Perundungan lagi-lagi menjadi bahasan genting yang kembali menghangatkan dunia pendidikan. Sudah banyak siswa menjadi korban, hanya untuk sekadar alasan eksistensi dari pelaku-pelaku tindakan perundungan tersebut. Akhir-akhir ini perundungan disalah artikan. Perundungan dianggap sebagai ajang unjuk bakat, ajang unjuk kekuatan, dan ajang unjuk ketenaran, yang pada akhirnya hanya akan merugikan orang lain dan juga diri mereka sendiri.
Sebenarnya apa hal yang melatarbelakangi terjadinya tindakan perundungan tersebut? Dan bagaimana cara kita untuk menyikapinya? Membuka mata dan telinya lebar-lebar, menggali makna perundungan dari sudut pandang siswa.Â
Bayangan Perundungan dari Mata Siswa
Perundungan, atau yang sering disebut sebagai bullying, dapat diartikan dari sudut pandang siswa sebagai perilaku yang merugikan, mengintimidasi, atau mengeksploitasi kelemahan atau perbedaan seseorang secara berulang-ulang. Siswa yang mengalami perundungan mungkin merasa terisolasi, takut, dan merasa tidak aman di lingkungan sekolah. Perundungan bisa terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk fisik, verbal, sosial, atau bahkan secara daring (cyberbullying).
Dari perspektif siswa, perundungan sering kali menyebabkan dampak emosional dan psikologis yang serius. Mereka mungkin mengalami stres, kecemasan, depresi, bahkan dapat mempengaruhi kesejahteraan akademis. Selain itu, perundungan juga dapat memengaruhi harga diri dan percaya diri siswa, membuat mereka merasa dihakimi atau tidak diakui oleh teman-teman sebaya.
Penting bagi siswa untuk memahami bahwa setiap individu memiliki hak untuk diperlakukan dengan hormat dan layak mendapatkan lingkungan belajar yang aman. Melibatkan diri dalam tindakan perundungan tidak hanya merugikan korban, tetapi juga merusak keberagaman dan keharmonisan di dalam lingkungan sekolah. Sudut pandang siswa tentang perundungan harus mendorong sikap proaktif dalam mendukung keberagaman, empati, dan mengambil tindakan preventif untuk menciptakan lingkungan sekolah yang ramah, aman, dan inklusif bagi semua.
Sekolah Menjadi Panggung Utama Terjadinya Perundungan
Sudah banyak kasus tercatat mengenai berbagai dampak dari adanya tindakan perundungan tersebut. Sebagaian besar tindakan tersebut terjadi dilingkungan sekolah. Sekolah yang seharunya menjadi tempat ternyaman bagi siswa, berubah menjadi tempat yang banyak memberi bekas kenangan yang bukan hal sederhana untuk melewatinya. Terdapat beberapa faktor perundungan dapat terjadi di lingkungan sekolah, beberapa faktor tersebut meliputi:
Ketidaksetaraan dan Diskriminasi: Perundungan seringkali timbul dari adanya ketidaksetaraan atau diskriminasi terhadap perbedaan individual seperti suku, agama, gender, atau orientasi seksual. Siswa yang dianggap berbeda dapat menjadi target perundungan.
Kurangnya Pengawasan: Kondisi di mana pengawasan di sekolah kurang dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan perilaku perundungan berkembang tanpa terdeteksi atau dicegah.
Kekurangan Pendidikan tentang Perundungan: Siswa yang tidak memiliki pemahaman tentang dampak perundungan atau cara mengatasi konflik mungkin cenderung menghadapi kesulitan dalam menangani situasi tersebut.