Mohon tunggu...
Lintang Prameswari
Lintang Prameswari Mohon Tunggu... Jurnalis - Content Writer

Bukan penulis, hanya menulis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

A Grief's Bacon: Bagaimana COVID-19 "Mengubah" Pandangan Kita tentang Pola Makan

12 Mei 2022   21:51 Diperbarui: 12 Mei 2022   21:55 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kummerspeck, Cosmopolitan UK

Hingga saat ini, pola makan sehat yang kaya akan nutrisi seperti buah, sayuran, polong-polongan, dan kacang-kacangan masih menjadi konsumsi masyarakat kelas menengah keatas, akibat harga yang tergolong cukup mahal dan konsumsi berlebihan yang dilakukan di negara yang lebih makmur, karena sebagian besar penduduk dunia hingga saat ini masih bergantung pada mata pencaharaian agropastoral dan protein hewani dari ternak.

Kita tidak semerta-merta bisa menyuarakan campaign bagi masyarat menengah ke bawah untuk joining the "vegan lifestyle", karena gaya hidup masyarakat menengah ke bawah tentunya masih bergantung pada sektor pertanian dan pertenakan, sehingga peran pangan sumber hewani dalam pola makan penduduk, harus dipertimbangkan secara hati-hati dalam setiap konteks lokal maupun regional.

Di Indonesia, pola makan sehat ini mungkin dapat memberikan dampak positif yang luar biasa kepada para petani lokal, karena salah satu tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) di masa depan adalah untuk mewujudkan kedaulatan dan kemandirian pangan dengan mempertimbangkan kelestarian alam atau ekologi.

Saat ini, banyak para influencers, dalam hal ini yang saya kenal adalah Siti Soraya Cassandra, pemilik Kebun Kumara, dan Rara Sekar, yang gemar sekali menggalakkan gerakan menanam dari rumah. Ini menjadi bukti bahwa di masa depan, kita masih punya harapan untuk mewujudkan kemandirian pangan bagi Rakyat Indonesia, dengan hadirnya para pemuda yang bijak dalam menggelorakan semangat untuk urban farming.

At Grief's Table mungkin hanyalah sebuah pengantar dalam esai ini. Namun, sepertinya memang kita harus belajar dari pengalaman untuk memahami suatu fenomena. Kita harus diterpa oleh musibah terlebih dahulu sebelum akhirnya mampu untuk memetik sebuah pembelajaran.

Saya membayangkan sebuah dunia yang sangat hijau di masa depan nanti, di mana ketika kita ingin untuk merayakan kesedihan akibat kehilangan seseorang, makanan yang kita sajikan di meja makan adalah hasil dari kebun di rumah kita sendiri. A Grief's Bacon juga setidaknya, telah cukup menampar saya untuk tidak lagi bergantung pada makanan-makanan cepat saji dengan kadar gula dan lemak tinggi ketika ingin mengalihkan perhatian dari permasalahan yang tengah saya alami, termasuk salah satunya adalah kerisauan akan pandemi COVID-19 ini.

Di masa depan nanti, saya membayangkan masyarakat Indonesia yang tidak khawatir akan jatuh sakit, karena punya pola makan yang sehat dan kebun yang di dalamnya ada tanaman obat yang bermanfaat untuk mencegah penyakit.

Terakhir, A Grief's Bacon atau Kummerspeck di masa depan, mungkin berbentuk sebuah ketenangan atas keikhlasan demi keikhlasan yang telah kita relakan di masa lalu, dan sebuah keberhasilan bahwa generasi kita nyatanya mampu mengkampanyekan pola hidup yang sehat, melestarikan dan giat menularkan budaya urban farming yang berkelanjutan.

Efek dan prosesnya mungkin terasa sangat lama, tetapi, bukankah dengan mempersiapkannya mulai dari sekarang, semua akan terasa lebih mudah kemudian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun