Selintas dibenak ada tanya ketika melihat mereka yang memilih berlibur ke Negara tetangga, apakah karena gengsi? Saya coba perhatikan dari hasil jepretan-jepretan mereka disana, yang terlihat memang terlihat indah dan menggiurkan bahkan membuat iri untuk bisa menginjakan kaki disana juga.
Ketika mata masih menatap senyum mereka yang sumbringah dengan background yang aduhai, muncul satu pertanyaan, mungkinkah yang terpikir ini adalah salah satu penyebab yang membuat terlihat indah serta menggoda orang-orang untuk berkunjung kesana? Seketika itu juga teringat satu pepatah analogi dimana “ada seorang gelandangan dan seorang pengusaha, gelandangan tersebut menggunakan baju compang camping, sedangkan si pengusaha mengenakan setelan kemeja berdasi. Pastilah si pengusaha yang lebih enak untuk dipandang mata”. Disini mata tidaklah melihat dari status sosial, akan tetapi visual mengisyaratkan bahwa individu dengan gaya hidup yang bersih, akan terlihat lebih menarik dan mengundang first impression yang baik pula, begitupun sebaliknya. Otakpun seolah mengiyakan salah satu alasan nya adalah kebersihan. Ya, BERSIH.
Saling Peduli
Dalam hati tergugah untuk bisa berperan membuat Negara tercinta ini menjadi lebih bersih, lebih rapi, lebih ramah dan membuat masyarakatnya sendiri bahkan orang luar bisa lebih betah. Namun apa peran yang bisa saya lakukan untuk bisa terlibat, sedangkan saya sendiri hanya masyarakat biasa yang tidak banyak guna.
Miris ketika melihat fakta, di lingkungan sekitar saya sendiripun masih banyak warga yang membuang sampah ke sungai, dipinggir jalan rel kereta karna wilayah tempat tinggal kami berdekatan dengan rel kereta, hingga masih sangat banyak warga yang membuang plastik/bungkus bekas makanan/minuman berserakan dimana saja. Memang ini seperti permasalahan klasik yang tidak ada hentinya, mungkin bahkan sampai bosan mendengarnya. Tapi memang itulah yang terjadi, masih banyak bahkan sangat banyak yang seperti itu.
Dan kemudian bertanya lagi dalam benak, bagaimana suatu Negara bisa bersih juga rapi ketika masyarakatnya sendiri tidak ada kemauan untuk selalu menjaga kebersihan. Ya, mungkin inilah kesempatan buat saya untuk bisa berperan untuk bangsa.
Saya jadi teringat dulu sewaktu masih sekolah, pernah ada seorang teman yang menegur ketika saya hendak membuang botol bekas minuman, untuk tidak membuang sembarangan dengan alasan bisa merugikan orang lain. Mungkin tidak merugikan untuk kita, tapi bagaimana untuk orang lain yang akan terkena dampak dari perbuatan kita. Pepatah itupun sampai saat ini tetap melekat diingatan. Dan membuat saya tergerak untuk melakukan hal yang sama yaitu saling mengingatkan.
Ketika hal-hal penting yang dianggap sepele, dari sana saya mencoba untuk saling mengingatkan mulai pada diri sendiri, keluarga, tetangga, sampai ketika ada orang yang hendak membuang sampah maupun bekas makanan tidak pada tempatnya yang kebetulan terlihat oleh saya sendiri untuk kemudian memberitahunya agar membuangnya di tempat semestinya. Tentunya dengan memberikan pengertian bagaimana kerugian sampai akibat yang akan diperoleh jika membuang sampah sembarangan, seperti lingkungan tempat tinggal yang akan terlihat kotor, terlihat kumuh sampai bisa menyebabkan banjir karna sungai yang tercemar sampah. Inipun menjadi pengingat untuk saya sendiri agar tetap membiasakan diri disiplin bersih.
Mungkin ini suatu tindakan yang kecil dan dampak yang dihasilkanpun mungkin tidak signifikan, tapi coba bayangkan ketika ini dilakukan semua orang. Bisa jadi hanya jalanan bersih yang kita temui, sungai yang mengalir lancar tanpa sumbatan sampah, sampai hanya orang-orang yang peduli akan kebersihan lingkungan yang akan kita temui.
Gerakan kecil ini saya harap orang lainpun bisa sama-sama ikut melakukan hal seperti yang saya lakukan yaitu saling mengingatkan,untuk bisa membangun sikap mental masyarakat agar peduli dengan kebersihan lingkungannya.
Belajar Bermurah Senyum