Mohon tunggu...
Lintang Abiyasa
Lintang Abiyasa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Antropologi Budaya Universitas Gadjah Mada

Sedang berkuliah di jurusan Antropologi Budaya UGM

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Video Game Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Inggris

28 Juni 2024   11:10 Diperbarui: 28 Juni 2024   12:17 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.1 (https://gamerant.com/skyrim-time-need-quest-dialogue-choices-rewards/)

“Jangan main game terus, nanti kamu jadi bodoh”

Sebuah kalimat yang selalu dilempar orang tua saya sejak kecil yang kemudian menimbulkan pertanyaan, sebenarnya, apa benar bermain video game membuat kita bodoh? Apakah sama sekali tidak ada dampak positif dari bermain video game?

Dewasa ini, jelas saya mengetahui bahwa segala hal yang terus-menerus dikonsumsi akan memiliki dampak ketergantungan atau adiksi, dan jelas ini sangat berlaku dengan entitas video game.  tapi apakah itu menutup peluang dampak positif dari video game? Jelas tidak.

Memiliki kemampuan untuk berbahasa Inggris bagi para pelajar di Indonesia adalah esensial untuk mendapatkan peluang pendidikan yang lebih luas, meningkatkan prospek karir, dan meningkatkan akses informasi di tengah era globalisasi ini. Oleh karena itu negara mewajibkan mata pelajaran pendidikan bahasa Inggris di setiap sekolah. Namun kurangnya interaksi atau aplikasi bahasa Inggris menjadi problematika, seperti yang dikatakan Maduwu (2016) “secara umum, kurikulum yang dibuat sekolah belum mampu membuat siswa-siswa di Indonesia bisa secara aktif dalam berbahasa Inggris”.

Bahasa Inggris yang menjadi mayoritas bahasa utama dalam video game memberikan peluang besar untuk dapat ikut mendidik kemampuan berbahasa Inggris para pemainnya, terutama pada pelajar Indonesia. Melihat pendapat yang menyatakan adanya hambatan dalam pengaplikasian bahasa Inggris bagi pelajar Indonesia bersamaan dengan posisi konsumer video game di Indonesia yang berada di peringkat ke-3 di bawah Filipina dan Thailand di tahun 2022 (Dihni, 2022) memberikan pandangan terhadap prospek video game sebagai media pengaplikasian bahasa Inggris yang secara tidak langsung menjawab problematika ini.

Fokus saya disini dalam pemberdayaan video game adalah melalui genre story driven video game atau sebuah permainan video game yang memiliki narasi, dunia, dan interaksi antar entitas dalam dunia video game ini yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya. Terutama di game RPG atau Role Playing Games di mana pemain akan mengeksplor dunia organik game, berinteraksi dengan npc (non-playable character atau karakter yang tidak dapat dimainkan), melewati alur cerita game, dan yang paling penting, mempelajari bahasa Inggris melalui segala interaksi dalam video game tersebut. Sebagai contoh, saya menjadikan game berjudul The Elder Scroll V: Skyrim (Bethesda Game, 2011) sebagai referensi lama dan Baldur’s Gate III (Larian Studio, 2023) sebagai referensi terkini dalam konteks interaksi pemain dan game.

Gambar 1.2 (https://www.dualshockers.com/baldurs-gate-3-how-view-dialogue-history/)
Gambar 1.2 (https://www.dualshockers.com/baldurs-gate-3-how-view-dialogue-history/)

Seperti gambar 1.1 dan gambar 1.2, pemain akan diberikan pilihan ganda dalam interaksinya dengan individu komputer yang ada di dalam dunia video game, dan untuk mencapai apa yang diinginkan pemain (dalam konteks pelajar), hasil dari pembelajaran bahasa Inggris di sekolah akan diaplikasikan agar dapat mencapai hasil dari percakapan yang diinginkan oleh pemain. 

Banyak sekali aspek-aspek dari genre video game ini yang kemudian dapat menjadi media pengaplikasian bahasa Inggris bagi pelajar, baik dari pernak-pernik tombol dalam permainan, nama-nama benda yang ada di permainan, alur cerita permainan, serta narasi dari permainan itu sendiri. Saya harap gagasan pendek ini dapat membuka pandangan terhadap manfaat video game di dunia pendidikan, dan pastinya satu hal yang harus ditekankan adalah bermain video game memang menyebabkan adiksi yang mengarah ke arah negatif, oleh karena itu batasan waktu konsumsi perlu diperhatikan bila kedepannya gagasan ini direalisasikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun