Mohon tunggu...
Lintang Chandra
Lintang Chandra Mohon Tunggu... -

Seorang pemikir bebas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

ASAL USUL KOTA JOMBANG (Sebuah Studi Toponimi)

22 Februari 2015   15:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:43 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1424568012399957082

ASAL USUL NAMA KOTA JOMBANG

(Sebuah Studi Toponimi)

Kota JOMBANG menurut masyarakat awam sekarang berasal dari toponimi "Ijo-Abang" atau jika diartikan lebih jauh sebagai kota dengan karakteristik masyarakat "Ijo-an" (agamis) dan "Abangan" (moderat) yang hidup berdampingan secara rukun. Tidak ada yang salah dengan pemaknaan tersebut dan faktanya memang begitulah karakteristik masyarakat Kota Jombang.

Namun jika ditelusuri lebih jauh sebenarnya kata Jombang berakar dari istilah yang lebih kuno. Pada abad X, Pu Sindok memindahkan ibu kota Kerajaan Medang ke Tamwlang yang lokasinya diperkirakan berada di Kota Jombang sekarang. Istilah "Tamwlang" tampak memiliki unsur monoftongisasi dengan istilah "Jombang", terutama pada suku kata "Mlang" menjadi "Mbang". Namun suku kata di depannya tampak jauh berbeda, dimana "Ta" terlalu jauh untuk dibentuk menjadi "Jo".

Prasasti Anjuk Ladang (937Ms) dapat memberikan informasi yang lebih mencerahkan. Dalam prasasti tersebut dikisahkan tentang peresmian Candi Sri Jayamerta dan peningkatan status dari Watek Anjuk Ladang menjadi Sima Swatantra (tanah perdikan bebas pajak). Salah satu bagian dari prasasti tersebut mencatat:

".... sima sira pu mahaguru i sang hyang dharmmaya ing kacaiwan ing tajung mwang sira pu goksandha i sang hyang dharma i jayamrta pangapa ..... "

Kutipan prasasti di atas menyatakan adanya seorang tokoh kepala keagamaan yang berasal dari Tajung Mwang yang bernama Pu Goksandha. Tajung Mwang ini adalah lokasi kasaiwan atau pusat keagamaan Sywa pada masa itu. Pada peristiwa itu Pu Goksandha diangkat pula menjadi pengelola tempat suci Candi Sri Jayamerta (Candi Anjuk Ladang).

Dalam buku "Babad Anjuk Ladang" karya Drs. Harmadi, diperkirakan lokasi Tajung Mwang tidak jauh dari lokasi Candi Sri Jayamerta yang terletak di Nganjuk. Mengingat statusnya juga sebagai pusat keagamaan (kasaiwan) negara, maka lokasinya pun diperkirakan tidak jauh dari ibu kota Tamwlang yang terletak di Kecamatan Tembelang - Jombang. Adanya kemiripan istilah “Tamwlang” dengan “Tajung Mwang” dapat menjadi pertimbangan bahwa dua wilayah ini sangat berhubungan dan berada pada jarak yang relatif dekat.

Penyebutan “Tamwlang” sangat mungkin disingkat hanya “Mwlang” dan diucapkan “Mwang”. Kata “Mwang” tampak berevolusi menjadi “Mbang” atau “Bang” yang dalam bahasa Sanskerta berarti tempat, kota atau negara. Sebagai pembanding perlulah dipertimbangkan adanya beberapa daerah di sekitar Tembelang yang memiliki unsur nama "Bang", misalnya Desa Jombang dan Ngimbang.

Sedangkan kata Tajung pada masa kuno identik dengan Wahuta Hujung atau Watak Hujung. Dengan demikian nama “Tajung Mwang” memiliki arti ujung dari ibu kota kerajaan, yaitu Keraton Medang yang pusatnya ada di Tamwlang. Sebagaimana umumnya dalam kebiasaan tutur, suatu nama pada suku kata awal biasanya hilang dalam pengucapan. Misalnya “Suharto” menjadi “Harto” atau “Kasembon” menjadi “Sembon”. Demikian pula dapat dipahami istilah “Tajung Muang” dapat diucapkan menjadi “Jung Mwang”.

Kata “Jung” dalam dialek Jawa diucapkan “Jong” dan seringkali huruf “ng” di tengah kata dapat berubah menjadi “m”, sehingga “Jung” akhirnya berubah menjadi “Jom”. Sedangkan kata “Mwang” jika diucapkan dalam dialek Jawa biasanya mendapat penekanan menjadi “Wang” yang mungkin kemudian berevolusi menjadi “Bang”. Dari sini dapat diperkirakan bahwa asal usul nama Kota Jombang merupakan evolusi dari toponimi “Jung Mwang”. Sebagai catatan tambahan, menurut informasi masyarakat asli Jombang, tempo dulu (sekitar era pasca kemerdekaan) orang masih menyebut kata Jombang dengan “Yungwang”, dimana jika didengarkan memiliki kemiripan bunyi dengan kata “Jungmwang”.

MENGAPA ADA "GUS" DAN ADA "GUK"?

Masyarakat daerah Jombang biasanya cukup familiar dengan sebutan "Gus" bagi kaum pria. Gus (baca Gos) adalah kependekan dari kata Bagus yang artinya sama dengan Mas atau Kakang atau Cak, tetapi memiliki strata yang lebih halus, sehingga sebutan Gus bisanya disematkan bagi seorang pria yang cukup disegani dan dihormati. Seperti Almarhum Gus Dur misalnya.

Namun yang unik adalah di daerah Jombang utara yaitu Tembelang sampai Ngimbang, ada kebiasaan menyebut kaum pria dengan kata "Guk" (baca Gok). Misalnya Guk Min, Guk To, Guk War, dll. Kata Guk sebenarnya mengandung arti sama dengan Gus, tapi tidak jelas panggilan Guk itu asal muasalnya bagaimana. Termasuk masyarakat setempat pun juga tidak mengetahuinya, mereka hanya menjalankan tradisi dari mbah buyutnya sudah begitu.

Dapat diduga kata Guk ini memiliki asal usul yang sangat kuno. Pada Prasasti Anjuk Ladang yang berangka tahun 937 Masehi disebutkan bahwa Mpu Sindok menunjuk seorang pendeta Sywa bernama Mpu Goksanda dari Tajung Mwang untuk mengelola Candi Sri Jayamerta yang ada di Nganjuk. Sebagaimana ditafsirkan sebelumnya, kata Tajung Mwang dapat dibaca Tajung Mbang yang kira-kira maksudnya adalah singkatan dari Wahuta Hujung Mbang atau desa yang ada di ujung kerajaan. Sebagaimana diketahui dulunya keraton Mpu Sindok adalah di Kecamatan Tembelang, sehingga lokasi Tajung Mbang kemungkinan ada di utara Tembelang.

Ketika ditilik nama-nama desa di daerah utara Tembelang ternyata ditemukan ada sebuah desa yang bernama Desa Jombang. Desa Jombang ini merupakan cikal bakal sebutan Kota Jombang saat ini. Rentang waktu yang panjang kemungkinan membuat kata Tajung Mbang akhirnya berevolusi menjadi Jombang. Di Desa Jombang ini juga masih kental sebutan Guk sebagaimana dibahas di atas. Jika benar demikian kemungkinan sebutan Guk sebenarnya berasal dari seorang tokoh sejarah yang hidup lebih dari satu milenium yang lalu yang bernama Goksanda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun