Mohon tunggu...
Karina Lin
Karina Lin Mohon Tunggu... profesional -

Seorang manusia biasa yang suka menulis. Mencintai dan hidup untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Edward Syah Pernong Pulang Kampung

28 Juni 2015   16:27 Diperbarui: 28 Juni 2015   16:27 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walau akhirnya penyelesaian konflik Balinuraga dapat dicapai secara win-win solution. Realitasnya, Lampung ke depannya (pasca 2012) masih terus dilanda konflik. Bahkan ini yang menarik, penyebab konfliknya lantaran begal !

Saya teringat ucapan eks Kapolda Lampung Brigjen Heru Winarko yang saya baca di media online Lampost.co. Katanya dia malu, tiap rapat dengan pejabat-pejabat tinggi di pusat, selalu ditanyain soal begal dari Lampung. Ya, saya sendiri juga malu. Saya sebagai warga Lampung – sudah pasti berharap yang baik-baik saja yang kesohor ke luar daerah (nasional). Kayak kerajinan tapis, sulam usus, ukiran Lampung; dan jika kuliner antara lain keripik Lampung, sambal Lampung, tempoyak (walau saya nggak suka), pidang, dan lain-lain. Muli Mekhanai yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng.

Tapi apa daya, begal-begal itu tak dapat dibendung kesohorannya hingga keluar Lampung. Setiap kali diberitakan di media nasional mengenai kriminalitas pembegalan (seringnya di Jakarta) – selalu lajutannya “begal Lampung nan sadis dan ganas !”

Selain berkibar ke luar daerah, di dalam daerah Lampung sendiri – jangan ditanya lagi gimana luar biasanya begal-begal tadi menguasai jalanan lintas provinsi atau kabupaten. Tiada hari tanpa libur pembegalan. Saya sendiri sudah ketakutan sendiri kalau mau travelling ke kabupaten. Begal-lah yang pertama-tama tersirat di kepala saya. Ujung-ujungnya, saking parno begal – saya enggak pernah atau jarang banget ke kabupaten. Padahal saya kepingin banget menikmati Kiluan yang indah, lumba-lumba liarnya yang menggemaskan, merasai udara laut yang segar, menyentuh air lautnya yang kebiruan jernih, makan otak-otak dan baso ikan marlin yang nikmat, sedap sepuas-puasnya. Pupus yang indah-indah hanya karena begal !

Nah akhir-akhir ini malah begal di Lampung naik peringkat. Nampaknya mereka berharga sekali, sampai-sampai dibelain sepenuh hati oleh warga tempat si begal berdomisili dan imbasnya mampu memicu konflik antar warga kampung. Contohnya seperti di Tanggamus. Pada medio Juli setahun yang lalu, terjadi keributan antarwarga disana dan semua keributan tadi berawal dari begal yang kepergok mencuri motor penduduk, lantas bersama-sama dipukuli oleh warga yang memergoki begal tersebut.

Penduduk pekon asal begal, tidak terima warganya dipukuli hingga mengalami luka berat; dan bisa diduga, akhirnya terjadilah penyerangan ke pekon yang telah menggebuki begal dari pekon sebelah hingga luka berat tadi (Kompas.com).

Saya yang membaca kronologis kejadiannya di media – dibikin planga-plongo saja. Penjahat kok dibelai-belain setengah mati – sampai rela berkorban nyawa ? Benar-benar luar biasa ! Nggak beda kayak ngebelain koruptor – yang sudah jelas terbukti bersalah tetapi masih ngotot atau ngeles tidak bersalah sambil mengajukan dalih lain. Misalnya si Ketua DPRD Bangkalan yang juga mantan Bupati Bangkalan Fuad Amin itu.

Disinilah kita berada, Lampung memang tergolong tinggi angka kriminalitasnya dan turunannya. Hanya saja konflik/ kerusuhan dan begal ini yang menurut saya paling memerlukan perhatian penanganan serius.

Persuasif Budaya

Tentu bukan perkara mudah menjaga keamanan Lampung adem ayem dari kerusuhan/ konflik sosial, juga menekan angka kriminalitas begal. Namun kalau kita melihat background Kapolda Lampung yang baru, saya (kok) optimis bisa ya ?

Rekam jejak karir dari Brigjen Edward Syah Pernong tergolong cemerlang, ini yang saya baca dari ensiklopedia online wikipedia.org. Sebagai pejabat tinggi dari Polri, Edward Syah Pernong merupakan pengecualian. Dia bukanlah lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) melainkan lulusan Fakultas Hukum, UGM. Menariknya, ia sangat berpengalaman di bidang reserse. Brigjen Edward pernah ditempatkan di Polda Metro Jaya lalu menjadi Kasatreserse Polres Metro Bekasi pada 1992. Selama menapaki karirnya di bidang reserse ini, ia mengungkap banyak tindak kejahatan, antara lain membongkar kasus perampokan dan pemerkosaan terhadap Keluarga Acan di Bekasi (1995), membongkar kasus sodomi disertai pembunuhan terhadap 12 anak yang dilakukan oleh Siswanto alias Robot Gedek di Jakarta dan sekitar Jawa (1997). Bahkan ia berhasil menjebloskan preman Tanah Abang, Hercules beserta anak buahnya ke penjara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun