Daripada sibuk mengomentari pendidikan yang ditempuh orang lain, bukankah lebih baik kita saling menyemangati dan mendukung? Lagipula, kemampuan, minat, dan bakat setiap orang itu berbeda. Jangan paksakan standar kita pada orang lain.
3. Gender Shaming
Tindakan ini lebih sering disebut diskriminasi gender, yaitu merendahkan orang lain berdasarkan gender dan peran-peran yang mengikutinya. Tindakan ini dilakukan ketika seseorang merasa orang lain tidak melakukan kewajibannya sesuai harapan masyarakat. Seksisme tidak hanya terjadi pada perempuan, tetapi juga pada laki-laki. Walau pada kenyataannya sekarang ini, perempuan lebih banyak mengalami diskriminasi akibat budaya patriarki yang mengakar di masyarakat. Berikut ini beberapa contoh kasus seksisme yang masih banyak terjadi di masyarakat.
"Kamu tuh cuma perempuan, mau orasi kayak gimana juga nggak ada yang peduli."
"Kamu kan laki-laki, masa nggak bisa main bola?"
"Laki-laki kok ikut ekskul nari?"
"Perempuan mah enggak usah sekolah tinggi-tinggi, nanti juga ujung-ujungnya cuma ngurusin dapur."
Setiap orang, terlepas dari apapun gendernya sangat berhak menjadi dirinya sendiri dan menentukan pilihan hidupnya masing-masing selama ia mampu mempertanggungjawabkan pilihannya dan tidak merugikan orang lain.Â
4. Mom Shaming
Komentar-komentar mengenai bagaimana cara merawat dan mendidik anak sesuai dengan standar masyarakat inilah yang disebut mom shaming. Mereka yang mengomentari biasanya merasa paling benar dan paling berhasil dalam merawat anak-anaknya sehingga bahasa yang digunakan dalam mengomentari seringkali merendahkan. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut.
"Kok caesar sih, kenapa nggak normal aja? Ibu-ibu zaman sekarang manja banget deh."
"Kamu nggak jaga pola makan sih, kasihan tuh anakmu minum ASI-nya sedikit banget."
Padahal setiap ibu pasti menginginkan yang terbaik. Kalaupun ingin menyarankan, jangan sampai niat baik kita justru malah terkesan merendahkan dan menyakiti perasaan si ibu.