Demo sopir taksi depan balai kota Montreal. (PHOTO AGENCE QMI, PHILIPPE-OLIVIER CONTANT)
Kepopuleran aplikasi pemesanan taksi online telah mengurangi penghasilan sopir taksi tradisional. Demo para sopir taksi terjadi tidak hanya di Montreal, tapi juga di kota kota besar lainnya. Uber memberikan harga lebih murah daripada taksi konvensional, karena mereka tidak perlu modal untuk biaya mobil, servis kendaraan, biaya mengurus surat ijin taksi, dan biaya regulasi lainnya. Di Canada, sopir taksi di Montreal, Toronto, dan kota besar lainnya mengadakan demontrasi, mereka menuntut pemerintah menegakkan aturan hukum terkait taksi Uber yang tidak sesuai kelengkapan operasi sebagai taksi. Beroperasinya Uber, dan jumlah pengemudi Uber yang jumlahnya semakin lama semakin banyak, jelas mengurangi pendapatan sopir taksi resmi.
Bagi pemakai, hukum ekonomi berlaku, yang bisa memberikan harga lebih murah, akan dipakai. Uber memanfaatkan teori ekonomi ini dengan baik, mereka membuat aplikasi, pemilik mobil bisa mendaftarkan diri dan mobilnya. Karena tanpa modal, Uber bisa memberikan kategori mobil harus berusia tidak lebih dari sekian tahun, toh mereka tidak keluar modal untuk meremajakan mobil. User penumpang merasa cepat, karena dapat memesan secara online dari handheld device mereka, tinggal memasukkan tempat dijemput, tempat tujuan, dan tariff per kilometer diketahui, beserta mobil yang akan menjemput mereka. Biasanya penumpang kurang memikirkan masalah keselamatan, karena mungkin belum mendapat kecelakaan selama menggunakan Uber. Padahal perlu diketahui, penumpang Uber karena bukan kategori kendaraan umum, tidak mendapatkan asuransi perlindungan penumpang umum, seperti kalau menggunakan publik transport, bus antarkota, ataupun kereta api.
Sweeping Taksi Uber
Baru-baru ini kota Montreal membuat konferensi bahwa selama 2 bulan terakhir mereka melakukan operasi sweeping terhadap mobil-mobil UberX, di mana dari bulan Februari 2015 sampai April 2015 telah terjaring 40 mobil UberX, yang melakukan hal ini adalah Bureau de Taxi (BTM) bekerja sama dengan pihak kepolisian. Caranya adalah dengan melakukan order pemesanan melalui aplikasi Uber. Mobil-mobil dan sopir-sopir yang tidak memiliki perijinan sebagai taksi resmi kemudian di-sweeping. Pengertian sweeping di Quebec adalah dipanggil ke pengadilan untuk pelanggaran regulasi. Tiap sopir bisa dikenai denda $ 350, karena tidak memiliki SIM taksi dan melakukan service illegal transport, dan kena $ 1000 lagi untuk ongkos towing dan mengeluarkan mobil. Tetapi BTM tidak memiliki hak untuk menyita mobil pribadi, karena itu mereka mendapatkan support dari Menteri Transportasi Quebec, dalam hal kewenangan menyita illegal transport. Jadi dalam melakukan sweeping, tetap dalam koridor hukum yang berlaku, yaitu gunakan pasal illegal transport.Â
Setelah men-sweeping 40 mobil dalam 2 bulan, kemudian BTM membuat konferensi pers tentang prestasi mereka, juga menjelaskan pada masyarakat agar menggunakan transportasi resmi karena mobil taxi resmi telah lulus uji laik operasional dan lebih terjamin keamanan penumpang karena di-cover asuransi penumpang umum, tidak seperti Uber yang dianggap naik kendaraan pribadi. Dalam hal ini kepala dinas BTM sekali menyelam minum air, membuat konferensi dengan mengundang media sehingga diliput di media lokal dan TV secara gratis, media konferensi dipakai untuk edukasi konsumen dan tidak hanya bicara quantity doank, dan sekaligus prestasi kerja di mata pimpinan terlihat bagus tanpa perlu disuruh suruh atau diancam, karena diliput media, otomatis pimpinan melihatnya ketika baca koran.Â
Sama seperti di Indonesia, Uber menyatakan akan mensupport sopir mereka di Montreal dalam persidangan. Uber bahkan membayar denda $ 1000 untuk mobil yang ditahan oleh BTM. Terakhir Uber  menantang walikota Montreal dan menteri transportasi Quebec untuk mencoba layanan UberX. Jadi sweeping di Jakarta yang hanya menjaring 5 mobil Uber belum sebanyak prestasi sweeping Bureau de Taxi Montreal, yang telah menjaring 40 kendaraan UberX hanya dalam 2 bulan.
Taksi Uber Illegal di Quebec
Sampai hari ini Walikota Montreal tetap menyatakan bahwa taksi Uber berstatus illegal di Montreal. Menteri transportasi Quebec juga menyatakan bahwa tidak ada wilayah abu-abu di kasus Uber. Semua telah jelas tertulis dalam regulasi, bagaimana sebuah mobil dapat dijadikan taksi, bagaimana ujian yang harus dilalui untuk menjadi sopir taksi, bagaimanan perijinan untuk menjadi operator moda transportasi publik. Banyak dari regulasi tersebut yang tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan Uber di Canada, sehingga tidak ada wilayah abu-abu lagi.  Â
Manager Uber region Asia boleh menyatakan bahwa Uber beroperasi di puluhan kota-kota besar dunia dan penangkapan taksi Uber di Jakarta itu illegal, tetapi Beliau lupa menginformasikan pula bahwa taksi Uber di banyak dari puluhan kota besar dunia itu dikategorikan illegal untuk beroperasi sebagai taksi.
Demikian sekilas analis tentang kontroversi taksi Uber di Canada. Penulis hanya melakukan research tentang regulasi taksi di Montreal, mencari informasi tambahan tentang fakta yang menjadi pendukung mengapa walikota Montreal dan Menteri Transportasi Quebec menyatakan Uber illegal, dan membandingkan dengan tindakan terhadap Uber di Indonesia. Misalkan tindakan pemanggilan terhadap kantor Uber tidak bisa dilakukan bila Uber tidak berbadan hukum di Indonesia, tetapi mendenda mobil pribadi yang disalahgunakan untuk pengangkutan umum tentunya bisa dilakukan di Indonesia, dengan acuan undang-undang keselamatan umum transportasi publik, pengemudi tidak teregistrasi sebagai sopir angkutan umum di regulator, dan sebagainya.  Â