Mohon tunggu...
Muhammad Rizal
Muhammad Rizal Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sauh telah diangkat.. layar terkembang lebar. Peta telah dibaca. Bintangpun terang tergambar di kaki langit Kapten kapal berteriak putar haluan. Maka biarkan angin yg membawa bahtera ini kemana hendak berlayar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

sunyiku merindu

19 September 2012   06:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:14 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang tak pernah di puisikan rindu
Bila angin mengukir pasir membentuk parasmu
Saat jantung ditikam jutaan kembang berbau melati
Seperti air menghantam batu kali meremukkan sunyi

Apa yang tak pernah dilukiskan rindu
Kanvas langit berubah warna kelabu
senja jingga bahkan purnama membatu
lautan tak lagi bermahkota biru
Apa yang tak pernah diceritakan rindu
pada tunas tunas ilalang di padang gersang
berharap hujan kembali seperti musim lalu
berpasang kupu-kupu terbang mabuk kepayang
Mendekat lalu hinggap di simpul kerudung merahmu
Malang, 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun