By: Lio Bijumes
Malam, di sebuah warung kopi. Bersama sahabat asik berdiskusi. Topik tak jauh soal menulis dan buku. Juga tentang pacar, dan juga persoalan remeh-temeh lainya. Tetapi yang menarik dari percakapan malam di angkringan Tugu Jogja itu, adalah soal apakah kita bisa menulis? Berikut kutipan percakapan mengawali tulisan ini.
“Banyak yah orang yang senang membaca, tetapi hanya sedikit yang senang menulis,” ujar Galih.
Lantas saya menjawab, “Mungkin itu karena terlalu banyak berpusat dengan hal-hal yang tidak kita sukai, seperti membuat makalah di kampus. Dan tidak seperti membaca sebuah buku kesukaan seperti Novel, Komik dan lain sebagainya,” kataku.
Ketika kita berbicara mengenai menulis, tentu sebenarnya tak lepas dari membaca. Jika kita senang membaca, otomatis kita suka menulis. Ibaratnya,membaca dan menulis sudah sepasang yang tak bisa di pisahkan. Bukankah begitu?
Menulis adalah cara bicara tidak langsung untuk kita mengungkapkan gagasan, perasaan, pikiran kepada teman, sahabat, atau di media sosial. Ada pendapat yang mengatakan, dengan menulis, seseorang dapat mengungkapkan gagasan, pendapat, serta pikiranya sesuai dengan keinginan.
Perlu diketahui bahwa kemampuan menulis tidaklah secara genetik. Oleh karena itu, peran bakat tidaklah menentukan dalam aktivitas menulis. Setiap orang pada dasarnya memiliki kemampuan menulis, tentu saja dibarengi dengan belajar dan melatih diri untuk menulis dengan benar. Saya bisa, Anda pun bisa. Semua kita bisa menulis.
Setiap penulis membutuhkan keberanian karena setelah ia selesai menulis naskah, ia akan menawarkan sesuatu tentang diri sendiri dalam bentuk kalimat-kalimat. Ia akan berkata, “ Ketahuilah apa yang aku tulis ini. Bacalah sesering yang kamu inginkan. Tiap-tiap apa yang aku maksudkan, tetapi gunakanlah kemampuan akal, pertimbangan, imajinasi kamu sendiri serta buatlah kesimpulan sendiri.”
Jarang ada penulis yang lahir dengan kemampuan menggunakan kata-kata secara baik. Untuk itu, menulis adalah proses panjang. Seorang penulis harus berlatih sampai menguasai seninya. Kita membutuhkan disiplin diri yang keras, latihan penulisan serta penulisan kembali. Saya mengalami proses itu.
Kelebihan menjadi seorang penulis, kita adalah pekerja terhormat dan mulia, karena setiap buah karya positif dari seorang penulis dapat memajukan dan mencerdaskan masyarakat/pembaca. Kelebihan lain menjadi seorang penulis adalah profesi yang bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, tanpa ada batasan waktu–selama ada kemauan dan keinginan yang dalam dari dalam diri sendiri. Tanpa takut diawasi bos.
Banyak orang yang berhasil dalam hidupnya antara lain karena menulis. Sebagai contoh, Kahlil Gibran (Seniman, Penyair dan Pengarang Besar dari Lebanon), Pramoedya Ananta Toer (penulis Novel Tetralogi Pulau Buru dari Indonesia), Rabindranath Tagore (Penulis Asal India yang Memenangkan Hadiah Nobel), Stephen King (Novelis Amerika spesialis cerita horor, fiksi sains, dan kriminalitas), dan Toni Morrison (Penulis Perempuan Afrika-Amerika Yang Memenangkan Nobel). Selalu ada penghargaan bagi tiap pribadi yang mau dan terus berlatih menghasilkan karya. Penulis yang menulis akan selalu dikenang.