Mohon tunggu...
Ayu Safitri
Ayu Safitri Mohon Tunggu... Konsultan - Trainer dan Konsultan Homeschooling

Penulis dan Trainer untuk http://pelatihanhomeschooling.com/ Ikuti saya di Instagram https://www.instagram.com/missayusafitri/ Ikuti saya di Facebook https://www.facebook.com/missayusafitri Tonton dan subscribe VLOG saya http://bit.ly/apaituhomeschooling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Homeschooling Lebih Adil dan Ramah Ketimbang Sekolah

1 Februari 2018   15:56 Diperbarui: 2 Februari 2018   16:00 1990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi orang-orang yang masih awam dengan homeschooling, mereka sering bertanya, bagaimana model pembelajaran homeschooling? Apakah anak-anak harus berangkat dari pagi sampai sore hari seperti sekolah? Apa saja yang dipelajari anak homeschooling?

Untuk memudahkan Anda membayangkan proses pembelajaran homeschooling, saya akan membandingkannya dengan sekolah formal.

Selama ini masyarakat Indonesia sudah akrab dan lebih banyak yang berangkat sekolah ketimbang memilih jalur pendidikan lainnya. So,lebih mudah bagi Anda membayangkan gaya belajar anak homeschooling jika disandingkan dengan sesuatu yang sudah familiar.

Perbedaan pertama, jalur pendidikan

Homeschooling tergolong dalam jalur pendidikan informal yang mana dalam pasal 3 Permendikbud 129/2014 sudah diterangkan dengan jelas.

Pendidikan informal merupakan kegiatan belajar secara mandiri yang diselenggarakan oleh keluarga dan lingkungan.

Sekolah tergolong dalam jalur pendidikan formal. Contoh dari pendidikan formal adalah pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi.

Perbedaan kedua, fleksibilitas

Sekolah tidak memiliki fleksibilitas. Semua kegiatan belajar, materi pelajaran, alokasi waktu belajar, evaluasi kompetensi diatur oleh kurikulum yang wajib diikuti oleh sekolah. Sekolah memang diminta untuk diijinkan menyesuaikan kurikulum dengan kondisi murid-muridnya. Namun, pada praktiknya tak banyak yang berubah dari kurikulum tersebut.

Homeschooling sangat fleksibel! Kita boleh menentukan sendiri visi pendidikan, mau memilih mapel sesuai minat diijinkan, waktu belajar pun ditentukan sendiri oleh orangtua. Mau belajar sejak bangun pagi sampai tidur malam pun sangat boleh.

Perbedaan ketiga, biaya pendidikan

Sekolah mengharuskan murid membayar semua fasilitas termasuk di dalamnya fasilitas yang jarang sekali/bahkan tidak pernah kita nikmati.

Saya masih ingat betul saat awal masuk SMA. Saya diminta membayar semua paket yang di dalamnya termasuk jas laboratorium. Waktu itu belum ada penjurusan dan bayangan mau masuk jurusan IPA atau IPS sama sekali belum terpikirkan.

Dan, benar saja! Pada akhirnya saya masuk jurusan IPS. Bisa ditebak apa yang terjadi pada jas lab saya? Hanya terpakai 2 atau 3 kali waktu duduk di tingkat pertama SMA. Kalau memang jarang sekali dipakai, seharusnya sekolah menyediakan beberapa jas lab untuk dipakai oleh murid di tingkat pertama.

Sehingga, mereka tak perlu mengeluarkan uang untuk fasilitas yang takkan dipakai atau sangat jarang sekali terpakai. Ini mubadzir dan pemborosan.

Lalu, bagaimana dengan homeschooling? Dalam hal biaya homeschooling sangat fleksibel! Kita hanya akan mengeluarkan biaya sesuai dengan fasilitas yang akan dimanfaatkan.

Orangtua sendirilah yang akan menyusun anggaran pendidikan. Jadi, resiko pemborosan biaya bisa direduksi. Nggak ada ceritanya kalau anak berminat dengan musik, tapi diminta untuk beli jas lab!

Perbedaan keempat, penyesuaian kebutuhan

Dalam bahasa Inggris, kita menyebutnya dengan customized. Di sekolah, kita tak bisa melakukan penyesuaian apapun. Semua hal dikondisikan oleh kurikulum dan aturan yang berlaku di sekolah.

Kalau anak tidak berminat dengan matematika, mereka tak bisa melewatkan jam matematika. Mereka tetap wajib menyelesaikan materi pelajaran matematika dan mengikuti syarat Nilai Ketuntasan Minimal.

Homeschooling bebas melakukan penyesuaian. Kalau anak tak memiliki minat matematika, kita bisa mengajarkan dasarnya saja.

Tidak perlu mempelajari rumus-rumus yang di masa depan nanti takkan dimanfaatkan. Kalau nilai matematika selalu jelek, kita tak harus memaksa anak supaya dapat nilai 8 atau 9. Yang penting tahu dasarnya dan anak hanya perlu fokus pada bidang yang sesuai minat serta bakatnya.

Perbedaan kelima, penerapan ilmu

Bagaimana anak-anak kita menghabiskan waktunya di kelas? Hampir 80% kegiatan dilakukan dengan cara duduk, mendengarkan dan mencatat.

Murid sekolah jarang sekali mempraktikkan teori. Yang lebih sering mereka lakukan adalah mengkaji teori, teori dan teori.

Homeschooling membuka kesempatan untuk memperbanyak praktik. Karena ilmu itu memang harus dimanfaatkan dan dipraktikan, bukan sekedar dihafal.

Mempelajari teori memang penting. Karena teori itu sifatnya memperluas wawasan supaya saat praktik tidak menggunakan metode trial and error.

Tapi, praktiknya jauh lebih penting agar anak-anak paham manfaatnya mempelajari sesuatu. Agar mereka paham manfaat dari sekolah adalah mendapatkan kemampuan dan pengetahuan yang bisa diterapkan di dunia nyata.

Melalui praktik, anak-anak pun lebih cepat paham ketimbang sekedar membaca atau menghafal.

Perbedaan keenam, peranan orangtua

Sekolah tak banyak melibatkan orangtua. Orangtua pun kadang lepas tangan dengan pendidikan anak-anaknya. Kalau sudah sekolah artinya aman dan kita terima bersih, kemudian menuntut sekolah agar bisa membuat anak menjadi pintar.

Artinya, kalau anak tak pintar, itu salah sekolah. Kalau anak malas dan sering ketinggalan pelajaran, orangtua tak perlu introspeksi diri.

Homeschooling adalah pendidikan berbasis keluarga. Semua hal terkait pendidikan menjadi tanggung jawab orangtua. Kita terlibat total dalam proses pendidikan anak, membangun karakter baik dan mengembangkan kepribadian mereka.

Perbedaan ketujuh, fasilitas belajar

Sekolah memberikan akses fasilitas untuk bidang akademis. Perpustakaan, lab fisika, ruang praktikum biologi, lab bahasa, ruang komputer. Hampir sebagian besar fasilitas itu untuk mengembangkan minat akademis.

Sedangkan, untuk fasilitas non akademis seperti musik, tari, teknologi, gambar biasanya tak mendapatkan fasilitas mumpuni. Fasilitas yang disediakan untuk mapel yang tidak diikutsertakan dalam Ujian Nasional biasanya dinomorduakan.

Mata pelajaran dengan pamor tinggi (mapel UN) selalu lebih spesial!

Homeschooling menuntut orangtua dan anak untuk kreatif. Kalau ingin melakukan praktikum biologi, kita bisa memanfaatkan barang di rumah seadanya.

Kalau ingin menggunakan sebuah fasilitas tapi anggarannya belum cukup, kita bisa coba bergabung dengan komunitas homeschooling. Dalam komunitas, kita bisa temukan anak-anak dengan minat yang sama.

Perbedaan kedepalan, kurikulum

Sekolah harus menganut kurikulum yang dicetak oleh pemerintah pusat. Jadi, semua sekolah dari Sabang sampai Merauke harus mengikuti kurikulum tersebut.

Baik anak gunung maupun pantai harus mempelajari teks atau cerita-cerita dengan latar belakang kota besar yang seringkali tak sesuai dengan konteks kehidupan nyata mereka.

Kasihan mereka! Anak-anak ini bisa kehilangan kesempatan mengenal potensi dan peluang di lingkungan sekitarnya.

Dalam homeschooling, orangtua boleh menyusun kurikulum sendiri. Kurikulumlah yang harus menyesuaikan diri dengan anak. Mengikuti kebutuhan, kecenderungan dan potensi anak.

Tiap anak memiliki kecepatan dan gaya belajar berbeda. Ada anak yang lebih menonjol kemampuan bahasanya, ada anak yang lebih jago matematikanya.

Kalau kedua anak itu dituntut menguasai matematika dan bahasa dengan baik, itu sama saja tidak menghargai kelebihan atau potensi spesial dalam diri anak. Karena semua anak dituntut mencapai standar yang sama!

Perbedaan kesembilan, gaya belajar

Sekolah membiasakan murid untuk duduk dan mendengarkan guru. Semua tergantung dari skill guru dalam meracik kegiatan belajar. Orangtua tak memiliki akses dalam memilih kegiatan belajar yang cocok untuk anaknya.

Kalau guru lebih sering ceramah, sedangkan gaya belajar anak kinestetik, ya gurunya tak bisa disalahkan. Anak yang kesulitan menerima materi pelajaran inilah yang akan disalahkan dan dianggap telmi(telat mikir).

Homeschooling membebaskan orangtua merancang sendiri kegiatan belajar sesuai karakter anak. Misalnya, anak kita memiliki gaya belajar kinestetik. Maka, metode belajar ceramah seperti di sekolah sangat tidak cocok.

Yang paling cocok untuk anak kinestetik tentu saja praktik langsung atau belajar dengan memanfaatkan games.

**

Pada dasarnya, homeschooling dan sekolah formal memiliki peran/fungsi yang sama. Yakni, sebagai alat mencapai tujuan pendidikan. Yang namanya alat, tentu saja keberhasilan dalam memanfaatkannya tergantung dari si pemakai.

Tapi, pada kenyataannya homeschooling lebih adil dan ramah bagi anak. Karena tujuan pendidikan sejatinya adalah untuk meningkatkan kemampuan personal dan sosial manusia.

Agar di masa depan mereka menjadi cermat melihat peluang, kritis menemukan masalah dan mau turun tangan menyelesaikan masalah di lingkungan sekitarnya.

Untuk bisa menemukan tujuan itu, kita harus fokus membantu menemukan dan mengoptimalkan potensi anak. Bukan sekedar mengajak mereka berlomba-lomba mengejar nilai tinggi dalam ijazah.

Kemudian, mengukur dan mendeskripsikan kompetensi mereka berdasarkan ranah kognitif semata, Tapi lupa menunjukkan pada anak akan potensi luar biasa yang Tuhan titipkan dalam diri mereka. Kita lupa mengatakan pada anak bahwa mereka adalah manusia pilihan Tuhan yang dihadirkan di bumi sebagai solusi atas masalah yang ada di sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun