Mohon tunggu...
Lintang A
Lintang A Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Ngaji, Belajar, Ngabdi!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam Wasathiyah, Moderasi Beragama Menurut Prof. Quraish Shihab

25 November 2020   10:25 Diperbarui: 25 November 2020   10:39 1565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apabila seseorang memiliki pemahaman yang sempit, namun pemahamannya itu benar, maka ia akan bertoleransi. Namun, kebanyakan orang yang berpikiran ekstrim, tidak mau mendengarkan orang lain dan selalu beranggapan bahwa pemikirannya itu benar. Sedangkan orang yang moderat, yang toleran dan benar-benar wasathiyah, ia akan secara terbuka mengoreksi pendapatnya. Orang yang tidak menganut paham toleransi, ia tidak akan mengubah pendapatnya, dan mungnkin menyalahkan orang lain yang mungkin sama tujuannya dengan mereka.

Seseorang yang menganut paham wasathiyah, ia tidak akan mengeluarkan kata-kata makian. Karena orang itu paham, bahwa sesuatu itu boleh dan ada alasannya. Semakin luas pengetahuan seseorang, maka semakin besar toleransinya. Semakin sempit dan semakin bodoh, maka ia akan dengan mudah menyalahkan segala sesuatu.

Contohnya, ketika kita berhitung, enam ditambah empat sama dengan sepuluh. Maka orang yang berpikiran sempit akan menyalahakan pernyataan tersebut. Menurutnya, untuk menghasilkan sepuluh adalah penambahan angka lima dan lima, selain itu salah semua.

Sama halnya dengan ajaran agama, ketika ia tidak tahu sebuah hukum dari sebuah perkara dan ia menyalahkan orang lain yang tidak sependapat dengannya, maka ia akan menyalahkan orang tersebut.

Kunci dari wasathiyah  ada 3, Pengetahuan, jangan emosi, dan  berhati-hati.

1. Pengetahuan

Orang harus mengetahui persoalan yang sebenarnya sebelum memutuskan apakah hal itu benar atau salah. Karena saat ini banyak sekali orang yang mengaku paham wasathiyah tapi tidak mengerti konteks permasalahannya. Para ulama berkata, “ketika saya berbicara tentang kemudahan dalam beragama orang tuduh saya tidak beragama”. Contohnya, ketika seseorang berpergian dan dia belum melaksanakan sholat Dzuhur, sedangkan waktu sholat akan segera berakhir, apakah ia boleh menggabungkan sholat Dzuhur dan Ashar? Boleh. Karena itu adalah kemudahan yang diberikan agama, asalkan tidak menjadikan hal tersebut sebagai kebiasaan.

Dok. Narasi
Dok. Narasi
Sama ketika seseorang akan melaksanakan sholat, namun dibajunya terdapat najis sedikit. Apakah ada toleransi untuk hal tersebut? Tentu saja ada. Karena agama memberikan kemudahan.

Namun, ada beberapa pihak yang tidak membolehkan dan menentang hal tersebut, karena menurut mereka agama memiliki hukum dan batasan yang tidak dapat diubah-ubah. Padahal agama memberikan kemudahan itu semua agar umat Islam dapat beribadah dengan mudah.

Terlalu banyak kemudahan yang diberikan oleh agama Islam yang ditolak karena semangat keberagamaan yang tinggi. Merasa harus lebih baik. Hal ini berkaitan dengan poin kedua, yaitu jangan emosi dalam beragama.

2. Jangan Emosi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun