yang kau sumbat ke liang lahat disini aku tersenyum, tetap menulis, dan memahat bahkan rangkaian #penailusi-ku tetap menari tanpa rehat di liang lahat, aku pekikan bahwa aku korban yang hebat dan kupastikan disini aku benar-benar hebat!
***
Bengkulu, 02 Februari 2014 Yo Soy El Mejor Para Ti Lipul El Pupaka ~ #penailusi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H