Direktur Utama Smesco Indonesia Wientor Rah Mada juga berpendapat negatif mengenai Temu, beliau mengatakan jika Temu beroperasi di Indonesia maka UMKM akan terancam. Alasannya pun karena aplikasi ini menawarkan harga yang sangat murah.
"Kami mengindikasikan di beberapa kondisi mereka memberikan harga 0 persen. Di AS mereka sempat memberikan harga 0 persen. Jadi buyer hanya membayar ongkos kirim," ujar Wientor dalam diskusi media di kantor Kemenkop UKM, Selasa (6/8). "Temu ini aplikasi jahat dari China. Yang kalau dibiarkan masuk UMKM kita pasti mati," tambahnya.
Temu masih berusaha masuk ke Indonesia dengan mengajukan banding ke Kemenkumham. Meski demikian, model bisnis yang menghubungkan produsen dengan konsumen secara langsung itu tidak sesuai dengan kebijakan perdagangan Indonesia.
Melansir dari laman resmi, Temu merupakan platform e-commerce yang memungkinkan pelanggan untuk menelusuri dan membeli produk dari berbagai kategori, termasuk elektronik, peralatan rumah tangga, pakaian, dan aksesoris yang terhubung langsung pada 80 pabrik di China.
Temu didukung oleh perusahaan asal China PDD Holdings yang memiliki kantor pusat di Boston, Amerika Serikat.
Temu pertama kali diluncurkan di tahun 2022 dan meraih kepopuleran dengan cepat di AS. Bahkan Temu menjadi salah satu aplikasi yang paling banyak diunduh di App Store dan Google Play Store dengan jumlah unduhan mencapai 165 juta unduhan.
Kesimpulannya bahwa Temu merupakan aplikasi e-commerce asal Tiongkok yang langsung menghubungkan antara produsen dengan konsumen sehingga jika Temu ini beroperasi di Indonesia maka akan menghapus pihak reseller, affiliator, maupun pihak ketiga dalam kegiatan jual beli yang ada di Indonesia, memungkinkan barang yang diproduksi di pabrik yang ada di Tiongkok masuk ke Indonesia secara bebas, dan apalagi harga barang yang ditawarkan kepada konsumen itu juga murah yang akibatnya bisa mematikan ekonomi para pelaku UMKM yang ada di Indonesia.
Kemudian pada paragraf terakhir ini saya akan menegaskan bahwa saya setuju dengan pernyataan aplikasi Temu akan mengancam UMKM di Indonesia dan maka dari itu saya menentang Temu untuk masuk dan beroperasi di Indonesia, karena walaupun saya Chindo tetapi saya merasa iba dan kasihan terhadap para pelaku UMKM di Indonesia yang jelas-jelas itu adalah sebagian masyarakat saya yang hidup dalam strata sosial yang rendah alias kelas menengah, menengah ke bawah, dan miskin yang mereka ini masih terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan yang masih marak di Indonesia dan saya tidak mau mereka ini semakin miskin gara-gara ekonomi mereka mati akibat aplikasi Temu. Ini nanti jadinya yang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya sehingga ini tidak sesuai dengan sila Pancasila yang ke-5, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H