Dari TPS yang udah terkumpul biasanya akan dibawa lagi ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Gunungan sampah yang kamu lihat di TPA itu biasanya bagian bawahnya akan mengalami pembusukan, hingga terbentuk gas metana.
Dalam proses kimia tersebut akan dihasilkan gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Gas metana ini yang akan merusak lapisan ozon Bumi. Karena gas metana termasuk gas-gas rumah kaca yang bisa mengakibatkan perubahan iklim.
Jangan Tunggu TPA Bermasalah, Baru Bergerak!
Meminimalkan sampah ternyata bisa lho, asalkan kita mau!
Awalnya aku juga nge-blank mau mulai dari mana. Apalagi aku juga pakai tisu, beli air minum kemasan sekali pakai, belum memilah sampah, dan masih bawa sampah dari luar rumah.
Aku juga berpikir kalau membuang sampah pada tempatnya udah bagus banget. Seenggaknya kita udah bantu mencegah banjir. Kalau dibandingkan sama orang-orang yang buang sampah seenaknya di sungai, atau membuang sampah sembarangan di tempat umum.
Padahal aku sendiri udah sering banget mendengar slogan 3R lah, 5R lah. Gaya hidup zero waste lah. Tapi namanya hati kalau belum tergerak ya rasanya cuma masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.
Aku dan keluargaku tetap aja cuek membuang sampah pada tempatnya tanpa memilah, hmm apalagi mengolah!
Bagiku zero waste itu mustahil!
Aku masih menggunakan tisu, kapas, pembalut sekali pakai, pampers anak, tas kresek, bahkan styrofoam.
Bagiku, orang yang belajar konsisten menerapkan zero waste itu selain ribet ya mempersulit diri sendiri. Gimana ngga, mau pakai tisu aja harus memikirkan berapa banyak pohon yang ditebang. Belum lagi ke mana-mana harus bawa tumblr atau kantong kain buat belanja.
Sebuah titik balik menyadarkanku dalam sekejap mata. Saat itu aku mengikuti sebuah komunitas bernama Ibu Profesional Malang Raya. Ada kegiatan salah satu Rumah Belajar Minim Sampah yang mengadakan acara kunjungan ke TPA Supit Urang.