Mohon tunggu...
Ayu Safitri
Ayu Safitri Mohon Tunggu... Konsultan - Trainer dan Konsultan Homeschooling

Penulis dan Trainer untuk http://pelatihanhomeschooling.com/ Ikuti saya di Instagram https://www.instagram.com/missayusafitri/ Ikuti saya di Facebook https://www.facebook.com/missayusafitri Tonton dan subscribe VLOG saya http://bit.ly/apaituhomeschooling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Bunga dan Prestasi Akademisnya yang Tak Berguna

23 Januari 2018   13:31 Diperbarui: 24 Januari 2018   16:58 2620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang, saya ingin berbagi kisah Bunga pada Anda. Khususnya untuk orang tua yang berharap anaknya bisa menjadi seorang yang sukses dan berguna di masa depan. Namun, sebelumnya saya ingin bertanya pada Anda. Kalau diminta untuk membuat pengandaian, kira-kira bagaimana kondisi Bunga saat ini?

Dengan prestasi akademis luar biasa selama sekolah, hampir tidak pernah mengulang atau mengikuti remidi tiap kali ulangan, UTS dan UAS.

  1. Apakah keadaan Bunga saat ini baik-baik saja?
  2. Apakah pekerjaan Bunga saat ini ada hubungannya dengan prestasi akademisnya?
  3. Apakah prestasi akademis Bunga membantunya mendapatkan kehidupan yang lebih layak?
  4. Apakah prestasi akademis Bunga bisa dijadikan senjata untuk menghadapi masalah dalam kehidupannya?

Untuk kasus Bunga, semua pertanyaan itu saya jawab dengan satu kata, TIDAK.

Bunga teman saya, tidak dalam keadaan baik. Pekerjaan Bunga tidak ada hubungannya dengan prestasi akademisnya. Prestasi akademis Bunga tidak bisa membuatnya hidup layak. Prestasi akademis Bunga tidak bisa dijadikan senjata menghadapi masalah dalam hidup.

Bunga teman saya memang kurang beruntung. Dia pintar, tapi berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Ibunya seorang perangkat desa, janda dan harus menghidupi 3 orang anggota keluarga; Bunga, kakak Bunga dan nenek Bunga.

Sekali pun pintar, Bunga harus menerima kenyataan bahwa ia tak bisa melanjutkan kuliah. Dia pernah mencoba mengikuti seleksi masuk STAN. Karena di sana biaya kuliah sampai lulus adalah Rp. 0. Setelah lulus pun ceritanya akan langsung ditempatkan di lingkungan Kementerian Keuangan sebagai PNS.

Sayangnya, setelah sekali mencoba dan gagal Bunga malas untuk berjuang mencari keberuntungan. Kini dia beranggapan bahwa sukses itu hanya untuk mereka yang terlahir beruntung dengan fasilitas dan kemudahan dari orangtua. "Untuk orang seperti saya, mana mungkin." Begitu curhat Bunga pada saya. Dengan bersekolah, dari SD sampai SMA ia dan ibunya pun berharap ada perubahan nasib. Tapi, pada kenyataannya tak ada yang banyak berubah.

Setelah lulus SMA dan gagal masuk STAN, Bunga memutuskan untuk bekerja. Dia bekerja sebagai seorang kasir di sebuah minimarket di salah satu kota besar di Indonesia. Yup, Bunga jadi anak perantauan. Dengan bekal nilai ijazah yang tinggi untuk semua mata pelajaran UN, ternyata tak lantas membuat Bunga mendapatkan posisi yang dihormati di tempat kerja.

Bunga tetap harus memulai dari nol. Lalu, apa manfaatnya belajar giat dan mendapat nilai bagus yang tercetak di selembar ijazah? Tidak ada artinya kah di tempat kerja? Sama sekali tidak ada. Takkan ada perusahaan yang bertanya, berapa nilai geografi Anda di ijazah? Apakah ini hasil sendiri atau patungan dengan rekan sekelas?

Perusahaan memang meminta Anda melampirkan fotocopy ijazah dan transkrip. Tapi, kenyataannya tidak ada perusahaan yang akan mengecek detil nilai Anda, kemudian menjadikannya referensi dalam membuat keputusan. Perusahaan hanya menggunakannya sebagai bentuk formalitas. "Oh, orang ini pernah sekolah dan sudah lulus. Artinya, dia bisa baca, tulis dan hitung." Sudah cukup! Hanya itu yang ingin mereka pastikan.

Ijazah dan transkrip bisa dikatakan hanya sebagai tiket masuk perusahaan. Di dalam, perusahaan akan melakukan tes lanjutan dan inilah yang lebih menentukan nasib Anda. Misalnya, mengadakan Tes Potensi Akademis, tes ketrampilan dan wawancara mendalam,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun