Kemudian saya bertemu dengan bapak ini. Kembali membahas mengenai prinsip, setiap kali saya mengambil pesanan yang dibayar dengan tunai, jika kebetulan saya sedang mempunyai rezeki yang cukup, saya selalu menyisihkan entah seribu atau dua ribu lebih sebagai bentuk apresiasi kepada bapak pengantar yang telah menyempatkan waktunya untuk mengantri, membelikan, dan mengantar pesanan saya. Namun hari itu ada yang berbeda, dengan mata yang berbinar terang, ketika saya bilang "Ambil saja kembaliannya, pak.", sang bapak langsung menjawab dengan nada yang terharu:
"Alhamdulillah, Barakallah, Jazakallah, neng, terima kasih banyak. Semoga neng dilancarkan terus rezekinya, segera selesai kuliahnya, dan cepat dapat kerja. Alhamdulillah YaAllah."
Saya, tidak pernah mendapat respon doa sepanjang itu.
Well, ini mungkin adalah sebuah cerita biasa saja dan sangat klasik. Namun berbekal prinsip yang tulus, Insha Allah, Tuhan selalu memberikan balasan berupa kebaian yang tulus pula. Sebagai manusia yang selalu berharap mendapatkan imbalan, dari beberapa kasus kehidupan seperti itu, saya jadi belajar untuk berbuat baik tanpa alasan. Berbuat baik, ya, berbuat baik saja, tidak perlu mengharapkan balasan kembali.
Kemudian, setelah kejadian itu, saya jadi teringat akan peristiwa satu tahun yang lalu, bertepatan dengan Bulan Ramadan juga. Saat itu, saya sedang bekerja magang di Jakarta. Karena malas untuk berjalan membeli makan sahur, saya akhirnya memesan ayam penyet melalui go-food.
Sang bapak pengantar pun datang di depan kos, kemudian, saya pun baru menyadari kalau air minum saya habis. Dengan keberanian dan sedikit muka memelas serta memohon-mohon, saya kemudian meminta tolong kepada bapak tersebut, setelah saya membayar harga makanan dan biaya ongkos kirim ayam penyet tersebut.
"Pak, maaf, saya boleh minta tolong, nggak?"
"Iya, minta tolong apa, mbak?"
"Kebetulan supermarket kan jauh dari sini pak, bapak mau nggak kalau misal mengantar saya ke depan buat beli air, soalnya saya sekalian belanja, pak. Atau saya perlu order go-jek aja ya, pak?"
"Oh, nggak papa, kok, mbak. Saya anta raja, ke depan ini kan dekat juga."
"Aduh, terima kasih banyak, ya pak, nanti saya bayar deh."