Hari ulangan semakin lama, semakin dekat. Ketika makan malam pun orang tuaku pun menyuruh aku dan adikku untuk segera belajar. Mengingat mereka itu akan menjadi "iblis" jika melihat nilai jelek dari anaknya. Mungkin itu menjadi alasan aku sedikit benci mereka. Namun entah kenapa aku tidak memiliki semangat sama sekali, rasanya dunia di sekitar ku berjalan lambat. Menonton banyak vidio motivasi sembari di temani kunang-kunang yang tak berpengaruh padaku. Sebenarnya aku sadar bahwa aku hanya jengkel ketika harus disuruh-suruh.
Ibu: "Loh, Ken, kamu kok malas-malasan sih??!"
Ken: "eh, aku la-"
Ibu: "Gak ada alasan!! Belajar sana, jangan bangga hanya karena nilai mu jelek. Kamu tuh ya kenapa gak bisa kayak anak tetangga si Bagas.Dia itu selalu ranking 1, gak kayak kamu! Panggil adikmu sana, belajar bareng kalian"
Ken: ".....baik bu"
Akhirnya aku meranjak dari kasur ku yang begitu lembut itu, pergi keluar kamar dengan raut wajah lusuh, memanggil adikku si Eno dengan suara yang bergema di rumah yang sunyi dan gelap ini.
Eno: "iya kak, kenapa manggil?"
Ken: "ayo kita belajar bareng ibu yang suruh"
Eno: "ok kak"
Eno adalah adik lelaki ku yang rajin. Aku sayang padanya begitu pun sebaliknya. Dia satu-satunya anggota keluarga yang tak pernah ku benci.
Ayah: "aku pulang..."