TAHAJUD MAHABAH DUA INSAN Puisi Kolaborasi (1) : Dwi Risti Rahayu dan Pena Ilusi
Lagu sendu musim gugur telah mengundang Di atas angin dedaunan pun sibuk berdendang Berjatuhan menapaki tanah lapang Lalu nada-nada khas ayatMu kulantunkan Hingga menyiram nurani penyejuk indraku Dan aku lantas bergumam atas semua itu: "Oh... Tuhan, betapa indahnya ciptaanMu"
Malam pun jadi saksi diriku bergumam Ketika gurau mulai bungkam dijejali malam Hiruk-pikuk insan yang tadinya riuh itupun terlelapkan Namun aku, kuangkatkan badan, dan--- Terjaga dalam selaksa keheningan Mencecahkan diri ke sajadah pangkuan Tuhan Di ruang kedap yang menuntun diri penuh kekhusyukkan Nyaman dalam balutan khalis yang kukenakan Aku pun sedu-sedak dalam pengaduan "Tuhan... Tuhan... Tuhan..."
Hening malam kian menjamu Menemani diri dalam mengadu Tak berbesit sepatah kata pun tuk menjemu Aku larut dalam kidung suci merelung syahdu Atas rasa yang kini singgahi jiwaku Atas rasa yang kini membuatku memohon restu
Ini Tuhan... ini yang ingin aku kadu Bahwa aku terpincut paradigma rasa cinta pada insanMu Rasa cinta yang berhari-hari semakin menggebu Rasa cinta yang diharapkan jadi penuntun ke titah firmanMu. Meskipun paradigma itu belum pantas kunamakan cinta Namun hasratku sebagai insan betapa ingin merenggutnya Agar menjadi pengingat tuk jalani titahMu menuju baqa
Pada malam yang masih setia memboncengi pagi Dan siang masih lama menghampiri Kidung-kidung suci pun terus ku-ucapi "Ilah... Ilah... Ya Ilahi Rabbi"
atas nama cinta yang membawaku larut di kaki malam ArsyMu atas peran hidupku yang mempercayai asma agungMu hanya padaMu-lah aku berserah diri menggubah mahabah yang kini terpatri dalam takaran napas yang masih sama setiap hari
Oh... Tuhan yang Mahatahu segala Meski paradigma itu belum pantas kunamakan cinta Namun aku masih ingin merenggutnya Tetap teguh memperjuangkannya Menjalani sesuai batasan norma yang ada Hingga kelak rasa itu merenggut kehakikian cinta padaMu; Sang Pencipta
Wahai... segenap penjuru cinta termaktub Aku menginginkan hadirmu dalam hidup Jadi penuntun ke fitrah-Nya tanpa redup Maka dari itu biarkan kau terus kuhirup Dan kemarilah bersamaku kau jalani hidup ==O.o.O==
Arti Kata: Khalis = Bersih, Suci, Tiada berhadast, Tiada bernajis, ... dsb Mahabbah = Perasaan kasih sayang (mendahulukan rasa cinta kepada Allah)
(DRR-LEP) Bengkulu, 11-12 April 2014
Profil penulis :
Dwi Risti Rahayu, seorang kesatria baja hitam mahasiswi FKIP Bahasa Inggris Universitas Bengkulu, masih semester IV, saat ini lagi sibuk botakin rambut UTS-ria. Dia punya adik yang sangat disayangi, dielus-elus setiap hari, bahkan siempunya kadang lupa lagi sakit jiwa mandi. *Gue dibacokin Dwi pake golok*. Nama adiknya adalah Moku, motor matic dia. Lha?! -- (Udaaaah,,, baca saja, lalu abaikan)
Pena Ilusi, adalah nama parang pena Lipul El Pupaka, juga mahasiswa Universitas Bengkulu, Fakultas Perkawinan Pertanian, Jurusan padang harapan Sosial Ekonomi Pertanian. Yang Alhamdulillah saat ini udah amnesia dia semester berapa. #OkeFIX. Dan kesibukkannya sekarang adalah gantung diri revisian skripsi*. Gue emang CAMKOHAAA. Ngoppp, mouse gue telen. Oke-kan saja, gak nyambung.]*
Dan kedua penulis puisi di atas bukan Mahasiswa/i Bahasa dan Sastra Indonesia, melainkan bahasa jiwa para dewa. (Cukup iyakan saja,... IYA KALEEEE.. Gue udah ngeh! HELLOOOW!)
BERSAMPAHBUNG........ (Emang ini sinetron).. haha
Sumber Ilustrasi : 1 INI dan 2 ITU
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI