Justinus Sudarminta: Dengan Nalar dan Nurani
Sosok Justinus Sudarminta (Rm. Sudarminta) – juga seorang rohaniwan Katolik - dikenal sebagai sosok yang rendah hati, tekun, sabar, dan berpikiran cermat. Direktur program Pascasarjana dan Ketua Program Doktor STF Driyarkara ini pun dikenal dengan sosok yang haus akan hal-hal baru. Di STF Driyarkara, beliau dikenal sebagai sosok yang paling rajin mengikuti pelbagai seminar dan kuliah umum yang diadakan pihak senat dosen atau pun senat mahasiswa STF Driyarkara. Ia pun tidak jarang membuat catatan kecil hingga mengajukan satu-dua pertanyaan dalam pelbagai kesempatan ini.
Dalam belantara dunia filsafat, Rm. Sudarminta memfokuskan perhatiannya pada bidang epistemologi (filsafat pengetahuan) dan etika (filsafat moral). Secara sederhana, epistemologi hendak mengkaji segala segi pengetahuan: mulai dari struktur dasarnya hingga perdebatan akan batas-batas pengetahuan manusia. Sementara itu, etika memfokuskan pada telaah atas tindakan yang baik atau perilaku etis. Bagi Rm. Sudarminta, “Filsafat tidak cukup hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu. Filsafat juga untuk mengarahkan pada tindakan yang baik.”
Perkataannya ini tercermin dalam sosoknya ketika mengajar di ruang kuliah. Sepanjang perhelatan perkuliahan “epistemologi”, Rm. Sudarminta selalu menyediakan telinga untuk mendengarkan pendapat-pendapat yang diajukan mahasiswa. Tidak hanya mendengar, ia pun tidak alpha untuk mengapresiasi dan menanggapi pendapat-pendapat ini.
Tidak pernah absennya senyuman dari raut mukanya, membuat setiap mahasiswa merasa teduh selama perjumpaan dengan beliau. Ia pun tidak lupa untuk mengajak para mahasiswa melakukan refleksi kritis atas materi yang diajarkan sebagai bentuk dan usaha “pengarahan pada tindakan yang baik”.
Kecintaannya pada pengetahuan, sekaligus fokus pada persoalan etika tercermin dalam festschriftyang ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana STF Driyarkara ini. “Tiga bagian dalam “buku pesta” ini - Tuhan, Manusia, dan Kebenaran – menggambarkan kehausannya akan pengetahuan sekaligus sumber dan tujuan tindakan baik manusia. Ketiganya melukiskan usaha pencarian Rm. Sudarminta terhadap kebenaran hidup.
***
Akhirulkalam, kedua jubilaris ini mengajak kita berkaca pada diri sendiri. Pengetahuan tidak sekadar membuat kita menjadi tahu, atau memperkaya kita dengan berlaksa-laksa informasi. Usaha mengetahui perlu membawa kita pada usaha pencarian kebenaran. Penekanan terletak pada kata “pencarian”. Bentuknya bisa bermacam-macam. Semangat keterbukaan terhadap kritik dan usaha tak kenal lelah dalam belajar dengan rendah hati dapat menjadi langkah-langkah awal dalam proses pembelajaran kita. Kebenaran perlu dicari dan prosesnya seumur hidup. Non scholae sed vitae discimus!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H