Mohon tunggu...
LIO MARCELINO
LIO MARCELINO Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar sekolah

Saya adalah siswa sigma yang mengikuti tantangan dari guru saya yang define aura untuk menulis selama sebulan di akun blog Kompasiana looksmaxxing. Hobi saya adalah bermain permainan video games, yapping, mewing, rizz, dan membaca buku, namun topik pembahasan konten favorit saya ialah tentang sejarah atau politik.

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengapa Aplikasi Temu Bisa Mengancam UMKM di Indonesia?

6 Oktober 2024   20:12 Diperbarui: 6 Oktober 2024   20:14 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   Halo sobat Kompasianer yang tercinta, kembali lagi bersama saya Lio Marcelino. Terus terang saja hari ini saya bingung mau menulis tentang apa, tetapi setelah saya melihat sebuah kontennya bang Gerald Vincent di Youtube shorts yang membahas mengenai aplikasi Temu ini yang dapat menjadi kiamat bagi UMKM di Indonesia, saya jadi kepikiran apa sih ini aplikasi Temu dan mengapa dia bisa mengancam UMKM di Indonesia. Yaudah kalau begitu ayo langsung saja kita bahas mengenai aplikasi Temu dan apa hubungannya sehingga bisa mengancam UMKM di Indonesia di artikel saya kali ini.

Apa sih itu aplikasi Temu ini, jadi menurut sumber yang saya baca Temu ini merupakan aplikasi e-commerce dari Tiongkok, nah yang membedakan aplikasi e-commerce Temu dengan aplikasi e-commerce lain seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dll adalah aplikasi e-commerce Temu itu dia kegiatan jual belinya langsung menghubungkan antara produsen dengan konsumen, dengan kata lain konsumen kalau mau membeli sebuah barang di aplikasi Temu itu dia langsung beli dari orang yang memproduksi produk barang tersebut di Tiongkok. 

Artinya membuat tidak ada lagi barang yang melalui reseller, affiliator, dan pihak ketiga yang sangat berbahaya bagi UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia dan apalagi harga barang yang ditawarkan di aplikasi ini juga terlampaui murah.

Keberadaan mereka selain akan mengancam terhapusnya reseller, affiliator, maupun pihak ketiga dalam kegiatan jual beli, Temu juga akan memungkinkan barang yang diproduksi di pabrik yang ada di Tiongkok masuk ke Indonesia secara bebas.

Pasalnya platform Temu tersebut dapat memfasilitasi perdagangan cross border atau dari luar negeri. Aplikasi Temu jika diizinkan untuk beroperasi di Indonesia kemungkinan tetap bisa meloloskan seluruh produk yang ada di Tiongkok kepada konsumen yang membeli di Indonesia sehingga ini benar-benar bahaya bagi UMKM di Indonesia.

Saat ini Temu sedang mengurus izin operasionalnya di Indonesia, aplikasi tersebut mendaftar melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DKJI) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Namun untungnya aplikasi tersebut ditolak karena merek bisnisnya sudah ada yang memakai di Indonesia dan juga ada sejumlah pejabat di Indonesia yang secara tegas menolak masuknya platform Temu dari Tiongkok tersebut ke Indonesia.

Menteri Kominfo Budi Arie misalnya, menolak tegas aplikasi Temu karena menilai mereka dapat merusak ekosistem UMKM.

"Kita enggak akan kasih kesempatan. Masyarakat rugi, kan kita mau jadi ruang digital itu untuk membuat masyarakat produktif dan lebih untung, kalau membuat masyarakat rugi buat apa," kata Budi Arie di Kantor Kominfo, Jakarta, Selasa (1/10).

Menteri UKM Teten Masduki juga khawatir UMKM akan terancam jika Temu masuk ke Indonesia. Teten bahkan lebih khawatir bahwa Temu ini dampaknya akan jauh lebih berbahaya dari Tiktok Shop.

"Ini yang saya khawatir ada satu lagi satu aplikasi digital, cross border yang saya kira akan masuk ke kita dan ini lebih dahsyat dari Tiktok (shop)," ujar Teten dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, pada Juni lalu.

Direktur Utama Smesco Indonesia Wientor Rah Mada juga berpendapat negatif mengenai Temu, beliau mengatakan jika Temu beroperasi di Indonesia maka UMKM akan terancam. Alasannya pun karena aplikasi ini menawarkan harga yang sangat murah.

"Kami mengindikasikan di beberapa kondisi mereka memberikan harga 0 persen. Di AS mereka sempat memberikan harga 0 persen. Jadi buyer hanya membayar ongkos kirim," ujar Wientor dalam diskusi media di kantor Kemenkop UKM, Selasa (6/8). "Temu ini aplikasi jahat dari China. Yang kalau dibiarkan masuk UMKM kita pasti mati," tambahnya.

Temu masih berusaha masuk ke Indonesia dengan mengajukan banding ke Kemenkumham. Meski demikian, model bisnis yang menghubungkan produsen dengan konsumen secara langsung itu tidak sesuai dengan kebijakan perdagangan Indonesia.

Melansir dari laman resmi, Temu merupakan platform e-commerce yang memungkinkan pelanggan untuk menelusuri dan membeli produk dari berbagai kategori, termasuk elektronik, peralatan rumah tangga, pakaian, dan aksesoris yang terhubung langsung pada 80 pabrik di China.

Temu didukung oleh perusahaan asal China PDD Holdings yang memiliki kantor pusat di Boston, Amerika Serikat.

Temu pertama kali diluncurkan di tahun 2022 dan meraih kepopuleran dengan cepat di AS. Bahkan Temu menjadi salah satu aplikasi yang paling banyak diunduh di App Store dan Google Play Store dengan jumlah unduhan mencapai 165 juta unduhan.

Kesimpulannya bahwa Temu merupakan aplikasi e-commerce asal Tiongkok yang langsung menghubungkan antara produsen dengan konsumen sehingga jika Temu ini beroperasi di Indonesia maka akan menghapus pihak reseller, affiliator, maupun pihak ketiga dalam kegiatan jual beli yang ada di Indonesia, memungkinkan barang yang diproduksi di pabrik yang ada di Tiongkok masuk ke Indonesia secara bebas, dan apalagi harga barang yang ditawarkan kepada konsumen itu juga murah yang akibatnya bisa mematikan ekonomi para pelaku UMKM yang ada di Indonesia.

Kemudian pada paragraf terakhir ini saya akan menegaskan bahwa saya setuju dengan pernyataan aplikasi Temu akan mengancam UMKM di Indonesia dan maka dari itu saya menentang Temu untuk masuk dan beroperasi di Indonesia, karena walaupun saya Chindo tetapi saya merasa iba dan kasihan terhadap para pelaku UMKM di Indonesia yang jelas-jelas itu adalah sebagian masyarakat saya yang hidup dalam strata sosial yang rendah alias kelas menengah, menengah ke bawah, dan miskin yang mereka ini masih terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan yang masih marak di Indonesia dan saya tidak mau mereka ini semakin miskin gara-gara ekonomi mereka mati akibat aplikasi Temu. Ini nanti jadinya yang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya sehingga ini tidak sesuai dengan sila Pancasila yang ke-5, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun