Strategi Survival UMKM Sambal Di tengah Pandemi.
Sambal merupakan kata serapan dari bahasa Jawa sambel adalah istilah besar yang dalam kuliner Indonesia merujuk pada saus maupun kondimen pedas. Secara garis besar, sambal berbahan utama cabai yang dilumatkan sehingga keluar kandungan sari cabai dan ditambah bahan-bahan lain seperti garam dan terasi.
Sambal merupakan salah satu unsur khas hidangan Indonesia. Sambal juga ditemukan dalam kuliner Asia Selatan dan Asia Timur. Ada bermacam-macam variasi sambal yang berasal dari berbagai daerah. Salah satu contohnya adalah Sambel Teri.
Sambal dengan campuran teri ini membuat cita rasa pada makanan lebih terasa menggoyahkan, jika kalian ingin mencoba, bisa siapkan alat dan bahan pembuatannya.
Alat dan bahan yang dibutuhkan pun ternayat cukup banyak seperti Kompor, Gas, Penggorengan, Serok , Cobek, Alat tiris. Kemudian bahan yang diperlukan yaitu cabai merah, teri ,tomat, bawang putih, bawang merah,garam, kaldu jamur, daun jeruk.
Pembuatan Sambal Teri ini cukup memakan waktu, awal mula proses pembuatan yaitu Pencucian dan Penirisan bahan, Penggorengan, Haluskan semua bahan, Kemudian Penggorengan kedua, Pendinginan, Terakhir Pengemasan.
Sambel Teri ini banyak diminati oleh kalangan masyarakat di Indonesia tetapi setelah mencuatnya kabar virus Covid-19 ini, banyak UMKM yang terkena dampak akibat virus ini.
Sebagian besar UMKM terkena dampak pandemi covid-19 terutama pada saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)
Tak terkecuali Penjualan Sambal Darkum di Jalan Taman KT 1/263 Yogyakarta.
"Walaupun bukan usaha besar, hanya usaha perorangan. Efek dari pandemi covid ini tetap ada pada usaha sambal saya" Ujar Ibu Sri Marhastuti
Pendiri usaha Sambal Darkum, Sri Marhastuti mengatakan, bahwa semenjak diberlakukannya PPKM,harus berhenti sementara karena tidak ada pesanan masuk sama sekali. Dirinya juga mengatakan “Saya bersyukur karena belum memiliki karyawan, hanya mengerjakan sendiri,dan dibantu oleh anak sendiri, jadi tidak harus memberhentikan karyawan di saat pandemi seperti ini”
Namun demikian, setelah dikeluarkan peraturan bahwa Level PPKM menurun Sambal Darkum ini mulai merangkak kembali, merintis dari semula. Dirinya juga mulai memperkenalkan usaha Sambel Darkum ini di media online seperti di instagram @sambaldarkum dan Shopee.
Cara Online ini diakui memang sangat jauh berbeda jika dibandingkan penjualan secara offline. Pada saat awal merintis usaha pada tahun 23 April 2020 silam. Dahulu Ia memasarkan usaha tersebut hanya melalui mouth to mouth.
Nyatanya, Pemasaran online ini belum bisa menunjang kenaikan omset bagi Sambal Darkum ini , tetapi adanya efek positif tetap dirasakan yaitu Sambal Darkum semakin dikenal masyarakat luas.
"Sebelum Pandemi omset 500 ribu per bulan,dengan biaya operasional 300 ribu per minggu. Dikarenakan Pandemi Covid-19 omset mengalami penurunan yang signifikan, bahkan tidak ada pemasukan sama sekali" Ujar Sri Marhastuti
Karena dampak pandemi ini, Sri Marhastuti berharap kepada agar pemerintah menemukan solusi untuk menangani pandemi Covid-19 ini . Dengan demikian, Industri kuliner di Yogyakarta dapat kembali pulih seperti semula.
Penulis : Lintang Sukma Ningrum
Kampus Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H