Pada proyek Konservasi Sosial Budaya ini, Ayu, Anggun Wiguna, Anggun Mustika, Ferrishinta, Gracia, Ines, Khansa, Khaylilla, Khoirun, dan Lintang mengunjungi wisata Sam Poo Kong yang dilakukan pada hari Kamis, 30 Mei 2024 dengan tujuan untuk mengetahui sejarah dari Klenteng Sam Poo Kong, serta dapat melestarikan kebudayaan yang terdapat di Kota Semarang.
Sam Poo Kong merupakan sebuah klenteng atau tempat ibadah agama Konghucu di Kota Semarang yang didirikan pada abad ke-15 oleh Laksamana Cheng Ho. Cheng Ho merupakan seorang kasim dari Tiongkok, Cheng Ho merupakan kaisar ketiga dari dinasti Ming.Â
Nama asli dari laksamana Cheng Ho adalah Ma He, dengan sebutan Sanbao berasal dari Provinsi Yunnan. Ketika pasukan Ming menyerang Yunnan, laksamana Cheng Ho di tangkap dan di jadikan seorang kasim. Cheng Ho sendiri adalah keturunan suku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han dan memeluk agama Islam.
Berdasarkan sejarahnya, dahulu Sam Poo Kong menjadi tempat persinggahan pertama Laksamana Cheng Ho. Dalam perjalanannya, Cheng Ho berhenti di sebuah gua yang bernama gua batu yang digunakan sebagai tempat peristirahatan sekaligus untuk mengobati juru mudinya yaitu  Wang Jing Hong saat berlayar melewati Pulau Jawa.Â
Wang menetap dan mengembangkan daerah di sekitar gua batu tersebut. Wang juga mendirikan patung Cheng Ho sebagai tanda penghormatan. Namun, setelah beberapa saat gua batu tersebut runtuh akibat longsor, tetapi kemudian sudah dilakukan pembangunan ulang yang menjadikan awal mula didirikannya Klenteng yang dinamakan Sam Poo Kong agar jejak Cheng Ho tetap ada dan untuk mengenang Sang Laksamana.
Saat ini Klenteng Sam Poo Kong digunakan untuk tempat ibadah, atau lebih tepatnya untuk ziarah. Tak hanya agama konghucu, namun penganut agama lain datang ke klenteng Sam Poo Kong untuk berziarah.Â
Dengan kata lain Klenteng Sam Poo Kong mengandung nilai-nilai toleransi dan kerukunan antar umat beragama lainnya. Dari Klenteng Sam Poo Kong sendiri memiliki ruangan yang digunakan oleh umat muslim untuk shalat. Leluhur perempuan orang-orang Tionghoa di Semarang merupakan orang-orang pribumi yang beragama Islam.Â
Bangunan klenteng sesuai dengan namanya adalah bangunan yang hanya digunakan untuk beribadah. Namun karena terdapat daya tarik dan keunikan nya yang disebabkan karena akulturasi budaya antara budaya tionghoa dan Jawa, hal tersebut terletak pada design arsitektur bangunan klenteng, menjadikan Klenteng Sam Poo Kong juga berfungsi sebagai tempat pendidikan dan pariwisata.Â
Di dalam klenteng juga terdapat beduk yang diyakini digunakan untuk menandakan waktu adzan atau sholat karena beberapa sumber menyebutkan bahwa laksamana Cheng ho merupakan seorang muslim.Â
Banyak festival budaya yang diselenggarakan di klenteng ini pada hari Imlek seperti pertunjukan Barongsai, Reog, Keroncong serta Jathilan. Selain itu, Klenteng Sam Po Kong juga mengadakan festival Cheng ho pada bulan Agustus untuk memperingati laksamana Cheng Ho yang datang ke Semarang.