Kemudian ketika beranjak dewasa, Gie menjadi semakin kritis.Sisi humanisnya pun tampak di kisah berikut. Pernah suatu siang,dia bertemu dengan seseorang yang dia klaim di catatannya adalah bukan pengemis. Orang ini sedang memakan kulit mangga. Melihat ini,Gie pun memberikan seluruh uangnya, yang "hanya" tersisa Rp. 2,50.Gie sempat menuliskan pengalamannya ini di buku catatannya, sambil kemudian berbicara sinis, "Dua kilometer dari pemakan kulit (mangga),'paduka' kita mungkin lagi tertawa-tawa, makan-makan dengan istri-istrinya yang cantik. Aku bersamamu orang-orang malang."
Bagi sebagian besar orang yang belum pernah berjumpa dengan mendiang Gie dan hanya mengenalnya melalui tulisan-tulisan yang bernada keras, sosok Gie sering digambarkan sebagai laki-laki berbadan tegap dengan wajah garang. Namun tak begitu adanya. Ia berbadan kerempeng dan memiliki cara berjalan yang lucu.
To Be Continued to "Soe Hok-Gie part 2"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H