Mohon tunggu...
Ayu Safitri
Ayu Safitri Mohon Tunggu... Konsultan - Trainer dan Konsultan Homeschooling

Penulis dan Trainer untuk http://pelatihanhomeschooling.com/ Ikuti saya di Instagram https://www.instagram.com/missayusafitri/ Ikuti saya di Facebook https://www.facebook.com/missayusafitri Tonton dan subscribe VLOG saya http://bit.ly/apaituhomeschooling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

5 Alasan Krusial Kenapa Ujian Nasional Harus Dihapus

19 Maret 2018   10:15 Diperbarui: 19 Maret 2018   10:31 6465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ujian Nasional Berbasis Komputer sebentar lagi!!! Untuk jenjang SMK akan melaksanakan UNBK pada 2-5 April 2018. SMA/MA akan melaksanakan UNBK pada 9-12 April 2018. Untuk adik-adik SMP/MTs akan melaksanakan UNBK pada 23-26 April 2018. Sedangkan, adik-adik SD sudah tidak ada ujian nasional. Kelulusan mereka ditentukan oleh USBN dan US.

Ujian Nasional selalu membawa perasaan campur aduk. Tegang, takut, ingin cepat-cepat dilewati karena hanya bikin stres dan beban.

Beberapa tahun terakhir muncul wacana kalau Ujian Nasional akan dihapuskan. Tapi, sampai dengan hari ini wacana itu menguap.

Justru kelulusan anak-anak tak hanya ditentukan oleh UN, masih ditambah dengan USBN. Kalau ingin tahu detil tentang USBN, silahkan baca artikel saya mengenai USBN Jaman Now.

Sebagai orang yang sangat mendukung praktik pendidikan yang merdeka, seperti HOMESCHOOLING, saya pribadi sangat tidak setuju dengan adanya Ujian Nasional. Dan, sangat menganjurkan pemerintah untuk menghapusnya.

Kenapa? Berikut 5 alasan mengapa UN harus dihapus.

Satu, Ujian Nasional Bukan Representasi Kompetensi Anak Secara Utuh

Jangan bangga dulu kalau nilai ujian nasional Anda bagus. Karena memang hasil dari ujian nasional bukan representasi kompetensi seseorang secara utuh dan jujur.

Perhatikan bentuk soal ujian nasional. Multiple choice. Anak-anak kita hanya mengerjakan soal pilihan ganda. Soal pilihan ganda itu hanya mengetes ranah kognitif level rendah; tahu, mengerti dan hafal.

Kalau Anda ingin tahu kualitas pengetahuan seseorang terhadap suatu materi, ajak mereka diskusi, adu argumen atau minta mereka menulis.

Kalau cuma menghafal, semua orang bisa melakukannya dalam waktu singkat tanpa harus sekolah bertahun-tahun.

Dua, Ujian Nasional Membuat Kita Lupa pada Moral Anak

Buktinya, pemerintah selalu memperbaiki kurikulum dan sistem kelulusan. Yang diperbaiki selalu perihal akademis.

Hingga kita lupa melihat ada aspek lain dalam kehidupan manusia seperti jati diri, karakter, moral dan kepedulian.

Ada murid yang tega memukuli gurunya sampai KO. Padahal, murid itu ditegur karena tidak memperhatikan guru saat di kelas.

Ada murid dan wali murid yang mencederai kepala sekolah hingga harus dirawat di rumah sakit karena mendengar isu akan diadakan tes keperawanan di sekolah.

Bukan hanya guru dan kepala sekolah yang menjadi korban. Murid-murid itu juga korban. KORBAN KURIKULUM yang menomorsatukan prestasi akademis!

Tiga, Ujian Nasional Membuat Anak Tidak Paham Tujuan Sekolah

Berapa anak yang sekolah dengan tujuan yang penting lulus ujian? BANYAK!

Ada sarjana manjemen, tapi hutangnya dimana-mana. Ada progammer, tapi sekarang jadi hacker untuk meretas duit orang.

Kenapa? Karena mereka berangkat sekolah dengan tujuan yang tidak tepat. Tidak ada yang salah kalau kita menaruh harapan pada sekolah. Bahwa dengan sekolah, saya harus punya kehidupan yang lebih baik.

Tapi, kehidupan yang lebih baik tidak didapatkan dari ijazah. Melainkan dari ilmu. Jadi, hapus ujian nasional agar anak-anak sadar bahwa sekolah bukan untuk mencari ijazah.

Empat, Ujian Nasional Membuat Anak Malas Belajar

Ini terjadi karena ujian nasional akan dijalani anak sekali dalam satu jenjang. Bisa jadi, saya, Anda dan anak-anak kita hanya belajar serius saat akan menghadapi Ujian Nasional.

Dalam keseharian, kita tidak perlu belajar mati-matian. Biasa saja. Santai kaya di pantai!

Yang menentukan lulus atau tidak, yang menentukan berhasil atau tidak, kan Ujian Nasional. Buat apa kita susah-susah belajar dalam keseharian? Nanti, kalau sudah mau dekat jadwal Ujian Nasional, kita daftar ke Bimbingan Belajar.

Di sana, kita akan dapat metode belajar yang praktis. Diajari rumus-rumus instan, belajar dengan sistem drill and practicekurang lebih selama 6 bulan. Dan, kita akan langsung siap mengikuti Ujian Nasional.

Banyak kan yang seperti ini? Padahal, sudah sekolah 3 tahun untuk SMP dan SMA. Serta 6 tahun untuk SD. Tapi, masih mengandalkan Bimbel. Kalau seperti ini, peran sekolah bisa digantikan dengan Bimbel.

Hal ini juga menunjukkan sekolah belum mampu membuat anak didiknya percaya diri mengikuti UN. Kalau seperti ini, tidak perlu sekolah. Belajar di Bimbel, lalu ikut ujian kejar paket. Beres!

Jadi, hapus UN! Sebelum peran sekolah 100% digantikan oleh Bimbel.

Lima, Ujian Nasional Membuat Kita Tak Menghargai Proses

Kalau anak kita ulangan atau tes semesteran, ada yang belajar mati-matian dan dapat nilai 75. Ada anak yang tidak belajar, hanya mengandalkan contekan dapat nilai 85.

Kalau di sekolah, mana yang lebih mendapat penghargaan dan pengakuan? Pasti yang nilainya 85. Lalu, bagaimana anak yang nilainya 75 padahal mereka belajar dan melewati proses yang tidak mudah?

Bisa jadi anak seperti ini lama-kelamaan juga malas belajar. buat apa saya susah-susah belajar kalau nyontek saja dapat nilai 85?

Ini adalah efek paling mengerikan, mengendalkan segala cara sekalipun curang, karena yang penting nilainya bagus. Yang penting lulus!

Ujian nasional memang seharusnya tidak perlu diadakan. Karena sangat tidak adil bagi anak-anak kita. Mereka menempuh pendidikan selama bertahun-tahun, tapi kompetensinya hanya diukur dalam waktu 4 hari.

Dan, seringkali dalam waktu 4 hari itu dijadikan acuan kualitas dari pendidikan seseorang. That's unfair.

Sekali lagi, mengapa ujian nasional harus dihapus?Karena sangat tidak menghargai proses belajar anak-anak kita.

***Salam pendidikan yang merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun