Mohon tunggu...
Ignatius Lintar Adiluhung
Ignatius Lintar Adiluhung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Learning Everyday

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

AI Generatif: Masa Depan Kreativitas Indonesia

24 September 2023   20:40 Diperbarui: 24 September 2023   20:41 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertumbuhan Kecerdasan Buatan (AI) terus berlanjut hingga saat ini. Muncul pula istilah AI Generatif yang merupakan salah satu jenis kecerdasan buatan yang mampu membuat konten serta ide baru dalam bentuk percakapan, cerita, gambar, video, hingga musik (Feuerriegel, 2023). Adanya AI Generatif seperti ChatGPT memampukan manusia bekerja dengan lebih cepat dan melebihi kemampuan sebelumnya, hal ini karena fitur yang mampu mengeluarkan ide yang belum pernah ada, serta membantu meningkatkan produktivitas manusia.

Berbagai industri kreatif dan aplikasi yang mendukung produktivitas manusia mulai mengintegrasikan teknologi mereka dengan AI Generatif. Salah satunya adalah YouTube, 94% orang Indonesia telah menggunakan YouTube dan hal ini membuat YouTube untuk terus memperbarui aplikasi mereka. Pada tahun 2024 mendatang, YouTube akan meluncurkan salah satu cabang aplikasi mereka yaitu YouTube Create yang dilengkapi dengan AI, aplikasi ini menjawab kebutuhan pembuat konten YouTube untuk mengedit video baik itu video pendek (Shorts) maupun video berdurasi panjang. Selain fitur pembuat dan edit video yang lengkap, aplikasi ini memiliki AI yang mampu membagikan saran seperti menemukan lagu yang tepat, menemukan poin menarik dari lagu yang digunakan, serta menentukan susunan video atau lagu yang dapat ditonjolkan dalam mengedit video.

Kecerdasan Buatan (AI) telah mencapai tingkat pencapaian teknologi yang mengesankan, dan terus berkembang dengan pesat. Di balik kemampuan AI untuk belajar, beradaptasi, dan berinteraksi dengan manusia, ada teori psikologi yang memainkan peran penting dalam pengembangan AI. Salah satu teori yang memiliki dampak besar adalah teori belajar sosial oleh Albert Bandura.

Teori belajar sosial Bandura menekankan pentingnya pengamatan, imitasi, dan pemodelan dalam pembelajaran manusia. Bandura menyatakan bahwa manusia belajar melalui pengamatan perilaku orang lain, yang dikenal sebagai "belajar melalui pemodelan” (Griffin, M., 2012:368).

Bagaimana teori Bandura berhubungan dengan perkembangan AI? Hubungan ini kompleks, tetapi memiliki implikasi besar dalam pemahaman dan perkembangan AI. AI belajar melalui data dan pengamatan, mirip dengan manusia yang belajar melalui pengamatan. Hal ini mencakup pengamatan perilaku manusia atau pengamatan data seperti gambar, teks, atau suara. Seperti contoh kasus YouTube yang mampu memunculkan saran poin menarik dari sebuah lagu merupakan hasil dari pengamatan perilaku manusia dalam mengedit video seringkali kesulitan dalam menentukan titik yang perlu ditonjolkan dari lagu yang mereka gunakan serta mengamati teknik yang sering dipilih untuk menentukan poin menarik tersebut.

AI juga dapat melakukan pemodelan perilaku berdasarkan data yang dikumpulkannya. Contohnya adalah dalam pengenalan wajah, di mana AI memodelkan wajah-wajah berdasarkan karakteristik yang dipelajari, mirip dengan cara manusia memodelkan perilaku orang lain saat belajar. Seperti filter yang sering kita temukan di aplikasi Instagram dan TikTok, di mana kita bisa memberikan foto wajah kemudian filter tersebut bisa bekerja untuk mengedit foto otomatis menggunakan AI.

Konsep penguatan dalam teori Bandura juga relevan dengan AI. AI sering diberi umpan balik positif atau negatif untuk meningkatkan atau mengurangi kemungkinan perilaku tertentu, mirip dengan cara manusia belajar melalui penguatan.

Selain memengaruhi perkembangan AI, teori belajar sosial Bandura juga berdampak pada interaksi manusia dengan AI. Ketika manusia berinteraksi dengan AI yang mampu belajar dan meniru perilaku, konsep pemodelan perilaku menjadi lebih relevan. Penggunaan AI dalam pendidikan adalah contoh nyata di mana AI dapat memodelkan cara individu belajar dan mengajar sesuai dengan preferensi mereka.

Namun, pengembangan AI yang mampu belajar dan meniru perilaku juga menghadapi kendala etis. AI dapat mempelajari perilaku yang tidak etis dari data pelatihan, yang kemudian tercermin dalam perilaku AI. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan aspek etis dalam pengembangan dan penggunaan AI yang didasarkan pada teori belajar sosial.

Dengan pemahaman yang baik tentang hubungan ini, AI dapat menjadi mitra pembelajaran dan interaksi yang kuat bagi manusia di masa depan. Teknologi AI yang berlandaskan teori belajar sosial Bandura dapat membawa dampak positif yang besar jika digunakan dengan bijak dan etis. Dengan berbagai kemungkinan yang ditawarkan AI Generatif, pertanyaannya adalah, apakah Anda yang akan menjadi pencipta ide-ide baru dari AI ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun