Mohon tunggu...
lintangauliaputri
lintangauliaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca/ jabatan mahasiswa/ pencapaian bisa melewati lika liku 18 tahun ini

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keseimbangan di Meja Makan

1 Desember 2024   03:47 Diperbarui: 1 Desember 2024   07:56 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terdapat satu keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Seorang anak laki-laki. Anak laki-laki ini bernama Ardi, ia dikenal sebagai anak yang suka sekali makan. Setiap kali ada hidangan dimeja ardi selalu mengambil porsi makanan yang paling banyak. Meski perutnya terasa penuh, ai tetap memaksa diri untuk makan, hanya katena ia menyukai rasa makanan tersebut. 

Suatu hari sang ibu memasak makanan favorit ardi, yaitu gulai ayam. Meja makan dipenuhi aroma rempah yan menggoda. Ketika makanan disajikan ardi langsung menggambil tiga porsi makanan paling banyak tanpa memikirkan anggota keluarga yang lain. Ayahnya yang menyaksikan itu hanya bisa geleng-geleng kepala.

Setelah makan ardi mengeluh perutnya terasa sangat sakit. 

Ardi: "Aduh ibu perut ardi rasanya sakit, bu." Keluh nya sambil memegang perutnya. 


Melihat anaknya yang kesakitan, ayahnya berkata,

Ayah: "Ardi ingatkah kamu pada hadits Rasulullah yang pernah ayah ceritakan?" 

Ardi menggeleng, dia tidak ingat Kapan ayahnya pernah bercerita,

Ardi: aku tidak ingat ayah, memangnya apa ayah? 

Ayah: isi hadits nya adalah "Tidaklah anak adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi anak adam beberapa suap untuk menegakkan punggungnya. Jika harus makan lebih, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk napasnya." (HR. Tirmidzi).


Rafi terdiam setelah mendengar penjelasan dari ayahnya. Ia baru menyadari bahwa kebiasaan makanya selama ini tidak hanya tidak baik untuk tubuhnya, tapi juga tidak mencerminkan ajaran Nabi Muhammad SAW.


Ayah: "Jadi, Ardi kita makan itu bukan untuk memuaskan hawa nafsu, tapi makanlah secukupnya saja agar tubuh kita tetap sehat dan kuat."


Keesokan harinya, ketika ibunya menyajikan makanan, ardi mulai mencoba mengubah kebiasaan makannya. Ia mengambil porsi kecil terlebih dahulu dan berhenti makan ketika merasa cukup. Ternyata, ia merasa lebih nyaman dan tidak lagi mengalami sakit perut.


Sejak hari itu, Ardi berusaha menerapkan ajaran Nabi dalam kesehariannya. Ia belajar bahwa makan secukupnya tidak hanya menjaga kesehatan tubuh, tetapi juga mengajarkan rasa syukur dan kepedulian kepada orang lain. Kini Ardi menjadi anak yang lebih bijak dimeja makan, menjadikan hadits tersebut sebagai panduan hidupnya. 



Amanat: Hadist Nabi tentang makan secukupnya mengajarkan kita untuk menjaga keseimbangan dalam hidup, termasuk dalam hal sederhana seperti makan. Mengontrol hawa nafsu adalah bagian dari kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun