Mohon tunggu...
Lipul El Pupaka
Lipul El Pupaka Mohon Tunggu... Wiraswasta - lagi malas malasnya

ini bio belum diisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bahasa Djiwa Oemar Bakri

19 Maret 2014   08:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:45 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1395167127751006122

__

Oemar Bakri, O, Oemar Bakri
Alangkah sabar dan penuh maafnya dikau. Aku tahu kau telah ditipu dan dikerjai berkali-kali. Namun masih saja menggadaikan diri kepada pemberi kerja untuk upah yang segera habis kurang dari minggu kedua.

Engkau diledek habis-habisan oleh kenaikan harga dan aneka pungutan. Oleh iklan-iklan gemerlapan, dan kuis berhadiah jutaan rupiah dengan pertanyaan remeh yang melecehkan. Tetapi, kau tetap mampu tersenyum menawan, sembari mengurut dadamu yang ringkihan.

Oemar Bakri, O, Oemar Bakri
Betapa dalamnya samudera kesabaranmu. Betapa tingginya langit pemaafanmu
Meski sang ekonom yang logis dan empiris dengan wajah dingin menggunting separuh dari secarik uangmu lusuh, tapi kau masih tetap bertahan hidup, bagaimanapun juga caranya.

Meski sang perencana tata kota penuh antusias merancang peta yang akan menyingkirkanmu,
demi jalan-jalan layang yang tak akan kau lalui, demi pemukiman mewah yang memasang palang dan satpam menghadang kala kau datang, dan demi mall megah yang gemerlapan lampunya itu, telah mampu membuatmu kegelagapan. Namun kau masih setia untuk bertahan.

Juga: meski para pelayan masyarakat semakin galak memalak dan aparat keamanan kian giat berlatih untuk menyasarkan peluru menembus jidatmu. Namun kau tetap siap sedia untuk mati, sebagai pahlawan tanpa tanda jasa demi kecerdasan anak negeri.

Oemar Bakri, O, Oemar Bakri
Kuakui, kesabaranmu lebih keras dari bukit cadas dan pemaafanmu lebih luas dari samudera. Meski mimpi adil, makmur, sejahtera harus kau bawa hingga ke liang kubur sana. Namun setiap senin pagi, kau masih menyempatkan berhenti dan berusaha tegak berdiri. Ketika di halaman upacara sebuah sekolah dasar melantunkan Lagu Indonesia Raya sayup sayu. Dan Sang Saka dinaikkan perlahan, dengan merahnya yang ketakut-takutan dan putih yang kebisu-bisuan.

==O.o.O==
"Puisi ini dipersembahkan untuk para guruku dimanapun berada, dari SD hingga sekarang, baik formal maupun non-formal. Kalian adalah pelita hidupku"

Ilustrasi : KLIKDISNI

Bengkulu, 19 Maret 2014
[LEP] - #PenaIlusi
IDFAM2015M

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun