Mohon tunggu...
Lio Marcelino alumnus Satulis
Lio Marcelino alumnus Satulis Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar sekolah

Saya adalah siswa sigma yang mengikuti tantangan dari guru saya yang define aura untuk menulis selama sebulan di akun blog Kompasiana looksmaxxing. Hobi saya adalah bermain permainan video games, yapping, mewing, rizz, dan membaca buku, namun topik pembahasan konten favorit saya ialah tentang sejarah atau politik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apakah Uni Soviet Gaya Baru akan Bangkit?

14 Oktober 2024   23:03 Diperbarui: 14 Oktober 2024   23:23 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Halo sobat Kompasianer, kembali lagi bersama saya Lio Marcelino, saya mau tanya kira-kira kalian semua tahu negara Uni Republik Sosialis Soviet atau kerap disebut Uni Soviet? Bagi kalian yang tidak tahu negara Uni Soviet ini merupakan negara yang berdiri pasca perang saudara Rusia antara tentara putih yang merupakan seorang nasionalis dan pro kekaisaran Rusia dengan tentara merah yang terdiri dari kaum bolshevik dan menshevik yang kontra atau anti terhadap kekaisaran Rusia yang terjadi dari kurun waktu tahun 1917 sampai tahun 1922 dan kini negara ini telah bubar menjadi 15 negara Republik yang merdeka dan berdaulat lebih tepatnya terjadi pada tahun 1990 hingga tahun 1991. Oke kalau begitu tanpa berbasa-basi sekarang saya akan menjelaskan sedikit tentang CIS dan apa alasan CIS bisa membangkitkan Uni Soviet dengan gaya baru di artikel saya berikut ini. 

   Pada mulanya Commonwealth of Independent States (CIS) atau kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia itu menjadi Persemakmuran Negara-Negara Merdeka atau disingkat PNM didirikan pada tanggal 8 Desember 1991 oleh Republik Belarus, Republik Sosialis Federasi Soviet (RSFS) Rusia, dan Ukraina, ketika para pemimpin tiga republik bertemu di Cagar Alam Pushcha Belovezhskaya, sekitar 50 km utara Brest di Belarusia, dan menandatangani "Perjanjian Pendirian Persemakmuran Negara-Negara Merdeka".

   Dalam perkembangannya pada tanggal 21 Desember 1991, para pemimpin delapan tambahan bekas Republik Soviet (Armenia, Azerbaijan, Kazakhstan, Kirgizstan, Moldova, Turkmenistan, Tajikistan, dan Uzbekistan) menandatangani Protokol Alma-Ata sehingga menjadikan jumlah anggota negara peserta CIS menjadi 11 negara. Setelah itu Georgia bergabung dua tahun kemudian, pada Desember 1993. Sampai saat itu jumlah anggota negara peserta CIS menjadi 12 negara, akan tetapi 3 negara sisanya yaitu Estonia, Latvia, dan Lithuania memutuskan untuk tidak bergabung CIS.

   Lalu pada tanggal 22 Januari 1993, Piagam CIS ditandatangani. Semua negara pendiri kecuali Ukraina dan Turkmenistan, meratifikasi Piagam CIS dan resmi menjadi negara anggota CIS. Namun demikian, Ukraina dan Turkmenistan tetap berpartisipasi dalam CIS tanpa menjadi negara anggotanya atau disebut sebagai negara asosiasi dalam organisasi CIS. Kemudian Ukraina menjadi anggota asosiasi CIS Economic Union pada tanggal April 1994, dan Turkmenistan menjadi anggota asosiasi CIS pada tanggal Agustus 2005. Georgia meninggalkan CIS pada tahun 2009 karena konflik senjata yang terjadi antara Rusia dan Georgia juga diperparah dengan Rusia yang mendukung gerakan separatis di Georgia tepatnya di wilayah Ossetia Selatan dan Abkhazia, selanjutnya disusul oleh Ukraina yang keluar dari CIS pada tahun 2018 akibat aneksasi Republik otonom Ukraina yang bernama Krimea oleh Rusia yang jelas-jelas ilegal menurut Ukraina.

   Nah dengan begitu sebenarnya CIS ini merupakan organisasi yang kurang efisien, karena gagal membuat kemajuan yang signifikan dalam hal integrasi atau upaya kesatuan dan persatuan antara negara-negara anggota CIS. Karena buktinya saja Ukraina dan Georgia keluar dari CIS akibat perselisihan dengan Rusia yang sehingga membuat mereka tidak bersatu padu sebagai negara anggota CIS, bahkan Rusia menurut asumsi saya itu mendominasi dari segi wilayah, militer, dan ekonomi dalam organisasi CIS. Padahal salah satu tujuan CIS dibentuk itu menjaga stabilitas hubungan antara negara-negara bekas Uni Soviet.

   KTT CIS yang baru-baru ini diselenggarakan di Moskow minggu ini dapat menghidupkan kembali organisasi tersebut dan memperkuat hubungan diplomatik antara negara-negara anggota CIS. Dan di sini Rusia sebagai negara anggota yang paling kuat dan tangguh menegaskan prioritas geopolitiknya secara jelas, walau negara-negara barat berupaya merebut pengaruh dari negara-negara anggota CIS, contohnya saja negara bekas Uni Soviet yang pengaruhnya berhasil direbut oleh barat dalah Ukraina , yang mana kan yang kita ketahui salah satu faktor Rusia menyerang Ukraina itu karena Ukraina ingin bergabung dengan NATO, padahal Rusia telah melarang Ukraina untuk bergabung dengan NATO, dengan begitu menandakan pengaruh Ukraina berhasil direbut oleh Amerika Serikat dan negara-negara anggota NATO lainnya untuk bergabung dengan NATO yang menjadi rival Rusia.

   Sekarang apa alasan CIS bisa membangkitkan Uni Soviet dengan gaya baru? Berikut adalah beberapa alasan CIS membangkitkan Uni Soviet dengan gaya baru.

Jadi menurut sumber yang saya baca itu ada 6 alasan, yaitu: 

1. Putin Mendorong Pentingnya Kerja Sama Bekas Republik Soviet.

   Selama pertemuan puncak tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan pentingnya bekas republik Soviet bagi Rusia. Ia mengatakan interaksi dalam kerangka CIS merupakan salah satu prioritas utama kebijakan luar negeri Rusia, dan menegaskan bahwa negara-negara CIS adalah tetangga, teman, dan mitra strategis terdekat bagi Moskow. 

2. Integrasi Ekonomi Uni Soviet 

   Setelah runtuhnya Uni Soviet, republik-republik yang baru merdeka menghadapi tantangan ekonomi yang berat, karena ekonomi mereka telah terintegrasi erat dengan ekonomi Uni Soviet. Maka dari itu CIS memberi peluang kepada negara-negara anggota CIS untuk melanjutkan kolaborasi di bidang perdagangan, keuangan, transportasi, dll. Yang setidaknya membantu mengurangi dampak negatif dari keretakan ekonomi ini walau Uni Soviet telah bubar.

3. Memperkuat Interaksi Politik 

   Selain itu, CIS menjadi platform untuk interaksi politik seperti membahas kepentingan bersama, masalah diplomatik, dan menyelesaikan perselisihan. Saat ini, CIS membahas masalah keamanan, migrasi, dan topik penting lainnya yang memengaruhi semua negara anggota. 

   KTT tersebut telah menunjukkan bahwa format CIS masih relevan dan memiliki banyak potensi, meskipun dalam beberapa tahun terakhir, beberapa pakar telah menyatakan keraguan terhadap masa depan organisasi tersebut. "Namun, situasi geopolitik saat ini hanya memperkuat hubungan Rusia dengan bekas republik Soviet. CIS merupakan platform yang sangat penting untuk mempromosikan integrasi dengan negara-negara yang bukan bagian dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) atau Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) -- Azerbaijan, Uzbekistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Moldova -- tetapi yang memandang Rusia sebagai mitra utama. Misalnya, pada KTT tersebut, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menggambarkan hubungan antara Azerbaijan dan Rusia sebagai sekutu," Ujar Farhad Ibragimov yang merupakan seorang pakar, dosen di Fakultas Ekonomi Universitas RUDN, dosen tamu di Institut Ilmu Sosial Akademi Kepresidenan Rusia untuk Ekonomi Nasional dan Administrasi Publik, dilansir RT.

   Kebijakan anti-Azerbaijan dari Kongres dan Dewan Perwakilan Rakyat AS (yang menuntut untuk menjatuhkan sanksi pada negara tersebut), dan retorika agresif Prancis mendorong Azerbaijan untuk menetapkan prioritasnya di bidang kebijakan luar negeri. Fakta bahwa negara tersebut mengajukan permohonan untuk bergabung dengan BRICS keesokan harinya setelah Putin menyelesaikan kunjungan kenegaraannya ke Baku dengan jelas menunjukkan prioritas geopolitik negara tersebut.

4. Ukraina Adalah Pendiri CIS 

   Apa yang awalnya merupakan pertemuan berformat sempit kemudian berlanjut dalam format yang diperluas dan melibatkan anggota delegasi dari negara-negara anggota CIS.

   Di antara para pemimpin yang menghadiri Dewan Kepala Negara CIS adalah Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, Presiden Kirgistan Sadyr Japarov, Presiden Tajikistan Emomali Rahmon, Presiden Turkmenistan Serdar Berdimuhamedow, Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev, dan Sekretaris Jenderal CIS Sergey Lebedev. Moldova tidak berpartisipasi dalam pertemuan puncak tersebut, meskipun tetap menjadi anggota CIS. Ketidakhadiran Presiden Moldova Maia Sandu tidak banyak diketahui, sama seperti ketidakhadiran perwakilan dari Kiev. Meskipun secara teratur menyatakan niatnya untuk memutuskan semua hubungan dengan CIS, Ukraina masih belum melakukannya. Penting untuk dicatat bahwa Kiev selalu menempati tempat yang unik di CIS. Ukraina adalah anggota pendiri organisasi tersebut, tetapi tidak meratifikasi Piagam CIS yang akan sepenuhnya menjadikan Ukraina sebagai anggota secara resmi, meskipun menandatangani banyak dokumen dan berpartisipasi dalam kegiatan CIS hingga kudeta 2013-2014. "Ukraina tetap menjadi bagian dari Kawasan Perdagangan Bebas CIS, dan perjanjian utama CIS seperti perjanjian tentang Pembentukan Persemakmuran Negara-negara Merdeka dan Protokol Alma-Ata (yang sering dirujuk Kiev) masih berlaku di Ukraina. Meski terdengar tidak masuk akal, secara hukum dan formal, Ukraina tetap menjadi anggota CIS," papar Ibragimov.

5. Seruan Ukraina, Georgia dan Moldova Kembali ke Pangkuan Uni Soviet 

   Presiden Belarusia Alexander Lukashenko kali ini menyerukan untuk mengembalikan "keluarga CIS" ke kondisi semula yang menyiratkan bahwa Georgia, Moldova, dan Ukraina harus bergabung kembali dengan CIS. Lukashenko mengakui bahwa Belarusia memelihara kontak dengan pejabat Ukraina, yang memberi Minsk harapan bahwa situasi dapat berubah menjadi lebih baik di masa mendatang. 

   KTT CIS biasanya mengutamakan komunikasi informal, yang bahkan lebih efektif dalam hal memperkuat hubungan antara negara-negara anggota. Misalnya, sebelum pertemuan umum dengan para pemimpin CIS, Putin mengadakan pembicaraan terpisah dengan para pemimpin Azerbaijan dan Armenia, yang menekankan peran Moskow sebagai penengah geopolitik penting di Kaukasus Selatan. Meskipun perannya pasif di CSTO, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan ingin mempertahankan hubungan persahabatan dengan Rusia melalui EAEU dan CIS. Ia kemungkinan besar akan meyakinkan Moskow bahwa hubungan Armenia yang semakin erat dengan Barat terbatas pada bidang-bidang tertentu dan tidak ditujukan terhadap Rusia. Sebagai tanggapan, Moskow kemungkinan akan mengangkat isu penyelesaian perjanjian damai antara Azerbaijan dan Armenia yang sedari awal merdeka saling berkonflik karena masalah sengketa di wilayah yang namanya dikenal sebagai Artsakh oleh masyarakat Armenia atau Nagorno-Karabakh oleh masyarakat Azerbaijan. Hal ini sangat penting bagi Rusia karena hubungan dekatnya dengan kedua belah pihak didasarkan pada sejarah, pandangan, dan memori sejarah yang sama. Saat ini, proses penyelesaian perjanjian damai yang penting tersebut telah terhenti karena masalah yang belum terselesaikan mengenai hubungan transportasi antara daratan utama Azerbaijan dan wilayah eksklave Azerbaijan yang bernama Nakhchivan. Meskipun demikian, Moskow tetap menjadi mitra yang sangat penting dan berpengaruh bagi Baku dan Yerevan dan kepentingannya tidak dapat diabaikan. 

6. Memperkuat Kerja Sama Pertahanan untuk Menghadapi Ancaman Perang Dunia III 

   Menurut Ibragimov, meskipun ada organisasi seperti CSTO di wilayah negara-negara bekas Uni Soviet, CIS terus memainkan peran penting dalam mengoordinasikan upaya keamanan dan pertahanan, khususnya melalui Dewan Menteri Pertahanan. 

   Apalagi, ancaman perang dunia III juga sudah berada di depan mata yang salah satunya karena perang Rusia melawan Ukraina yang dibantu oleh NATO. "Kolaborasi semacam itu sangat penting untuk menjaga stabilitas regional dan memerangi terorisme internasional, perdagangan narkoba, dan ancaman keamanan lainnya," kata Ibragimov.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun