Abstrak
Thomas Aquinas adalah seorang filsuf sekaligus juga seorang teolog kristen yang terkenal abad pertengahan. Dengan segala keterbatasannya Thomas berusaha untuk menjelaskan dan membuktikan eksistensi Tuhan secara riil berdasarkan pengalaman dan karya – karya pemikirannya. Dimana dalam salah satu karyanya yang terkenal yaitu summa theolohgiae yang berusaha untuk membuktikan eksistensi Tuhan melalui argumentasinya yaitu “lima jalan”, sehingga mudah dapat dipahami dan dimengerti oleh semua orang terkhususnya umat beriman.
Kata Kunci
Iman, Eksistensi dan Tuhan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Iman berkaitan dengan keyakinan terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat, disentuh, dan dipegang serta dibuktikan secara nyata dalam arti abstrak. Sesuatu yang abstrak itu berkaitan dengan kepercayaan kepada Tuhan. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari iman memainkan peran yang sangat penting. Iman dianggap penting karena iman dapat membantu seseorang dalam menghadapi permasalahan di dalam hidup. Melalui iman seseorang dibentuk dalam pertumbuhan moral dan etika. Zaman sekarang ini, iman seseorang tumbuh bagaikan pohon tanpa akar; dengan demikian pohon akan mudah tumbang dikarenakan diterpa oleh hujan, dan angin. Ibaratkan iman sesorang yang tumbuh tanpa keyakinan, tidak ada tujuan hidup, mudah goyah, dan rapuh.
Bapak suci Benediktus XVI mengatakan bahwa banyak orang pada zaman sekarang ini mengalami “Gerhana Tuhan”, artinya pengalaman eksistensi Tuhan tidak tampak lagi di dalam kehidupan riil, khususnya pada kaum muda.[1] Pengamatan Bapak suci Benediktus XVI mau menggambarkan kepada umat, terkhususnya kaum muda bahwa untuk menumbuhkan iman dalam situasi dan kondisi modern yang semakin berkembang zaman sekarang ini, kehadiran dan pengamatan mengenai eksistensi Tuhan secara riil tidak lagi dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kita telah jatuh dan tenggelam serta terjebak dalam kepentingan dan kesibukan yang menyangkut dengan hal-hal duniawi, sehingga dapat membuat mereka kehilangan tujuan dan arah hidup.
Dari penjelasan di atas, penulis ingin agar umat beriman benar-benar memahami dengan sungguh-sungguh bahwa zaman sekarang ini, iman umat beriman terkhususnya, iman para kaum muda semakin mengalami kemerosotan atau keadaan dimana kualitas mengalami penurunan iman akan eksistensi Tuhan yang riil. Dengan demikian penulis ingin memberikan penjelasan yang kongkret kepada umat beriman agar iman yang dimiliki semakin dipahami, dihayati, dan dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dengan pamahaman yang benar dapat menuntun umat secara sadar akan eksistensi Tuhan yang riil. Maka muncullah pertanyaan: “Bagaimana mengembangkan iman umat beriman dalam pemahaman yang benar?” Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penulis bertolak dari dalam kerangka pemikiran Thomas Aquinas yang menjelaskan secara lebih terperincih dengan bertolak dari akal budi manusia untuk membuktikan eksistensi Tuhan yang riil dari pengamatan akan pengalaman Rohani dari umat beriman. Sehingga pada akhirnya penulis meyakini bahwa iman umat beriman akan semakin mengalami perkembangan dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki pemahaman yang benar serta dapat dibuktikan berkaitan dengan eksistensi Tuhan itu adalah sendiri.
Rumusan Masalah
- Bagaimana Tomas Aquinas membuktikan eksistensi Tuhan agar dapat diterima oleh rasio umat beriman dan digunakan sebagai pengembangan iman umat di zaman sekarang?
Tujuan Penulisan
- Penulisan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran umat beriman akan memahami eksistensi Tuhan.
- Mengatasi keraguan yang dihadapi oleh umat beriman. Dengan memberikan jawaban yang bertolak dari kehidupan rohani Thomas Aquinas.
- Mendorong umat beriman untuk mereflekskan serta merenungkan pengalaman-pengalaman dalam kaitannya dengan kehadrian Tuhan secara nyata agar dapat memperkuat hubungan komunikasi antara umat beriman dengan Tuhan.
ISI
Berikut ini penulis akan memberikan penjelasan singkat mengenai St.Thomas Aquinas. Thomas Lahir di Roccasecca, Italia, tahun 1225. Pada umur lima tahun, Thomas diserahkan ke Biara Benedictus di Monte Cassino unruk dibina agar kelak menjadi seorang biarawan. Setelah sepuluh tahun Thomas berada di Monte Cassino, ia dipindahkan ke Neples untuk menyelesaikan pendidikan bahasanya. Pada tahun 1245, Thomas resmi menjadi anggota Ordo Dominikan. Pada usia lima tahun, ia dikirim ke Biara tersebut untuk memperoleh Pendidikan. Ketika usianya delapan belas tahun, ia pergi ke Neples untuk melanjutkan pendidikannya. Di sana ia bertemu dengan suatu kelompok religius baru yang disebut sebagai, Ordo Para Pengkhotbah. Orang tuanya sangat marah kepadanya. Ketika sedang dalam perjalanan ke Paris untuk belajar, saudara – saudaranya menculiknya.[2]
Tidak diketahui oleh pihak Ordo Dominikan. Penyandaraan ini berlangsung selama satu tahun. Beberapa tahun di sana Aquinas pun kembali ke Biara, dan dikirim ke Paris. Sesudah beberapa waktu di Paris, Aquinas pindah ke Koeln (Jerman). Di sana antara tahun 1248-1252, Aquinas menjadi murid St. Albertus Agung. Selama dengan St. Albertus Agung, Aquinas dipengaruhi oleh filsafat Aristoteles yang dipakai oleh St. Albertus Agung dalam berteolog. Aquinas pun kelak terkenal sebagai teolog dan filsuf yang secara kreatif mampu menciptakan sintesis seluruh pemikiran kristiani dengan memanfaatkan system dan konsep-konsep filsafat Aristoteles. Aquinas adalah seorang penulis yang tidak mengenal lelah. Ia mewariskan sejumlah besar pemikirannya dalam bidang teologi dan filsfat. Dari berbagai tulisannya itu membuktikan bahwa Aquinas bukan hanya seorang filsuf teologi dan filsafat melainkan seorang mistikus. Karena ajaran-ajarannya merupakan kebenaran yang diayakini dengan iman yang kokoh kepada Tuhan. Pada tahun 1274 Aquinas diundang oleh Paus Gregorius X untuk mengikuti konsili yang diadakan di Lyon. Dalam perjalanan ke konsili tersebut, Aquinas meninggal dunia di Fossanuova pada tanggal 7 Maret 1274.
“Bagaimana Thomas Aquinas membuktikan eksistensi Tuhan agar dapat diterima oleh rasio umat beriman dan digunakan sebagai pengembangan iman di zaman sekarang”. Pembuktian eksistensi Tuhan dapat dilakukan menurut dua pendekatan, yaitu secara a priori Seperti yang dilakukan oleh St. Anselmus dari Canterburry, dan secara a posteriori berdasarkan data pengalaman yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Aquinas mengutamakan pendekatan kedua karena ia berkeyakinan bahwa semua pengetahuan manusia harus mulai dari pengalaman tentang objek-objek inderawi. Karakteristik dasar dari semua objek inderawi ialah eksistensinya disebabkan oleh sesuatu yang lain jadi, selalu harus ada penyebab. Semua peristiwa atau objek mempunyai penyebab. Hal itu dapat diketahui oleh intelek tanpa menunggu pembuktian berdasarkan pengalaman. Setiap akibat pasti ada penyebab, bahwa ex nihilo nihil fit “tidak ada sesuatu pun yang dapat disebabkan oleh ketiadaan”.[3]
Dari penjelasan di atas ini, penulis bertolak dari pemikiran Thomas Aquinas yang ingin menjelaskan eksistensi Tuhan berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya. Penulis menyadari bahwa pikiran atau rasio manusia bersifat duniawi dan terbatas terlebih lagi apabila berbicara tentang Tuhan. Namun penulis yakin dan percaya bahwa dengan bertolak dari pemikiran Thomas Aquinas mengenai eksistensi Tuhan, terlebihnya zaman sekarang ini penulis ingin agar para pembaca terkhususnya umat beriman dapat menyadari bahwa eksistensi Tuhan itu benar – benar dapat dialami, dan dirasakan. Dari dua pendekatan yang dijelaskan di atas, Thomas Aquinas memilih pendekatan yang kedua, karena Thomas menyadari bahwa semua pengetahuan atau rasio manusia diperoleh dari suatu kejadian pengalaman yang dialami, di mana kita mengenal hukum sebab – akibat atau hukum kausalitas yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini selalu memiliki penyebab. Misalnya dalam pengalaman sehari – hari, kita melihat segala jenis pohon yang tumbuh, kita sadar bahwa pohon tersebut awalnya berasal dari biji, yang menjadi penyebab utama pohon tersebut tumbuh. Dengan demikian kita menyadari bahwa segala sesuatu memiliki penyebab, maka harus ada penyebab pertama yang tidak dapat disebabkan oleh apa pun, yang oleh Thoman disebut sebagai Tuhan.
Oleh karena itu untuk membuktikan eksistensi Tuhan, Thomas Aquinas dalam salah satu karyanya yang terkenal Summa Theologiae, dimana Thomas menyodorkan lima bukti tentang eksistensi Tuhan yang terkenal sebagai “lima jalan” (quingue viae). Marilah kita mencemarti masing – masing argument tersebut.[4] Lima jalan kebenaran tersebut antara lain;
- Jalan Pertama; Bukti Berdasarkan Gerak
Menurut pengalaman, dalam dunia ini banyak hal selalu berada dalam gerak. Jelas pula bahwa apa pun yang bergerak, niscaya bergerak karena digerakan oleh sesuatu yang lain (omne quod movetur ab alio movetur). Jika sesuatu dalam keadaan diam, maka ia hanya secara potensial berada dalam gerak. Gerak terjadi ketika sesuatu yang secara potensial berada dalam gerak, digerakkan sehingga secara aktual bergerak. Jadi, gerak merupakan suatu transformasi dari potensialitas kepada aktualitas, dan sesuatu dapat secara aktual bergerak karena Gerakan aktual lain yang mendahuluinya.
- Jalan Kedua; Bukti Berdasarkan Penyebab Efisien
Kita mengalami pelbagai segala jenis akibat, dan dalam setiap kasus kita dapat menunjukkann suatu penyebab efisien bagi setiap efek. Penyebab efisien dari sebuah patung adalah pekerjaan si pemahat. Jika kita menyangkal aktivitas pemahat, kita tidak akan memperoleh patung sebagai efeknya. Selalu terdapat suatu system dari penyebab – penyebab efisien. Orang tua dari si pemahat adalah penyebab efisien dari si pemahat sendiri. Si penebang kayu adalah penyebab efisien dari kayu yang digunakan oleh si pemahat. Jadi, ada suatu jaringan rumit dari banyak penyebab efisien yang dapat dijejaki kembali melalui suatu seri Panjang.
- Jalan Ketiga; Bukti Berdasarkan kontinjensi dan Nasesitas
Kita mengalami bahwa dalam alam semesta, sesuatu dapat ada an dapat juga tidak ada. Hal seperti itu dikatankan bersifat kontinjen atau relatif dalam arti tidak harus selalu ada. Sesuatu itu dihasilkan dan bersifat terbatas, memiliki karakteristik dasar yang sama, yaitu dapat tidak ada, bukan saja sesudah, melainkan yang lebih penting ialah eksistensinya.
- Jalan Keempat; Bukti Berdasarkan Derajat Kesempurnaan
Dalam pengalaman kita, menemukan bahwa ada hal-hal yang kita sebut kurang baik, kurang benar, kurang mulia; yang lain disebut lebih baik, lebih benar, lebih mulia. Akan tetapi, gaya pengungkapan seperti itu atau gaya perbandingan seperti ini hanya mungkin karna hal-hal itu dalam arti tertentu menunjuk kepada suatu keadaan maksimum. Gagasan di balik itu ialah setiap makhluk mempunya tujuan pada dirinya, atau bahwa segala sesuatu diarahkan secara teleogis pada tujuan tertentu. Dengan kata lain, ada pelbagai Tingkat kesempurnaan, sehingga pada setiap genus ada hal yang memenuhi keadaan paling maksimum.
- Jalan Kelima; Bukti Berdasarkan Ketertiban Alam Semesta
Kita mengalami bahwa segala sesuatu yang menjadi bagian dari alam atau bagian dari tubuh manusia, yang tidak memiliki inteligensi, ada dan beraktifitas sesuai dengan ketertiban tertentu untuk mencapai tujuan atau fungsi tertentu. Ini berarti, benda – benda bereksistensi tidak secara kebetulan, melainkan karena ketertiban yang direncanakan. Aquinas menyimpulksn bahwa mesti terdapat suatu eksisten inteligen yang olehnya segala sesuatu yang alamia diarahkan secara tertib menuju tujuannya. Eksisten yang dimaksut itu disebut “Tuhan”.
KESIMPULAN
Melalui pernyataan yang disampaikan oleh Paus Benediktus XVI mengenai iman umat beriman terkhususnya kaum muda di zaman sekarang ini, yang mulai mengalami kesorotan atau kemunduran tentang eksistensi Tuhan. Dengan demikian, untuk mendorong, memotivasi, dan menumbuhkan iman umat tentang eksistensi Tuhan, Penulis bertolak dari kerangka pengalaman dan pemikiran dari Thomas Aquinas yang dengan segala keterbatasan manusiawinya Aquinas berusaha untuk menjelaskan eksistensi Tuhan yang riil. Agar supaya iman umat dapat ditumbuhkan dan kembali percaya bahwa eksistensi Tuhan itu benar – benar ada dan terjadi di dalam hidup sehari – hari.
DAFTAR PUSTAKA
Books, Tim Chivita. Ensiklopedi Orang Kudus Sepanjang Tahun. Yogyakarta: Chivita Books, 2016.
Budyapranata, Pr, Aloysius. Menyadari Kehadiran Tuhan Dalam Hidup. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara, 2011.
Ohoitimur, MSC, Dr. Johanes. Metafisika Sebagai Hermaneutika. Jakarta: Obor, 2006.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H