Mohon tunggu...
Ayu Safitri
Ayu Safitri Mohon Tunggu... Konsultan - Trainer dan Konsultan Homeschooling

Penulis dan Trainer untuk http://pelatihanhomeschooling.com/ Ikuti saya di Instagram https://www.instagram.com/missayusafitri/ Ikuti saya di Facebook https://www.facebook.com/missayusafitri Tonton dan subscribe VLOG saya http://bit.ly/apaituhomeschooling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Bunga dan Prestasi Akademisnya yang Tak Berguna

23 Januari 2018   13:31 Diperbarui: 24 Januari 2018   16:58 2620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nggak perlu mati-matian belajar!

Belajar mati-matian untuk mengejar rangking, tapi di masa depan ternyata nilai-nilai itu tak banyak membantu. Orang tua selalu mengelu-elukan anaknya yang berprestasi. "Matematikanya dapat 10, nilai IPA-nya selalu di atas 8. Bahasa inggrisnya juga jago" (baca; jago dalam bentuk teks --kenyataannya nggak bisa omong Inggris).

Tapi, setelah lulus sekolah dan bekerja sebagai kuli, kisah orang tua yang bangga pada anaknya ini berakhir tanpa ada episode yang jelas. Mati-matian belajar di sekolah untuk mengejar prestasi bagus di selembar kertas bernama ijazah, ternyata di masa depan kita tak bisa mengandalkannya sama sekali.

Apakah ini berarti selama ini sekolah kita belum mengajarkan sesuatu yang berguna bagi muridnya? Sesuatu yang bisa disebut pengetahuan dan ketrampilan guna meraih hidup layak.

Kurikulum sekolah konon disusun oleh mereka yang berpendidikan. Disadur dari buku-buku teori yang valid agar anak-anak Indonesia juga bisa berpendidikan layaknya si penyusun. Namun, saking validnya buku-buku teori yang dijadikan referensi justru pada kenyataannya jauh dari konteks riil kehidupan anak dan kondisi keluarganya.

Seperti teman saya Bunga yang lebih membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Menjadi ilmuwan matematika, fisika, biologi sama sekali tidak sesuai dengan konteks kehidupan Bunga. Inilah yang membuat prestasi akademis Bunga tidak berguna saat kembali ke kehidupan nyata.

Karena Bunga dan kehidupan nyatanya lebih membutuhkan wawasan mengenai peluang usaha yang bisa dikerjakan bersama ibu atau saudaranya di desa. Bunga memerlukan ketrampilan yang benar-benar bisa diandalkan untuk mencapai kehidupan finansial lebih baik, untuk menyejahterakan ibu dan keluarganya.

Bukan sekedar belajar dengan keras, kemudian diajak berangan-angan menjadi PNS atau karyawan BUMN yang mana itu membutuhkan bekal ijazah dari perguruan tinggi. Sedangkan, untuk sampai ke perguruan tinggi membutuhkan biaya tak sedikit.

Kepintaran Bunga hanya berupa teori dan tidak ada hubungannya dengan kebutuhan riil. Dengan bersekolah, Bunga dan ibunya berharap bisa membangun kehidupan yang lebih baik. Tapi, kenyataannya tidak. Bunga memang hidup di kota besar dan menjadi kasir. Berseragam, bekerja di ruangan ber-AC. Tapi, ia tetaplah seorang kuli yang harus berangkat dari pagi sampai sore. Jika terkena shift, Bunga harus berangkat sore dan pulang tengah malam.

Ia menanggung biaya hidup di kota besar, membayar kos dan masih harus mengirimi ibunya di desa. "Nggak ada uang sisa yang bisa ditabung," keluh Bunga pada saya.

Ini adalah kisah yang juga banyak dialami oleh masyarakat di sekitar kita. Sejatinya, apakah sekolah bisa dijadikan harapan untuk hidup lebih baik dan layak? Kita memang membutuhkan ilmu teoretik. Matematika, fisika, biologi, kimia, geografi, kita butuh itu. Tapi, cukup dasarnya saja. Yang lebih penting adalah membangun kesadaran sosial anak-anak kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun